Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 2

Menjelang subuh. Dinda bangun lebih awal, hari masih menggelap nan sunyi. Belum terbit Mahahari, sudah berdiam diri merenung di depan kulkas memperhatikan apa saja yang tersedia di dalam kulkas milik Andre.

Sebagian besar ternyata kebanyakan sayuran, sayuran dan sayuran. Mungkin Andre bermaksud ingin mengajaknya untuk hidup sehat menjadi vegetarian sama sepertinya. Jangan mengharapkan ada makanan ringan, ataupun minuman soda. Melainkan, tersedia susu cair dalam kemasan kotak yang hanya tinggal menikmati langsung di teguk minum.

Menghela napas panjang sangat tidak menarik menurut Dinda menutup kembali pintu kulkas memilih duduk di kursi meja makan, menghela nafas panjang merasakan perutnya sudah sangat kelaparan.

Dinda berharap dia bisa ahli dalam bidang masak, akan tetapi masakannya sendiri tidaklah nikmat. Maka dari itu sejak dulu masih kaya, menyesal selalu menjadi gadis manja dengan mudah tinggal pesan makanan di luar dan dengan begitu makanan keinginanya datang diantar ke rumah, atau masih ada pembantu yang pagi-pagi begini sudah tersedia lauk hangat di atas meja makan.

Melainkan, itu semua terjadi dulu. Biarpun Andre orang berada, bukankah tidak nyaman jika setiap ingin makan harus pesan gofood?. Malahan bisa saja Andre langsung menilainya pemalas, merasa tidak bisa melakukan apapun yang seharusnya sebagai seorang Istri bisa memasak untuk suaminya sendiri.

Biarpun Andre masih belum dianggap sebagai suami, lebih senang memanggil 'Paman/Om'. Ya, tidak bisa menghindar juga kalau mereka berdua sudah sah menikah, malah memiliki bukti nyata dari buku nikah dan cincin terukir sama melingkar di jari manis mereka berdua.

“Nasi goreng. Mungkin tidak masalah.”

Bergumam tidak ingin ambil pusing segera membuka pemanas nasi beryukur nasi masih banyak. Kemudian, mengambil hanya secukupnya untuk porsi dua orang, satu lagi tentu untuk Andre. Bagaimana bisa makan sendiri setelah ada suami, biarpun lagi-lagi mereka masih belum akrab setidaknya tidak ingin dikatakan Isteri acuh tak acuh.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk Dinda menyelesaikan membuat nasi goreng rumahan seadaannya buatan sendiri, dan akhirnya selesai membagi dua porsi secara rata, lalu letakkan dua piring di meja makan.

Dinda tersenyum senang melihat tampilan cantik dari masakannya penuh kepuasan. Ada kecambah, telur dadar dan sangat ramai sayuran tercampur penuh semua apa yang ada di dalam kulkas. Sekarang tinggal menunggu rasa masakannya menurut Andre. Andre masih belum ada kelihatan bangun, malah terlihat dari pintu kamarnya masih tertutup dengan rapat.

“Masa sih mau dibangunkan juga?”

Dinda menggerutu sangat tidak mau membangunkan Beruang Hutan, itu julukan khusus untuk Andre. Andre itu menyeramkan biarpun kelihatan memiliki hati yang lembut, harus butuh kesabaran melawan Andre. Dinda masih membangkang belum bisa berpikiran dewasa, secara jelas umurnya masih 18 tahun sedangkan Andre sendiri 32 tahun yang pastinya sudah sangat melebihi dewasa dan sekaligus berpengalaman.

Andre Ibraham, seorang duda tanpa anak. Dinda juga baru tahu itu saat pertama kali pertemuan dengan Andre menjelaskan secara detail siapa dirinya dan asal-usulnya. Jika kalian tahu, Andre itu campuran Arab - Indonesia.

Jadi, jangan salahkan Andre jika tidak tahu bahasa 'Gaul' anak muda zaman sekarang. Apa lagi bahasa-bahasa asing untuk mempersingkat ucapan.

Pernah suatu kejadian. Dinda menyela perkataan Andre yang kebetulan pada saat itu Andre sedang berbicara dengan seseorang lewat via suara, karena dalam keadaan marah meledak-ledak sekaligus terkejut secara tidak sengaja menguping pembicaraan Andre. Pria berumur itu sedang membahas pernikahan mereka, meminta waktu pernikahan dimajukan dan lebih ingin segera dilaksanakan dalam waktu singkat.

Mendadak saja langsung menyerukan tidak terima berdiri berhadapan di depan Andre langsung mengatakan dengan lantang, Itu semua konyol!. Alhasil, Andre malah balik lebih marah mengira berbicara tidak sopan, dan semalaman itu juga Dinda habis-habisan di ceramahi oleh Andre. Tidak perduli jika Dinda sudah menjelaskan bahwa maksud dari perkataan itu lain, akan tetapi Andre selalu merasa paling benar mengira bahwa gadis pemberontak sepertinya sedang membalikkan fakta.

Secara jelas Andre sendiri yang tidak tahu apa artian kata konyol. Mungkin saja telinga Andre sudah bermasalah harus segera diperiksakan mengunjungi Dokter THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan) sebelum terlambat.

“Belum mandi kamu?”

Suara tersebut terdengar sangat berat dan menyengat di telinga Dinda. Membuat Dinda tersadar dari lamunan segera bangun bertatapan bersama Andre yang menaikkan satu alisnya.

“Melupakan kalau hari ini kamu sudah kembali masuk sekolah?” tanya Andre mengingatkan.

“Aku ingat. Ini aku habis masak dulu karena lapar,” sembari  menyuguhkan satu piring untuk Andre meletakkan di hadapan, "silahkan, mencoba dulu masakan aku.”

Dinda tersenyum menunggu Andre duduk berhadapan dengannya dalam satu meja makan. Andre memulai untuk makan nasi horeng buatan Dinda, memegang sendok dan mulai mengambil satu suapan masuk dalam mulutnya mencoba mengunyah secara perlahan. Akan tetapi, lama kelamaan semakin di kunyah semakin aneh di rasakan oleh indra pengecap Andre. Mengerutkan kening tidak mengerti bahan apa yang dimasukkan dalam nasi goreng yang rasanya sangat berantakan, perlu di garis bawahi untuk itu.

“Gimana?”

Gadis bulu mata lentik dengan penuh akan rasa penasaran dalam isi hati menaruh berbangga diri begitu besar. Andre terlihat biasa saja, sama sekali tidak menunjukkan makanan nikmat. Itu membuat Dinda berprasangka bahwa ternyata hasil masakannya tidak memuaskan.

Dengan penat Andre berusaha menelan makanan tersebut, menarik nafas sedikit lega karena telah berhasil akan makanan yang mematikan untuknya secara perlahan. Ya, sedikit aneh juga, dari pedas tidak ada takaran, dan ada rasa aneh entah seperti rempah apa itu Andre tidak mengerti.

“Sangat luar biasa. Terima kasih.”

Andre hanya tersenyum tipis merasa bahwa Dinda hanya ingin mengerjainya, bukankah begitu?. Bagaimanapun, Andre sangat menghargai hasil masakannya biarpun ini bisa dikategorikan hampir tidak bisa untuk di makan. Andre menyerah duluan, Andre sendiri hanya makan telur dadar yang lumayan hanya saja rasanya terlalu asin.

“Benaran? Aku mencoba makan dulu” Dinda tidak percaya akan pujian dari Andre. Mengambil satu suapan, dan mencoba merasakan masakannya sendiri yang dengan percaya diri pasti nikmat seperti Ala Restoran.

Ini menjadi merasa berbeda saat lama kelamaan, tidak tahu mengapa rasanya berubah seakan mengocok perut meminta segera muntahkan. Dinda segera berlari ke belakang mencari tempat sampah, lalu mengeluarkan kembali makanan tersebut dari dalam mulut, mata berlinang seperti merasakan masakan terbuat dari racun.

“Huek! Mengapa rasanya malah begini? Apa karena kasih kencur?” Dinda menerka sembari berkumur-kumur.

Perkataannya barusan terdengar di telinga Andre langsung mengernyit tidak percaya bahwa sarapan di dalam piringnya adalah nasi goreng dari ekperimen Dinda sendiri. Bukti kalau kasih kencur sangat mengada-ngada sekali.

Dan setelah selesai bersih berkumur-kumur di wastafel. Dinda kembali menghampiri Andre menyambar mengambil piring makanan pria tersebut, dan langsung membuang nasi goreng buatannya ke tempat sampah secara percuma.

“Ada masalah?” tanya Andre berlagak tidak mengetahui Dinda merengut. Andre berjalan mendekat berdiri menyisakan jarak diantara mereka berdua.

Dinda menggeleng pelan tersenyum paksa. “Aku janji habis ini bakalan berusaha belajar masak sampai nikmat," sungguhan Dinda menyakinkan kepada Andre, “kalau begitu aku mau mandi dulu.”

Kepergian Dinda masih diperhatikan Andre, kelihatan sekali bahwa gadis itu sangat kecewa akan hasil masakannya sendiri yang kurang nikmat. Andre hanya bisa menghela napas berniat membekalkan beberapa helai roti untuk Dinda saat Istrirahat bisa makan sarapan. Perilaku terpendam Andre keluar sangat kebapaan, memperhatikan detail semua keperluan untuk kebaikan Dinda.

Dinda sudah siap mengenakan rapi pakaian putih abu-abu dengan rambutnya terikat satu supaya tidak kegerahan. Menghampiri Andre yang ternyata sudah menunggu di dalam mobil segera saja masuk menoleh melihat pria itu tidak mengenakan pakaian kantor, sehingga membuatnya heran.

“Apa om tidak bekerja hari ini?”

“Ya, saya ambil libur.” sahut cepat Andre sembari mengendarai kendaraan menuju sekolah Istrinya.

“Memangnya dalam rangka apa ambil libur?”

Andre melirik sekilas Dinda, terlihat Istrinya itu menunggu akan jawaban, sayang sekali cantik-cantik pelupa.  “Kita menikah. Jadi, saya ingin istirahat dan mengambil libur beberapa hari.”

“Oh! Aku mengira om yang malas berangkat bekerja.” cengir Dinda malu-malu.

Andre memilih diam tidak menanggapi perkataan Dinda, kembali fokus menatap jalanan. Dan, mereka sampai di tempat tujuan depan parkir sekolahan. Dinda melepaskan sabuk pengaman, tetapi terdiam menoleh menatap Andre teringat ingin membicarakan sesuatu kepadanya.

“Om, misalkan nanti aku mendapatkan pertanyaan minta keterangan di dalam ruangan BK. Ibu menanyakan aku ini siapanya om, aku harus menjawabnya apa?”

Dinda takut jika sewaktu-waktu bakalan harus berurusan dengan staf sekolah, terutama meminta keruangan untuk membahas kasusnya yang sudah hampir 2 minggu tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Dinda sendiri bisa sekolah kembali karena bantuan Andre yang secara instan semua sudah terurus dengan begitu mudah.

Sungguh, tidak mengerti apa yang dilakukan pria tersebut sehingga dia bisa kembali masuk sekolah seperti sebelumnya. Dinda tentu saja senang bukan main, dia sendiri tidak ingin berhenti ditengah jalan saat sudah memasuki pelajaran terakhir, memang bakalan banyak tertinggal materi pelajaran. Bagaimanapun nanti, tekatnya harus serius belajar supaya bisa kembali mendapatkan peringkat kelas untuk membanggakan Ayah.

“Katakan saja saya suami kamu.” tutur Andre mengatakan dengan santai kepada Dinda, tentu langsung mendapatkan pukulan dilengan kukuh Andre.

Dinda menatap sinis tidak setuju sama sekali. Menurutnya itu malah semakin membuatnya tambah bermasalah, mencari kematian bahwa anak sekolahan diam-diam sudah menikah, dan dengan mengejutkan menikah bersama pria berumur.

“Aku serius tahu!. Bagaimana kalau sebagai adiknya Ayah?” saran ide yang menurut Dinda bagus dan bakalan aman.

“Bagaimana?” Andre mengernyit.

Dinda mendadak harus gregetan dengan Andre sampai kedua pipinya memgembung, lantaran Andre tidak serius. “Maksudnya aku, kalau om itu sebagai adiknya Ayah. Bagaimana?”

“Kamu harus berbohong bahwa saya adalah adik Ayahmu. Begitu, huh?” tanya Andre memastikan.

Dinda mengangguk segera. “Ini berbohong demi kebaikan masalah aku. Misalkan kalau aku mengatakan jujur hubungan kita, malah nanti tambah runyam. Bagaimana, tidak masalahkan?”

Sebenarnya Andre ingin menentang masalah ini, bahwa tidak suka akan rahasia. Apalagi Pernikahan mereka harus tertutup dari publik dengan alasan demi kebaikan Dinda. Mau bagaimana lagi kalau itu bisa membuat Dinda merasa aman. Andre menyetujui itu.

“Terserah kamu.”

“Jangan kelihatan tidak senang begitu. Om itu baik, pengertian. Dan nanti tampannya hilang, loh.” memuji menyenangkan Andre dengan keberanian walau masih pemalu.

“Tampan katamu?” Andre menoleh merasa kata itu menggelikan. Dinda malah sudah tertawa jenaka.

“Tetapi bohong!.”

Tawanya meledek Andre, karena takut dimarahi segera saja Dinda keluar tanpa berpamitan. Bahkan di luar masih tertawa melambaikan tangan kepada Andre malah langsung menutup kaca mobil hitam miliknya, tak ingin mendengar ledekan bocah tersebut.

Menggeleng pelan akan tingkah kekanakan Dinda barusan, dengan ada perasaan menjengkelkan meninggalkan sekolahan tersebut. Sedangkan Dinda yang sedang berjalan sendirian di lorong kelas, diam-diam tersenyum tidak karuan sudah berhenti mentertawakan Andre.

“Malah sebenarnya tampan banget. Aku sampai sekarang tidak menyangka menjadi seorang Istri.”

Senyumnya bergumam dengan wajah merona tidak bisa berdalih. Pikirannya merayau membayangkan wajah tampan Andre sebagai suaminya. Dan sejenak mendadak langsung tersadar menepuk-nepuk wajah sendiri harap-harap bukan jatuh cinta dalam waktu singkat, seperti... Cinta Monyet.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel