Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Met The Georgeous Yamanaka

Bab 4 Met The Georgeous Yamanaka

Hinata terbangun lagi. Kali ini jam digital sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, kesiangan ternyata. Menoleh di samping ranjangnya yang rapi, tampaknya sang suami tidak kembali ke kamar mereka dan memutuskan untuk bekerja di ruangannya. Tentu saja, perusahan utama suaminya ada di Kanada membuat perbedaan waktu yang sangat mencolok. Ketika orang lain berangkat tidur, kadang suaminya justru bersiap memulai pekerjaan.

Hinata merenggangkan badannya sebentar di atas kasur lembutnya. Mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan. Dinding di belakang ranjangnya adalah sebuah lukisan kaligrafi Jepang dengan ombak besar dengan kepala naga. Berwarna monokrom, hitam dan putih. Tapi bukan murahan justru terkesan mahal, sederhana namun penuh misteri. Khas suaminya. Masih di dalam kamar, ada dinding kaca besar yang membatasi dengan balkon, kelambu sifon berwarna putih sudah tersibak sempurna. Terimakasih kepada rumah dengan konsep tradisional modern yang memiliki AI (Artificial Intelegent) yang bisa melakukan apa saja. Termasuk mengunci otomatis setelah pintu tertutup dan akan terbuka dengan sistem pindai DNA melalui gagangnya.

Pemandangan hutan pinus membuatnya tenang ada hukit yang ikut terlihat. Bagian paling bagus memang dari kamarnya. Hinata mendesah, meski tidak mual, tapi ia merasa begitu malas. Namun begitu ia memaksa bangun.

Kaki telanjangnya menapaki lantai kayu berpelitur yang halus dan hangat di kakinya. Ia kemudian menjangkau sebuah tumbler berisi air dan madu. Di samping tumblernya ada sebuah memo yang ditinggalkan suaminya; bahwa anak buahnya menelepon tadi malam dan mengatakan siap melakukan teleconfrence pukul sepuluh.

Laptop dibawah memo tampaknya sedang di-charge. Oh, manis sekali suaminya. Hinata mengedarkan matanya ke dinding polos berwarna putih. Tangannya gatal ingin mengisinya dengan pernak-pernik. Tapi mengingat bahwa ia mudah capek belakangan ini, ia memutuskan untuk menundanya.

Tidak ada foto keluarga di dinding, Hinata sebenarnya merindukan momen normal di antara mereka. Duduk bercengkrama bertiga, sekedar bersenda gurau. Ah, tentu saja itu mustahil, dengan posisinya sebagai CEO kamuflase dari industri e-market terbesar di Jepang.

Kamuflase, karena sebetulnya suaminyalah yang betul-betul menjadi pemrakarsa dan juga otak dari perusahaan itu.

Suaminya lebih suka memakai istilah perusahaan penyedia personal shopper. Sasarannya tentu saja kaum high end yang tidak mau diribetkan pilihan barang ini lebih bagus dari barang itu cuma de el el. Jadi aplikasi UP Maid memang disediakan untuk memenuhi selera pasar yang ingin barang terbaik tanpa harus berpikir untuk repot memilih. Para maid akan berkerja keras untuk memilihkannya dengan banyak pertimbangan.

UP Maid atau kependekan dari U'r Personal Maid, sudah langsung terakses dengan data kependudukan, selera, kekuatan keuangan dan bahkan riwayat kesehatan dengan rumah sakit yang biasanya dikunjungi. Maid onlen ini bahkan bisa memesankan makanan rendah kolesterol, atau penerbangan first class jika diperlukan. Mereka akan mengingatkan jam makan, jam tidur juga. Jadi tidak perlu berinteraksi langsung.

Karena klien mereka VVIP, biasanya setiap maid memang real adanya. Tapi hanya sebagai personal shopper bukan sebagai decesion maker yang memang dari sistem komputer.

Dan semua orang memang mengira Hinata Hyuugalah yang menjadi CEO-nya.

Segera mandi dan berbenah, dia harus melakukan teleconference karena ia tidak bisa datang ke kantornya. Meski bekerja di rumah, Hinata memastikan jika dia tampil paripurna. Karena jelas, sebagai CEO wanita dengan umur begitu muda, ia harus menunjukkan siapa bosnya.

Menuju ruang kerjanya sendiri-yang dekat dengan ruang tamu, ia mulai memeriksa berkas Hinata menoleh ke pintu saat terdengar suara bel.

Setahunya, Jun tidak pulang lagi. Dan ia merasa tidak mengundang siapapun.

Suara bel membuat Hinata segera menutup berkasnya dan bergegas menuju pintu utama rumahnya.

Ketika pintu kayu itu tersibak, seorang wanita dengan wajah yang mempesona berdiri anggun di sana.

"Hyuuga? Sedang apa kau di sini?" Nada heran begitu kental dari bibir perempuan itu hingga membuat Hinata mengernyit sendiri.

Hinata kenal dengan perempuan ini. Tapi tidak dekat hingga harus saling mengunjungi. Jadi ia tak bisa menerka untuk apa perempuan ini datang.

****

Dalam hidup Hinata, ada beberapa orang teman yang tidak pernah akan dia lupa.

Terutama perempuan yang ada di hadapannya ini. Karena apa yang diimpikan kaumnya ada pada citra Ino Yamanaka. Tinggi, body goal-komposisi antara bokong dan dada yang pas, berambut pirang keemasan dengan mata biru memikat, dan juga jangan lupakan kepiawaiannya dalam berinteraksi. Mereka pernah satu junior high school sebelum perempuan bermarga Yamanaka itu pindah ke New York.

Dan kini bertemu kembali dengan wanita ini jelas dirinya terserang insecure.

Ketika pintu kayu itu tersibak, seorang wanita dengan wajah yang mempesona berdiri anggun di sana.

"Hyuuga? Sedang apa kau di sini?" Nada heran begitu kental dari bibir perempuan itu hingga membuat Hinata mengernyit sendiri.

Hinata kenal dengan perempuan ini. Tapi tidak dekat hingga harus saling mengunjungi. Jadi ia tak bisa menerka untuk apa perempuan ini datang.

****

Dan dia tadi bilang apa?

Sedang apa, dia bilang?!

Hinata masih diam terpaku karena terkejut, sementara Ino melanjutkan. "Ini rumah Nara kan??"

Hinata belum sempat menjawab ketika suara derap langkah menuruni tangga yang membuat kedua perempuan itu menoleh. Shikamaru menuruni tangga bertelanjang kaki.

Ino tampak tersenyum bahagia, mengabaikan Hinata dan langsung merangsek maju dan memeluk suaminya tanpa sungkan.

What the heck!

****

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel