Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10 Bully

Bab 10 Bully

"Semua yang kulakukan ini demi kebaikan kamu, meski pun kamu tidak pernah mengetahuinya."

-Uncontrollably Fond-

Roland: kamu ngeluarin Nadia dari sekolah?!

Roland: Kenapa? Dia nangis-nangis sekarang.

Tian: Ner, aku tau kamu kaya, ayah kamu punya perusahaan gede sama penyumbang terbesar di sekolah, tapi ngapain ngeluarin si Nadia tiba-tiba. Emangnya apa yang dia lakuin?

Tian: ayahnya Nadia sampe shock.

Tian: Nero! Jawab dong!

Tian: Nadia mantan pacar kamu lho!

Nero mengabaikan pesan yang masuk, memandang kosong meja belajar lalu mendesah. Sekilas dia melirik jendela kamar Ocha. Gelap, sepertinya Ocha sudah tidur. Setelah kejadian tadi siang, dia tidak melihat Ocha lagi. perempuan itu menghindarinya. Nero merasa sangat kesal, tidak pernah mengetahui kalau selama ini mantan-mantannya membully Ocha. Tahu begini, mending dari dahulu dia tidak memacari banyak perempuan.

Juga, kenapa Ocha tidak pernah memberitahunya? Pantas saja Rena selalu memusuhi Nero tiap kali bertemu.

Pandangan Nero tertuju pada pintu saat mendengar teriakan Zia. Pasti Ares berulah lagi, pikir Nero muram. Kemudian tiba-tiba pintu kamarnya dibuka dengan keras, Ares berjalan menghampiri Nero lalu mencengkram kerah kaus Nero.

"Udah aku bilang, jauhi Ocha. kamu liat 'kan akibatnya kayak apa?" Tatapan Ares begitu tajam, terlihat menakutkan bagi orang lain. "Gara-gara kamu dia dibully sama mantan kamu. Ocha nangis gara-gara kamu, dia trauma!"

"Bukan salah aku. Salahin saja iblis itu yang bully Ocha."

"Dan itu semua gara-gara kamu, Kampret! Kalau kamu tidak deketin Ocha, dia tidak bakalan kayak gini."

"Aku udah beresin semuanya!" Nero balas membentak, melepas cengkraman Ares. "aku tidak akan biarin siapa pun bully Ocha, aku tidak akan biarin siapa pun nyakitin Ocha. aku tidak akan segan-segan ngehancurin mereka."

Ares mencemooh. "Tapi kamu sendiri malah nyakitin Ocha. Ngaca!"

Tatapan Nero menajam. "Hanya aku yang boleh nyakitin Ocha."

Kalau saja tidak ada Zia, sudah Ares pukul Nero hingga babak belur. Namun dia berusaha menahan emosi. "Kali ini aku maafin, sekali lagi kamu bikin Ocha nangis. aku tidak akan segan-segan buat mukulin kamu!"

Lagi, untuk kesekian kali Ares pergi keluar rumah setelah berteriak pada Zia kalau dia tidak akan tidur di rumah selama Nero di rumah mereka.

Nero meninju dinding. "Sial!"

***

Ocha tidak melihat Nero atau pun Ares pagi ini di depan rumah, biasanya kedua laki-laki itu selalu stand by di depan rumahnya sambil menyapa dan mengajak Ocha berangkat bareng. Namun pagi ini, tampaknya agak berbeda. Tenang sekaligus sepi. perempuan itu hanya mengangkat bahu tidak peduli, senang karena tidak ada gangguan.

Bus kosong ketika Ocha naik, hanya ada beberapa penumpang dan kursi kosong tersedia begitu banyak. Mendadak senyum Ocha melebar, dia duduk di kursi dekat jendela, bus kembali berhenti lalu masuk seorang laki-laki berseragam putih abu-abu. Ocha tidak memerhatikan laki-laki itu, perhatiannya tertuju pada buku dia pangkuan.

Rena: Ulangan MTK dibatalin

Rena: Yeayyy!!!

Ocha: Tau dari mana? Jangan-jangan hoax

Rena: No hoax, ini beneran. Bu Castella sendiri yang ngasih tau. Beliau izin hari ini. Yeayy, jam pelajaran kosong! Serasa mau ke surga.

Ocha hanya tersenyum, ikut senang karena ulangan Matematika tidak jadi. Akhir-akhir ini dia tidak bisa belajar dengan benar, pikirannya terganggu oleh berita Nadia yang dikeluarkan dari sekolah setelah membullynya hari itu. Ocha curiga, penyebab Nadia dikeluarkan bukan karena nilainya yang sangat jelek dan tidak masuk standar sekolah. Melainkan gara-gara dirinya. Nero memergoki Nadia sedang membullynya hingga membuat Nero marah.

Bahu Ocha melemas, terkadang dia tidak menyukai sikap Nero yang seenak jidat mengeluarkan seseorang dari sekolah hanya karena hal sepele. Bahkan dia takut jika Nero akan mengeluarkan beberapa orang lagi jika tahu bukan hanya Nadia saja yang membullynya.

Nero bukan orang yang baik juga bukan orang jahat.

Ocha tidak ingin membuat hidup seseorang menderita karena dirinya. Hampir seminggu dia tidak bicara dengan Nero secara langsung. laki-laki itu tampak menghindarinya, mendadak Ocha jadi kesal. Seharusnya yang kesal dan menghindar bukan Nero tapi dirinya.

Gara-gara Nero, Ocha jadi dibully sama mantan-mantan Nero yang gilanya minta ampun, hidup Ocha yang semula tenang jadi berantakan seperti sekarang. Tadinya Ocha ingin membuat Nero menjauhinya dengan mengungkapkan isi hati, namun rasanya tindakannya salah mengingat yang dilakukan Nero pada Nadia sungguh diluar dugaan. Ocha harus bicara dengan Nero agar laki-laki itu tindak bertindak seenaknya, namun Nero malah susah ditemui meski laki-laki itu tinggal di depan rumahnya.

"Eh!" Ocha terkejut saat melihat laki-laki berseragam putih abu-abu yang tadi naik ke bus adalah Nero. laki-laki itu terlihat sangat santai dengan telinga disumpal oleh headseth, kedua matanya terpejam, sama sekali tidak ada niat untuk masuk sekolah.

"Dia udah kelas tiga, tapi masih suka bolos. tidak takut tidak lulus apa." Ocha bergumam, dia berjalan turun dari bus namun meragu saat melihat wajah Nero. Dia merasa kasihan sama laki-laki itu, bagaimana pun juga masalah yang menimpa Ocha tidak sepenuhnya salah Nero.

Ocha: Bangun.

Kening Ocha berkerut, merasa aneh dengan pesannya sendiri. Dia harap Nero tidak salah paham dengan pesannya.

Nerdy: Maaf.

Gerakan Ocha saat mengeluarkan beberapa buku dari dalam tas langsung terhenti saat membaca pesan dari Nero.

Nerdy: Gara-gara aku, kamu jadi dibully

Nerdy: Tapi kamu tenang aja, tak akan ada yg bakal ganggu kamu lagi.

Nerdy: Aku boleh deketin kamu lagi, kan?

Ocha mendengus, tidak memercayai pesan yang dibacanya adalah pesan yang dikirim oleh playboy cap kadal macam Nero. Kenapa rasanya Nero terlihat seperti laki-laki polos yang belum pernah pacaran.

Nerdy: Gak papa, kalau kamu nolak juga. Aku bakal nunggu sampai kamu ngijinin aku deketin kamu lagi. Tapi jangan lama-lama, waktuku tak banyak.

Nerdy: Belajar yang giat. Aku pasti bakal lulus, kok .

Tanpa sadar, Ocha menarik senyum di bibirnya. Dia bahkan tidak sadar kalau sedari tadi Rena memerhatikannya dengan kening berkerut. Tidak pernah melihat Ocha sekonyol ini.

"Woyy!! Kenapa? Baca chat dari siapa?"

Buru-buru Ocha menyembunyikan ponsel ke dalam saku rok kemudian menatap Rena dengan senyum lebar. Rena pasti sangat terkejut jika dia beritahu alasan dia tersenyum karena membaca chat dari Nero. Setahunya sampai sekarang Rena membenci Nero karena membuat dia dibully oleh mantan-mantan Nero.

"Bukan siapa-siapa." Ocha sadar kalau Rena tidak percaya padanya, namun sahabatnya itu tidak bisa bertanya lebih lanjut karena Bu Titin datang langsung menyuruh mereka membuka buku paket.

Sayangnya Ocha tidak bisa fokus belajar, bukan karena penjelasan Bu Titin yang sulit dimengerti, namun dia sedikit penasaran dengan pesan yang dikirim Nero. Apa laki-laki itu sedang berakting polos atau bagaimana? Kenapa dia malah terus memikirkan laki-laki itu.

Bahkan Ocha merasa bersalah karena sudah membentak Nero agar menjauhinya.

Seminggu terakhir ini terasa begitu sepi, mungkin Ocha terbiasa dengan keberadaan Nero yang selalu mengganggunya.

Ocha pikir dia sudah gila.

Saat istirahat, Rena menyeret Ocha pergi ke kantin. Lagi-lagi mendengar bisikan banyak orang tentang Nadia yang dikeluarkan dari sekolah secara tiba-tiba tanpa alasan jelas. Namun yang membuat Ocha risi. Beberapa dari mereka mengira penyebab Nadia keluarkan adalah Ocha.

"Dia 'kan gebetannya Nero. Pasti tidak terima lha gebetannya dibully sama mantannya sendiri."

"Iya juga sih. Nero itu bener-bener sadis, ya. Padahal Nadia itu pacarnya yang paling lama lho. Tapi sekali diganggu, whoah. Sampe dikeluarin dari sekolah."

Ocha melirik ke belakang saat mendengar perkataan perempuan-perempuan di belakang meja.

"Hahh, aku tidak bisa bayangin. Apa yang bakal Nero lakuin kalau orang-orang kayak kita ganggu hidupnya. Habis sudah masa depan kita. ayahnya Nero 'kan kaya sekali. Apa pun bisa dilakuin."

Dan sekarang Ocha jadi penasaran: apa yang membuat Nero jadi menakutkan seperti sekarang? Dia pikir Nero sangat berbeda dari laki-laki kebanyakan. Terkadang Nero bersikap sangat manis di depan Ocha, Nero berubah menakutkan ketika diganggu, dan Nero juga bersikap sangat sopan pada orangtua. Mungkin bagi sebagian orang yang melihat Nero secara sekilas akan mengira jika Nero adalah laki-laki urakan jika bersama teman-temannya dan laki-laki penuh sopan-santun jika bersama orangtua.

"Kamu tau tidak, katanya sore nanti anak-anak tukang rusuh mau tawuran sama Garuda. Ares pasti ikutan. Dia memang suka sama hal kayak gituan."

Ocha mengerjap. "Ares ikutan?" Dia bergumam. Zia pasti terkejut dan marah jika Ares tertangkap dan para guru memberi tahu Zia bahwa anaknya ikut tawuran. "Anak itu emang tidak pernah bisa bikin Tante Zia tenang."

Rena mengangguk setuju. "Hem. Nero juga ikutan." Dia melihat ke sekeliling kantin sepi. "Liat saja kantinnya sepi. Anak-anak rusuh pada janjian buat bolos hari ini. Katanya buat persiapan."

Tiba-tiba Ocha teringat Nero di bus. Pantas saja laki-laki itu tidak turun, rupanya sudah berencana akan bolos.

"Tapi, tumben sekali si Nero ikut tawuran. Biasanya dia selalu nolak ajakan Cepi."

Ocha mengaduk jus jeruk sambil menatap Rena serius. "Bukannya kamu benci sama Nero. Kok, kayaknya kamu tau sekali tentang Nero."

Rena terkekeh, "Hah? kamu pikir aku suka sama dia? tidak lha, aku pasti berpikir 100000 kali buat suka sama si brengsek itu." Rena mengangkat bahu acuh tak acuh. "Lagi pula semua orang tau tentang Nero. Lonya saja yang kudet."

Ocha mendengus, sama sekali tidak terganggu dengan ucapan Rena.

Karena Bu Castella tidak masuk, hari ini Ocha bisa pulang cepat. Rena mengajaknya pergi ke mall, namun ditotak Ocha. Dia ingin langsung pulang saja dan mengabaikan segala pemikiran mengenai Nero dan Ares yang ikut tawuran kedua, kalau Nero tawuran, Ocha yakin kalau Roland pasti ikut tawuran mengingat betapa royalnya Roland sama Nero.

"Yakin tidak mau ikut? kamu musti cuci mata. Seharian belajar cuma bikin otak kamu berasap kayak kereta api uap. kamu mau jadi temennya si Thomas?!"

Ocha mendengus tidak peduli. Berjalan menjauh dari Rena lalu kembali berhenti saat melihat sosok laki-laki sedang berdiri menyandar di palang besi halte. laki-laki itu tersenyum kecil dan membuat sesuatu di dalam diri Ocha tegerak begitu saja.

"Nero?"

Tetapi, sejak kapan Nero mewarnai rambutnya dari hitam jadi cokelat terang?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel