Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Menikahi Wanita Kotor?

"Neena! Neena!!!!" Sheila menangis sambil memeluk anaknya. Yudha dan Afdal merasa cemas dengan kondisi Neena saat ini. Sheila yang berniat membangunkan anaknya, kaget mendapati Neena dalam keadaan polos.

Dia yakin semalam kembali terjadi sesuatu pada anaknya yang malang. "Neena, bangunlah! Neena, jangan buat Mama takut. Neena!!" Diguncangnya tubuh wanita tertutup selimut itu.

Neena tak kunjung sadar. Ia masih terbuai mimpi buruk yang pria bertopeng semalam berikan. Suguhan yang nyaris merenggut nyawa seorang Neena yang sudah hancur. Wajahnya memucat.

Perlahan mata indah milik Neena terbuka. Samar-samar ia melihat wajah semua orang yang sangat cemas. "Apa yang terjadi?" Satu pertanyaan pertama yang dilontarkan, belum sepenuhnya sadar.

"Neenaaa!!!" Sheila memeluknya erat. Mengelus rambut tergerai yang menutupi punggung polos itu. Afdal memalingkan muka. Disekanya air mata yang mengalir pelan.

"Ma-Mama ... Dia datang lagi. Dia .... " Neena menangis sekuat-kuatnya. Melepaskan amarah dan kebencian mendalam yang menggerogoti tubuh dari dalam.

Neena mengatakan apa yang terjadi semalam, dan ancaman sosok bertopeng itu. Yudha berusaha untuk tenang, tapi tangannya mengepal. Andai tidak ada ancaman, maka dia akan diam-diam menelepon polisi.

"Dia melempar batu. Lihatlah!" Neena kaget melihat kaca jendela yang kembali seperti semula. "Apa? Bukankah semalam kacanya hancur berserakan? Bagaimana bisa utuh lagi? Lantas, di mana foto itu?" Neena kebingungan mencari.

Tidak ada sisa pecahan kaca ataupun foto di sana. Kosong! Sungguh, sempurna sekali si jahat itu beraksi hingga tak ada yang akan percaya kalau semalam ia kembali merenggut paksa.

"Neena sudah hancur, Ma. Kenapa harus begini? Siapa dia? Kenapa mudah sekali dia menjamah tubuh ini? Dendam apakah yang membawanya kemari? Kenapa dia bisa mengendalikan Neena?" Neena memeluk erat.

"Oo, jadi ini calon istriku yang katanya 'dinodai' sosok bertopeng?" Sebuah suara membuat semua orang menoleh. Sontak hal itu membuat mereka kaget bukan main.

Terlihat Khanza bersandar pada pintu bersama Soka. Kakaknya tersenyum sinis sembari mendekat. Neena yang masih tak berbaju, membulat dengan sempurna. Mereka datang tiba-tiba?

"Khan-Khanza?" Sheila langsung memasangkan baju pada anaknya. Dia tidak ingin anaknya dipermalukan dalam keadaan seperti ini. Sudah cukup derita yang dirasakan sang anak.

"Wanita kotor ini akan menikahi Adikku? Cih!!! Menjijikkan!" Soka melipat kedua tangan, dengan tatapan jijik melihat betapa buruknya Neena yang kini terlihat sangat menyedihkan.

"Tutup mulutmu!" Afdal mendorong tubuh Soka hingga membentur dinding. Diremasnya kerah baju pria itu dengan kasar. Beraninya dia mengatakan kakaknya wanita kotor!

"Lepaskan! Anak bau kencur, jangan ikut campur!" Soka mendorong tubuh Afdal hingga tersungkur. Segera Yudha membantu anaknya bangun, dan bertanya apa alasan mereka datang tanpa diundang, pun langsung masuk tanpa dipersilakan. Di mana etika mereka? Tidak sopan!

Soka mengatakan akan mencarikan adiknya pengganti Neena. Dia menjelaskan bahwa sudah tidak ada lagi hubungan antara Khanza dan Neena. Semua sudah berakhir.

"Aku ingin lihat, si bodoh mana yang akan menikahi wanita hina ini. Cih! Alasan dilecehkan. Apa mungkin ada orang dilecehkan sampai dua kali? Atau mungkin ... Neena sebenarnya wanita panggilan?" Sudut bibir Soka menguntum senyum.

"Keparat!" Yudha tak tahan anaknya dihina. Dipukulnya wajah tampan milik Soka hingga lebam. Khanza yang dari tadi diam, bergegas melerai mereka yang akan berkelahi.

Pria berbaju hitam itu mengatakan akan melupakan Neena dari dalam hidupnya. Kisah tentang mereka harus dihapuskan. "Neena? Siapa dia? Hanya kertas usang yang harus dibakar agar menjadi abu!"

"Sudah cukup! Hentikan ocehanmu itu!" Neena bangkit. Disekanya air mata hasil penghinaan pria yang pernah dicintainya itu. Dengan tubuh bawah yang hanya berbalut selimut, Neena mendekat.

Cintanya seketika musnah. Khanza tidak pantas untuk dijadikan labuhan cinta. Dia hanya menginginkan kesempurnaan tanpa landasan. Khanza bukan pria baik sebab pria baik akan memaklumi keadaannya, meskipun mungkin tidak akan kembali.

"Lihat saja! Aku akan mendapatkan orang yang lebih baik darimu! Pergi!!!" Menggelegar suara Neena mengusir. Soka dan Khanza hanya mendengus kasar. Mereka yakin itu hanya bualan. "Mana mungkin ada pria sudi menerima bekas orang?"

Khanza terkekeh begitu keluar kamar. Dia yakin Neena hanya akan berakhir mengenaskan, seperti wanita-wanita di luar sana yang menggila saat kesuciannya direnggut.

Sheila dan Yudha kompak menarik tangan mereka, dan mendorongnya hingga ke luar rumah. Sebelum pergi, Soka menantang Neena untuk menikah lebih dulu dari Khanza.

Sheila bergeming. Ia tak peduli ocehan apa pun yang keluar dari mulut busuk dua pria itu. Entahlah, dia bingung apa alasan Soka lebih membenci Neena dibanding Khanza.

Neena yang telanjur emosi, tanpa berpikir panjang langsung menelepon Albirru. Dia tidak punya banyak pilihan dan waktu. Jika Albi sendiri yang menawarkan diri untuk menikahinya yang sudah dianggap kotor, apa ada alasan untuk menolak?

"Halo, Albi. Aku setuju dengan tawaranmu. Siapkan saja surat kesepakatan pernikahan kontrak. Akan kusanggupi. Aku akan menikah denganmu secepatnya." Sambungan telepon diputus tanpa mendengar penjelasan Albirru.

"Kakak?" Afdal menggeleng cepat. Suatu keputusan yang diambil dengan tergesa-gesa, tidak akan berbuah baik. Lantas, bagaimana mereka akan menjalani kehidupan setelah pernikahan? Tanpa cinta? Mungkinkah berbuah bahagia?

"Tidak, Neena. Itu sama saja kamu menyakiti diri sendiri, juga membuat Albi menanggung beban yang bukan semestinya." Sheila memasuki kamar. Dia takut anaknya akan lebih menderita selepas pernikahan nanti.

"Neena tidak punya pilihan. Bagaimana kalau nanti Neena hamil? Apa yang akan orang pikir? Tidak! Neena takut!" Neena terisak. Ia terkulai lemas dengan tubuh bermandikan keringat.

"Bagaimana dengan keluarga Albi?" tanya Yudha. Neena mengatakan Albi pasti akan membuat keluarganya yakin. Albirru adalah tokoh terpandang. Adakah semua akan berjalan sesuai harapan?

"Biarkan Neena tenang. Neena ingin sendiri." Neena mengambil handuk, dan melangkah menuju ke kamar mandi. Semua hanya bisa menarik napas dalam-dalam, dan beranjak dari kamar Neena.

Sementara itu, Albi merasa heran, kaget, bercampur dengan rasa bahagia. Apakah kiranya yang membuat Neena setuju menikah dengannya?

"Al? Ada apa? Kenapa kau tersenyum?" tanya Mitha-mama-Albi. Wanita cantik bersanggul itu tersenyum sambil membawa jus. Diserahkan jus itu pada anak sulungnya.

"Ah, tidak. Hanya ada kabar gembira." Albi meneguk jus itu hingga tandas. Kabar gembira? Mitha tersenyum. Apa anaknya sudah punya pilihan hati? Pikirannya mulai mengarah ke sana.

"Ma, ada sesuatu yang ingin Al katakan." Albi menarik tangan mamanya agar duduk di ranjang. Mitha semakin penasaran. Apa ini? Kenapa senyum pria muda itu mengembang?

"Ma, Al akan menikah. Mama setuju, kan? Al mohon," ujarnya sambil menggenggam tangan sang mama. Mitha terbelalak.

"Menikah? Tiba-tiba? Dengan siapa? Siapa wanita beruntung itu, Al?" Mitha tidak sabar ingin mendengar penjelasan anaknya. Albi menundukkan pandangan. Semburat merah terlihat dari wajah pria tampan itu.

"Neena," lirihnya.

"Neena?" Mitha menganga. Bukankah beberapa hari lalu anaknya pergi ke acara pernikahan Neena? Namun, kenapa malah Neena yang disebut? 'Mungkin ada Neena lain,' batinnya.

"Neena yang itu, Ma. Neena teman kuliah Al. Neena gagal menikah. Makanya Al yang akan menikahinya. Mama tahu kan, Al sangat menyukai Neena?" Albi menarik napas dalam-dalam. Ia yakin pasti akan ada pertentangan nanti.

"Mama tahu. Kamu sering cerita, sering memujinya. Namun Al, kenapa Neena gagal menikah?" tanya Mitha. Albi memejamkan mata sejenak. Mengambil ancang-ancang untuk bicara.

"Sebab dia dinodai sehari sebelum pernikahan." Albirru menoleh. Apa? Dinodai? Jadi, anaknya akan menikahi wanita kotor yang sudah dijamah pria lain? Mitha melotot.

"Kegilaan macam apa ini, Al?" Mitha bangkit. Ditatapnya wajah pria konyol yang malah akan menikahi wanita macam itu. Di mana otak sang anak saat berpikir akan menikahinya?

Mitha tentu akan menantang keputusan itu. Bagaimana bisa orang kaya seperti mereka akan menikahkan Albi dengan Neena? Mungkinkah Albi nekad menikah meski Mitha akan menentang?****

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel