6. GAIRAH SOPIR DAN MAJIKAN
Dewi menarik napas dalam-dalam, memandang Joe dengan penuh harap.
" Joe, mari masuk ke kamar. Aku butuh kamu di sana bersamaku," ajak Dewi lembut.
Joe merasakan perasaannya campur aduk. Ia tahu ini adalah langkah besar yang bisa mengubah segalanya. Meski dengan perasaan ragu, ia mengikuti Dewi menuju kamar. Mereka berdua masuk dan Dewi menutup pintu di belakang mereka.
Dewi naik ke ranjang, menatap Joe dengan tatapan yang lembut namun penuh keinginan.
"Joe, tolong. Aku membutuhkanmu lebih dari sebelumnya. Ini bukan hanya soal aku ingin punya anak, tapi juga tentang rasa percaya dan ketenangan yang kamu berikan padaku," ujar Dewi.
Joe berdiri di tepi ranjang, perasaannya berkecamuk antara keinginan untuk membantu Dewi dan rasa takut akan konsekuensi yang mungkin terjadi.
"Bu Dewi, saya akan selalu ada untuk Ibu, tapi ini... ini sesuatu yang besar. Saya takut kita mungkin akan menyesalinya nanti." Joe masih terlihat gugup.
Dewi menggenggam tangan Joe dengan erat, menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Joe, aku tahu ini sulit, tapi aku tidak tahu harus meminta bantuan siapa lagi. Aku butuh kamu melakukan ini dengan sepenuh hati. Kamu adalah orang yang aku percayai lebih dari siapa pun saat ini." Dewi memohon kembali.
Joe berusaha menenangkan dirinya, meski rasa gugupnya begitu jelas terlihat. Ia tahu betapa pentingnya hal ini bagi Dewi dan merasa tidak bisa menolaknya lagi.
"Baik, Bu Dewi. Jika ini benar-benar yang Ibu inginkan, saya akan melakukan yang terbaik untuk membantu. Tapi kita harus melakukannya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab," ucap Joe berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
Dewi tersenyum lemah, merasa sedikit lega mendengar kesediaan Joe.
"Terima kasih, Joe. Aku sangat menghargai ini. Mari kita lakukan dengan sepenuh hati," balas Dewi merasa bersyukur.
Joe naik ke ranjang dengan perasaan campur aduk. Ia mencoba menenangkan pikirannya dan fokus pada Dewi. Dewi, yang merasakan kegugupan Joe, berusaha menenangkan dengan mengelus tangannya.
" Tidak apa-apa, Joe. Aku di sini bersamamu. Mari kita lakukan ini bersama." Dewi berusaha menenangkan Joe yang gugup.
Joe menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk tetap tenang meskipun hatinya masih berdebar kencang.
"Baik, Bu Dewi. Saya di sini untuk Ibu. Mari kita lakukan ini dengan tenang," ucap Joe berusaha tersenyum meski sangat gugup dan takut.
Dewi mengangguk, merasakan ketenangan dari kehadiran Joe yang tulus. Mereka berdua berusaha fokus pada momen tersebut, mencoba melupakan segala kekhawatiran dan ketakutan yang ada. Meskipun perasaan campur aduk masih menyelimuti, mereka tahu bahwa mereka sedang mengambil langkah besar yang membutuhkan keberanian dan kepercayaan.
Malam itu, di tengah segala keraguan dan kegugupan, Joe dan Dewi berusaha menjalani keputusan yang telah mereka buat. Mereka saling memberi dukungan dan kekuatan, berusaha menemukan kedamaian di tengah situasi yang begitu rumit dan penuh emosi.
Joe merasakan setiap momen dengan intensitas yang meningkat. Awalnya, dia berusaha tenang dan penuh perhatian, tetapi seiring berjalannya waktu, birahinya mulai menguasai. Dewi, yang sudah lama merindukan kehangatan dan kedekatan, merespons setiap sentuhan Joe dengan penuh kenikmatan.
Joe mencium Dewi dengan lembut, tapi segera ciuman itu berubah menjadi lebih dalam dan penuh hasrat. Tangan Joe menjelajahi tubuh Dewi dengan penuh gairah, sementara Dewi mengerang pelan, menikmati setiap sentuhan.
"Joe... ini yang aku butuhkan. Aku merasa hidup kembali," lenguh Dewi sambil memejamkan matanya.
Kata-kata Dewi membuat Joe semakin terdorong oleh nafsu. Mereka berdua semakin larut dalam momen itu, merasakan keintiman yang semakin dalam. Keringat mulai mengalir di tubuh mereka, menambah panasnya suasana.
Joe merasakan birahinya semakin membara. Dewi, yang merasakan intensitas perasaan Joe, semakin merespons dengan penuh gairah. Mereka bergerak bersama dalam ritme yang penuh keinginan, saling memberikan dan menerima.
"Bu Dewi... aku..." Joe menghentikan gerakannya.
"Jangan berhenti, Joe. Teruskan...," pinta Dewi meyakinkan sopirnya itu.
Joe mengikuti arahan Dewi, memberikan dirinya sepenuhnya pada momen itu. Mereka berdua terhanyut dalam gelombang hasrat, saling memberikan kenikmatan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.
Kamar itu dipenuhi oleh suara napas yang berat dan erangan kenikmatan. Dewi dan Joe benar-benar tenggelam dalam satu sama lain, melupakan segala masalah dan kekhawatiran yang sebelumnya membayangi.
Akhirnya, puncak kenikmatan pun tercapai. Mereka berdua terbaring lelah di ranjang, masih terengah-engah dan berkeringat. Joe menatap Dewi dengan perasaan campur aduk—antara rasa lega, kepuasan, dan sedikit rasa bersalah.
"Bu Dewi, aku... aku harap ini membuatmu merasa lebih baik," ucap Joe dengan nafas tersengal-sengal.
Dewi menatap Joe dengan senyuman lelah namun puas.
"Terima kasih, Joe. Kamu telah memberikan lebih dari yang bisa aku bayangkan. Ini sangat berarti bagiku," balas Dewi tersenyum puas.
Mereka berdua berbaring dalam keheningan sejenak, menikmati kedekatan yang baru saja mereka alami. Meski dengan segala perasaan yang campur aduk, mereka tahu bahwa momen ini telah membawa mereka lebih dekat dan memberikan harapan baru bagi Dewi.
"Apa pun yang terjadi, Dewi, aku akan selalu ada untukmu. Kita akan menghadapi ini bersama," ucap Joe, tatapannya begitu dalam.
Dewi mengangguk pelan, merasa lebih tenang dan yakin.
" Terima kasih, Joe. Aku tahu kita bisa melalui ini bersama," balas Dewi diakhiri senyuman manis.
Setelah beberapa saat beristirahat, Joe dan Dewi masih merasakan gejolak yang belum mereda di dalam diri mereka. Meskipun mereka baru saja mencapai puncak kenikmatan, hasrat mereka berdua masih membara. Joe menatap Dewi yang berbaring di sampingnya, dan melihat di matanya bahwa Dewi merasakan hal yang sama.
"Bu Dewi, aku merasa belum cukup. Bagaimana denganmu?" Joe merasa masih bernafsu.
Dewi menatap Joe dengan mata yang penuh hasrat dan sedikit senyuman di bibirnya.
"Aku juga merasakan hal yang sama, Joe. Aku ingin lebih," jawab Dewi.
Joe tersenyum dan mulai mendekat lagi, mencium Dewi dengan penuh gairah. Ciuman itu segera berubah menjadi lebih intens, dan Dewi merespons dengan penuh antusiasme. Mereka berdua kembali terhanyut dalam gelombang hasrat yang semakin menguat.
Joe menjadi lebih buas dalam setiap gerakannya, merasakan desahan Dewi yang semakin keras dan penuh kenikmatan. Suara desahan Dewi membuat Joe semakin bernafsu, dan dia semakin mempercepat ritmenya, memberikan setiap sentuhan dengan penuh energi dan gairah.
"Aahhh .... Nikmati banget ahhhh," lenguh Dewi memejamkan matanya.
Dewi merasakan kenikmatan yang berbeda dari persetubuhan ini. Joe lebih buas dan penuh semangat dibandingkan dengan suaminya, memberikan sensasi yang belum pernah Dewi rasakan sebelumnya. Setiap gerakan Joe membuat Dewi semakin tenggelam dalam lautan kenikmatan, membuatnya mengerang lebih keras.
"Kamu sungguh membuatku bernafsu, Sayang," bisik Joe dengan nafas memburu.
Joe merasakan dorongan yang luar biasa, dan dia tidak menahan dirinya lagi. Dia memberikan semua yang dia miliki, bergerak dengan intensitas yang semakin meningkat. Dewi merespons dengan gerakan yang sama penuh gairah, menikmati setiap momen dengan sepenuh hati.
Malam itu menjadi malam yang penuh dengan kenikmatan dan gairah. Keduanya tenggelam dalam keintiman yang mendalam, merasakan setiap detik dengan intensitas yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Suara desahan dan erangan mereka memenuhi kamar, menambah panasnya suasana.
Ketika akhirnya mereka mencapai puncak kenikmatan untuk kedua kalinya, tubuh mereka berkeringat dan terengah-engah. Joe terbaring di samping Dewi, merasakan kepuasan yang luar biasa. Dewi menatap Joe dengan mata penuh kehangatan dan kepuasan.
"Joe, ini... ini luar biasa. Aku belum pernah merasakan yang seperti ini sebelumnya," ucap Dewi, wajahnya nampak bercucuran keringat.
"Aku juga, Dewi. Kamu membuatku merasa kenikmatan," balas Joe tersenyum puas bisa menikmati tubuh molek majikannya.
.
*****