4. SOPIR YANG PERHATIAN
"Joe, aku merasa hancur sekali hari ini," ucap Dewi
" Ada apa, Bu Dewi? Apa yang terjadi?" Joe menunjukkan keprihatinan.
"Aku baru saja tahu kalau Adrian, suamiku, berselingkuh. Dia pilot pesawat, dan ternyata dia sudah lama menjalin hubungan dengan pramugari," jawab Dewi terlihat sangat bersedih.
"Astaga, Bu Dewi, saya turut sedih mendengarnya. Itu pasti sangat berat bagi Ibu," ucap Joe.
"Aku merasa dikhianati, Joe. Aku selalu percaya padanya. Bagaimana aku bisa menghadapi ini?" Dewi merasa sakit hatinya.
"Bu Dewi, saya tahu ini sangat menyakitkan. Tapi Ibu adalah wanita yang kuat. Ibu punya banyak kelebihan yang membuat Ibu istimewa. Jangan biarkan satu orang merusak semuanya," ujar Joe menenangkan.
"Tapi bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan semua ini di pikiranku?" balas Dewi.
"Satu langkah pada satu waktu, Bu Dewi. Fokus pada hal-hal yang Ibu cintai dan yang membuat Ibu bahagia. Jangan ragu untuk mencari dukungan dari orang-orang terdekat Ibu. Ibu tidak sendiri," jawab Joe menyarankan.
"Terima kasih, Joe. Kata-katamu sangat menenangkan. Aku merasa lebih baik sekarang," ucap Dewi
"Saya selalu ada di sini untuk Ibu, Bu Dewi. Ingatlah, setiap badai pasti berlalu, dan Ibu akan menemukan kebahagiaan lagi," balas Joe tersenyum menatap lembut.
" Terima kasih banyak, Joe. Dukunganmu berarti banyak bagiku." Dewi menatap Joe dalam-dalam.
Joe tersenyum lembut, tetapi dalam hatinya, dia merasakan getaran lain. Sebagai seorang duda yang telah lama hidup sendiri, Joe selalu mengagumi kecantikan dan kelembutan Dewi. Kini, dengan keadaan Dewi yang rentan, Joe merasa ini adalah kesempatan untuk lebih dekat dengannya.
"Ibu Dewi, jika ada yang bisa saya lakukan untuk membantu, jangan ragu untuk memberi tahu saya. Saya ingin melihat Ibu bahagia dan tenang kembali," ujar Joe.
"Terima kasih, Joe. Keberadaanmu sangat membantu. Kadang-kadang, aku merasa dunia ini begitu berat dan tak adil," jawab Dewi pelan.
Joe merasakan hatinya berdebar lebih cepat. Dia melihat ke dalam mata Dewi yang penuh kesedihan dan menyadari betapa rapuhnya dia saat ini.
"Ibu Dewi, Ibu tidak perlu merasa sendiri. Saya tahu ini masa yang sulit, tapi saya percaya Ibu akan melewatinya dengan kekuatan yang Ibu miliki. Saya akan selalu mendukung Ibu, tidak hanya sebagai sopir, tetapi juga sebagai teman." Joe berusaha menghibur.
Dewi tersenyum kecil, matanya mulai berkilau dengan harapan.
"Kamu benar, Joe. Kehadiranmu memberikan ketenangan yang aku butuhkan. Aku beruntung memiliki teman seperti kamu," ucap Dewi sedikit lebih tenang.
Joe menatap Dewi dengan penuh perhatian, mencoba untuk menjaga dirinya tetap profesional meskipun hatinya mulai merasa berbeda.
"Terima kasih, Bu Dewi. Itu sangat berarti bagi saya. Jika Ibu perlu berbicara atau sekedar melepas penat, saya siap menemani." Joe menawarkan diri karena kepeduliannya.
Dewi mengangguk, merasakan beban di hatinya sedikit berkurang. Namun, Joe, dengan perasaan yang campur aduk antara simpati dan rasa kagum, tahu bahwa tantangan terbesarnya adalah menjaga perasaannya tetap terkendali sambil tetap memberikan dukungan yang tulus kepada Dewi.
Joe merasa hatinya berdebar semakin kencang saat malam semakin larut. Mereka telah berbicara cukup lama, dan Dewi tampak sedikit lebih tenang. Namun, tiba-tiba Dewi berbicara dengan suara pelan dan penuh kebimbangan.
"Joe, malam ini aku merasa sangat kesepian. Bisakah kamu menemaniku di kamar? Aku tidak ingin sendirian sekarang," ujar Dewi pelan namun serius.
Joe terkejut mendengar permintaan Dewi. Dia ragu-ragu sejenak, berusaha mempertimbangkan konsekuensi dari apa yang diminta. Meski hatinya senang mendengar permintaan itu, dia juga merasa cemas tentang apa yang mungkin terjadi.
"Bu Dewi, saya... saya tidak ingin membuat Ibu merasa tidak nyaman. Apakah Ibu yakin ini yang Ibu inginkan?" Joe terperangah dan gugup.
Dewi mengangguk pelan, matanya masih penuh dengan kelelahan dan kesedihan.
"Ya, Joe. Aku hanya butuh seseorang di dekatku. Malam ini terlalu sunyi dan aku merasa tidak sanggup menghadapinya sendirian," jawab Dewi.
Joe merasakan rasa sayang yang tulus dan keinginan untuk melindungi Dewi semakin kuat. Dia menghela napas dalam-dalam, berusaha menenangkan perasaannya sendiri.
"Baiklah, Bu Dewi. Saya akan menemani Ibu. Tapi izinkan saya menjaga jarak yang pantas. Saya tidak ingin Ibu merasa tidak nyaman atau salah paham," ucap Joe tidak enak hati.
Dewi tersenyum tipis, merasa sedikit lega.
"erima kasih, Joe. Itu sangat berarti bagiku," ujar Dewi tersenyum.
Joe mengikuti Dewi menuju kamarnya. Begitu mereka masuk, Dewi duduk di tepi ranjang, sementara Joe memilih untuk duduk di kursi di sudut ruangan, menjaga jarak tetapi tetap dekat.
"Ibu Dewi, apakah ada sesuatu yang bisa saya lakukan agar Ibu merasa lebih nyaman?" tanya Joe pelan.
"Tidak, Joe. Kehadiranmu sudah cukup. Aku hanya butuh seseorang yang bisa aku percaya berada di dekatku," jawab Dewi diakhiri senyuman.
Joe mengangguk dan tersenyum, mencoba menyembunyikan rasa gugupnya.
"Saya di sini untuk Ibu, Bu Dewi. Kita akan melalui ini bersama-sama," ujar Joe.
Malam itu, meskipun berada di ruangan yang sama, Joe memastikan untuk menjaga kehormatannya dan perasaan Dewi. Keduanya duduk dalam diam, merasakan ketenangan yang perlahan mulai meresap. Dewi, meski masih diliputi kesedihan, merasa ada secercah harapan dan kenyamanan di hadapan Joe, seseorang yang selalu ada untuknya.
Joe melihat jam dinding yang menunjukkan sudah larut malam. Dewi terlihat semakin lelah dan matanya tampak berat. Dia berpikir bahwa istirahat adalah hal terbaik untuk Dewi saat ini.
"Bu Dewi, saya pikir Ibu perlu tidur. Istirahat akan membantu Ibu merasa lebih baik besok," ucap Joe menyarankan.
Dewi menatap Joe dengan mata penuh harap dan sedikit keraguan.
"Joe, bisakah kamu tidur di sampingku? Aku benar-benar butuh seseorang di sini malam ini. Aku tidak ingin merasa sendirian," pinta Dewi.
Joe terkejut mendengar permintaan itu. Dia merasa gugup dan ragu, tetapi melihat Dewi yang begitu rentan membuatnya tidak bisa menolak.
"Bu Dewi, saya... saya tidak ingin Ibu merasa tidak nyaman atau salah paham dengan kehadiran saya di sini," ucap Joe kaget.
Dewi menggeleng pelan, meyakinkan Joe dengan nada lembut.
"Tidak, Joe. Aku percaya padamu. Aku hanya butuh seseorang di sampingku, agar aku merasa aman," ujar Dewi meyakinkan.
Joe merasakan hatinya berdebar semakin kencang, tetapi dia tidak ingin mengecewakan Dewi. Dengan perlahan, dia bangkit dari kursinya dan mendekati ranjang.
"Baiklah, Bu Dewi. Jika itu yang Ibu inginkan, saya akan menemani Ibu. Tapi saya akan menjaga jarak yang pantas," balas Joe terlihat gugup.
Dewi tersenyum tipis dan berbaring di sisi ranjangnya, meninggalkan ruang di sebelahnya untuk Joe. Joe dengan gugup dan hati-hati berbaring di sebelahnya, memastikan ada cukup ruang di antara mereka.
"Terima kasih, Joe. Ini sangat berarti bagiku yang sedang gundah," ucap Dewi tersenyum.
Joe mencoba menenangkan perasaannya dan mengatur napasnya yang sedikit tersengal.
"Tidak apa-apa, Bu Dewi. Saya di sini untuk Ibu. Mari kita coba untuk tidur dan istirahat," ujar Joe.
Dewi menutup matanya perlahan, merasakan ketenangan dari kehadiran Joe di dekatnya. Joe, meski masih merasa gugup dan sedikit takut, mencoba untuk tetap tenang. Dia tahu bahwa Dewi hanya membutuhkan dukungan dan kehadiran seseorang yang bisa dia percaya saat ini.
Malam itu, di bawah langit yang gelap dan sunyi, Dewi akhirnya tertidur dengan perasaan sedikit lebih tenang. Joe tetap terjaga untuk beberapa saat, memastikan Dewi benar-benar tertidur dengan nyenyak sebelum akhirnya dia sendiri perlahan-lahan terlelap. Meski dengan perasaan campur aduk, Joe tahu bahwa dia telah melakukan yang terbaik untuk mendukung Dewi di saat-saat sulitnya.
Malam semakin larut dan suasana kamar yang hening membuat Joe semakin waspada dengan pikirannya sendiri. Ia mencoba memejamkan mata, tetapi bayangan kecantikan dan kemolekan Dewi yang terbaring di sampingnya membuat hasratnya muncul tanpa bisa dicegah.
Joe menatap langit-langit kamar, berusaha untuk mengalihkan pikirannya. Ia mengingatkan dirinya bahwa Dewi adalah tuannya, seorang wanita yang membutuhkan dukungan dan perlindungan, bukan seseorang yang bisa ia manfaatkan dalam keadaan rentan.
Dalam hatinya Joe berkata,"Aku harus bisa menahan diri. Dewi membutuhkan teman, bukan sesuatu yang lain. Aku harus menghormati dan melindunginya"
*****