Bab 8
Si kernet menekan dalam kepala Widya hingga mentok ke selangkangannya sampai-sampai hidung Widya berada di rambut kemaluan si kernet yang lebat dan bau menyengat. Widya tak bisa melawan karna kuatnya tekanan si kernet pada kepalanya. Air matanya mulai mengalir keluar, beberapa kali ia pejamkan matanya dengan kuat menahan rasa sesak.
“Telan peju ku, bu….sshhhhh…telan semuanya sampai habis….Aakkkhhhh….”
Dalam sesaknya Widya disuruh untuk menelan semburan peju yang menyeruak masuk ke dalam tenggorokannya. Karna terlalu banyak dan kuatnya semburan peju tersebut membuat Widya tersedak hingga ada yang masuk ke lubang hidungnya dan mengalir keluar seperti ingus.
HAH!!! HAH!!! HAH!!!
Widya kehabisan nafas dan berusaha mencari udara untuk masuk ke paru-parunya saat kontol besar tersebut di keluarkan dari mulutnya oleh sang pemiliknya. Dadanya naik turun dan dahinya berkeringat. Sementara rambutnya sedikit berantakan. Si kernet belum selesai, peju yang keluar di lubang hidung Widya diseka olehnya, lalu Widya disuruh untuk menjilat jari si kernet yang terdapat sisa peju untuk ditelan olehnya. Terakhir si kernet mengusapkan sisa peju nya yang masih melekat di ujung kontolnya pada rambut Widya untuk membersihkannya.
“saya mohon sudah, pak. Hiks..hiks..”, tangis lirih Widya mulai pecah karna mendapat pelecehan yang sedang terjadi terhadap dirinya.
“si bapak ini belum ibu puaskan. Kasihan, bu. Ibu bantu keluarin peju nya, gih”, ucap si kernet. “silahkan, pak sekarang giliran bapak buat nikmatin mulutnya”, lanjutnya.
Widya disuruh untuk merubah posisi duduknya menghadap selangkangan pria tersebut dan kembali mulut Widya dipaksa untuk memuaskan kontol pria yang tak ia kenal sama sekali. Kepalanya dipaksa naik turun melahap batang tersebut dengan air mata yang mengalir di pipinya.
“Gila. Ssshhh…enak banget sepongan nya. Bini gue aja kalah jauh sama mulut ibu ini. Sshhhhh….ya terusshhhh…Aakkkhhhh…”, racaunya sambil meremas keras kedua payudara Widya dan bergantian memainkan putingnya.
Ternyata si kernet melakukan hal iseng dimana ia mengelus dan menekan pelan memek Widya yang masih terbungkus celana hitamnya. Sesekali tangan si kernet menekan selangkangan Widya dan sedikit menabok pelan area bagian bawah perutnya. Saat si kernet melihat Widya kembali, ternyata Widya tengah dipaksa menaik turunkan kepalanya di selangkangan penumpang prianya itu. Widya di deepthroat dalam kondisi itu, sampai terlihat si pria mengejang sambil menahan kepala Widya masuk ke dalam selangkangannya. Lagi-lagi Widya dipaksa untuk menelan peju pria yang tak ia kenal.
“Telan vitamin saya, bu. Akkkhhhh….telan semua, biar ibu tambah binal….sshhhhh….nikmatnya…”
Setelah memuaskan kedua pria tersebut, Widya memasukkan sendiri kedua payudaranya yang terbuka bebas ke dalam cup Bra nya dan merapikan kembali bajunya. Widya diam di tengah kedua pria tersebut. Widya terlihat masih menangis sambil menundukkan kepalanya.
“yaudah, ibu balik lagi duduk di tempatnya”, suruh si kernet dan hal itu langsung Widya lakukan. Ia berdiri mencoba melewati si kernet uang masih duduk tanpa mengubah posisinya dan Widya harus melangkah diatas paha si kernet. Saat Widya melangkah, kernet bus tersebut menahan Widya dan membisikan sesuatu padanya.
“Nanti pas di Rest area ikut saya ke belakang. Saya mau cobain memek ini ibu ini dan ibu jangan coba-coba melawan karna ibu sendiri juga pasti sudah tau akibatnya. Mengerti?!”, ucap si kernet sambil menekan memek Widya lumayan keras. Widya hanya diam dalam sedih dan marahnya lalu kembali melangkah untuk duduk di samping Evan kembali. Saat duduk kepala Widya menghadap ke anaknya dan memejamkan mata karna ia merasa jijik dengan pria di seberang tempat duduknya.
“maafkan mama, nak. Mama terpaksa. Mama ga mau kamu kenapa napa”, batin Widya sambil memegang pelan tangan Evan.
Setelah ucapan bersalahnya pada anaknya, Widya terlelap tidur karna dirinya merasa lemas sehabis dipaksa untuk memuaskan dua orang pria yang menjijikkan. Ia tertidur dengan mimpi dimana dirinya tengah tertawa bersama almarhum suaminya dan ada Evan juga disana yang sedang bermain di ruang tamu. Tanpa Widya sadari di tidurnya, ujung mata Widya mengeluarkan setetes air mata.
“maafkan istrimu ini, suamiku”, batin Widya dalam mimpinya saat melihat suaminya yang tengah tertawa bersamanya.
Pukul 19.05 Widya terbangun dari tidurnya karna tubuhnya di goyangkan oleh si kernet bus yang sebelumnya tadi telah melecehkan dirinya. Ia berbicara pada Widya bahwa sebentar lagi bus yang ia tumpangi akan segera sampai di Rest area dan si kernet juga mengingatkan Widya untuk bersiap-siap sambil memasang senyum menjijikkan.
Empat belas menit kemudian, tepatnya pukul 19.19 bus yang ia tumpangi berhenti di Rest area. Widya membangunkan Evan untuk menanyakan apakah ikut turun atau tidak, tapi dari Evan sendiri menolak karna dirinya masih merasa sangat mengantuk dan lebih memilih untuk tetap berada di dalam bus. Evan hanya menitipkan beberapa pesanan pada Widya untuk dimakannya nanti. Mendapat jawaban tersebut dari anaknya, Widya akhirnya turun sendiri. Saat dirinya di pintu bus untuk turun ternyata sudah ada si kernet yang menghadang dan juga ada beberapa pria lain bersamanya, termasuk si sopir bus. Saat itu perasaan Widya benar-benar menjadi tak enak dengan apa yang akan terjadi pada dirinya di Rest area itu.
“ini perempuan yang yang tadi saya bilang, bang”, ucap si kernet pada si sopir sambil mengarahkan pandangannya pada Widya.
Si sopir mengajak Widya untuk berjabat tangan dengan sopan sambil mengajak kenalan. Widya yang tak tau harus berbuat apa dan perasaannya sungguh tak enak menerima jabatan tangan sopir bus tersebut.
“Saya Sobri partner Mamat ini”, ucap si sopir dan disitu Widya baru tau ternyata kernet yang melecehkannya tadi itu bernama Mamat.
“Saya…saya Widya, pak”, balas Widya dengan rasa takut.
“Sudah bu Widya ga usah takut gitu orang kita Cuma mau kasih ibu kenikmatan masa takut, harusnya senang loh. Hahaha”, ledek Sobri yang membuat telinga Widya memanas.
“tenang aja, bu dijamin ibu bakal kita bikin puas sama jagoan saya ini”, ucap si Sobri sambil menunjuk selangkangannya yang ternyata di balik celananya ada benda yang menonjol dengan besar. “yaudah sekarang aja, bu. Saya juga sudah ga sabar pengen di puasin sama bu Widya yang cantik ini. Maaf loh bu”, Sobri sok berlagak sopan di depan Widya padahal sudah jelas omongan serta niatnya tak mencerminkan kesopanan sama sekali.
Widya yang kembali diingatkan akan ancaman pada anaknya, Evan hanya bisa menurut walau dirinya sendiri sangat marah dan sangat tak terima akan perlakuan yang sedang maupun yang akan ia terima, tapi semua itu semata hanya ingin supaya tak terjadi apa-apa pada anaknya itu. Widya selain dibawa oleh Sobri dan Mamat, terdapat juga pria lain yang tak lain penumpang yang satu his juga dengannya. Ada 2 pria dan salah satunya yang ikut melecehkannya tadi bersama si Sobri yang bernama Jali sedangkan pria satunya diketahui bernama Rojak.
Bersambung