Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9

Widya dibawa oleh mereka berempat ke halaman belakang Rest area dimana di halaman belakang itu terdapat bangunan petak yang biasa digunakan untuk istirahat para sopir. Widya berjalan diapit oleh 4 pria sekaligus menuju bangunan yang akan menjadi tempat dimana dirinya dipaksa untuk melayani nafsu mereka.

Di depan bangunan petak yang dituju ternyata terdapat seorang perempuan tua sedang duduk sambil merokok. Entah siapa itu Widya sama sekali tak tau. Sementara si sopir mendekati perempuan tersebut diikuti dengan Widya dan pria lainnya.

“Selamat malam calon penghuni tanah kuburan!”, sapa Sobri pada perempuan tua tersebut.

“Kurang ajar, ini anak datang-datang itu mulut bocor kaya biasanya”, kesal si perempuan tua. “Mau ngapain lu?!”, sambungnya bertanya pada Sobri.

Sobri menunjuk ke arah Widya, “biasa mau ngentot”

“Bawa Lonte dari mana lagi, lu?! Hidup lu isinya memek doang”, cerocosnya.

“ini bukan Lonte. Dia penumpang gue yang kebetulan mohon ke kita buat di puasin sama kontol. Dia paksa yaudah gue turutin dari pada nanti ibu Widya ini cari kontol di pinggir jalan”, leceh Sobri pada Widya dengan terlalunya yang menggambarkan bahwa Widya sosok perempuan binal yang doyan dengan kontol lelaki. Dia bilang Widya yang minta? Padahal disini Widya lah yang sedang dipaksa sambil diancam.

Perempuan tua tersebut melihat ke arah Widya, “oke juga penumpang lu ini. Lu kasih ke gue, nanti pasti bakal laku keras ini perempuan”, ucapnya yang seakan-akan menganggap Widya barang yang akan di perjual belikan. Di dalam lubuk hatinya Widya sangat merasa sakit oleh omongan mereka yang menilai bahwa dirinya wanita murahan yang bisa dinikmati tubuhnya terus kehormatannya bisa dibayar hanya dengan beberapa lembar kertas.

“Enak aja lu nenek tua. Ini barang langka dan asal tau aja, bu Widya ini udah punya suami dan baru punya satu anak. Anaknya sendiri sekarang lagi tidur di dalam bus gue. Bayangin aja anaknya lagi tidur, ibunya malah ngentot sama 4 kontol. Hahaha”, rasanya Widya ingin membunuh pemilik suara tersebut. “udah lu pergi sana, kita mau puasin kontol sama memek bu Widya ini. Hushhh!!! Hushhh!!!”, sambung Sobri mengusir perempuan tersebut.

Perempuan tersebut pergi dengan ngedumel dan Sobri menyuruh ketiga pria di dekat Widya untuk membawa Widya masuk ke dalam. Widya mulai merasakan keringat dingin pada tubuhnya. Berulang kali ia menelan ludahnya saat membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya di dalam sana bersama keempat pria bejat itu. Sobri membuka pintu dan masuklah mereka semua ke dalam ruangan tersebut yang hanya diisi oleh kasur lantai tipis tanpa peralatan apapun. Terdengar pintu di tutup dan dikunci dari dalam oleh Mamat.

Setelahnya mereka semua mengelilingi tubuh Widya yang mulai gemetar. Dengan serempak mereka semua mulai mengeluarkan kontolnya yang sudah mulai tegak sempurna. Jantung Widya berdetak demgan kencang dan matanya ia pejamkan. Tubuhnya yang masih terbalut pakaian lengkap mulai diraba-raba oleh mereka berempat. Mulai dari payudara yang diremas entah oleh siapa. Tengkuk hingga leher diciumi, pantat yang diremas dan ditampar pelan dan juga selangkangannya yang diraba dan dielus.

“mmpfff….”, Widya menahan nafasnya saat dirasa pakaiannya mulai dilucuti satu persatu. Sempat ia tahan, tapi dengan kuat tangganya disingkirkan oleh salah satu pria yang entah siapa itu. Saat itu rasanya Widya ingin berteriak dan menangis sejadinya karna dilecehkan sedemikian rupa oleh empat pria sekaligus.

Widya dipaksa untuk mengoral secara bergantian keempat kontol tersebut hingga tegak sempurna dan setelahnya satu pria, Sobri maju memegang pinggul Widya yang menungging dan dengan perlahan ujung kepala kontol Sobri mulai masuk menembus lubang peranakan Widya. Perlahan dan perlahan sampai semua batang Sobri memenuhi lubang Widya yang menghasilkan suara lenguhan dari mulut Widya karna masuknya benda besar tersebut.

“Aaaakkkkhhh….”

Disini bukannya Widya tak melawan atau hanya bisa pasrah sepenuhnya, sebelumnya Widya mencoba untuk melawan dengan kekuatannya, tapi apa daya kekuatan mereka berbeda dan jumlah mereka juga tak seimbang sehingga perlawanan yang Widya berikan tak ada artinya sama sekali di hadapan keempat pria tersebut.

Dengan gerakan perlahan Sobri mulai menggerakkan keluar masuk kontolnya di lubang memek Widya. Widya sendiri memejamkan mata dalam posisi setengah menungging dengan di arah kanan dan kirinya berdiri Mamat dan Rojak yang memegangi tangan Widya supaya tetap pada posisinya.

Widya hanya mampu mengeluarkan desahan dan rintihan saat dengan bebasnya Sobri bisa menikmati setiap inci lubang memek Widya saat meremas batang kontolnya di dalam sana. Dibawah sana selangkangannya tengah bertemu dengan selangkangan Sobri sedangkan bagian atas payudaranya tengah diremas oleh kedua pria. Untungnya mulut Widya masih dengan bebas mengeluarkan suara karna Jali hanya diam melihat sambil duduk.

“Aaakkkk…sshhhh…pak….sudah pak…tolong….”, iba Widya, tapi tak di gubris oleh keempatnya dan Sobri sendiri tetap menyodokkan kontolnya dengan nikmatnya.

Hampir lima belas menit Widya di pompa oleh kontol Sobri dan dirinya merasa akan ada sesuatu yang keluar dari dalam dirinya, sebuah gelombang orgasme. Widya memang melawan tapi entah kenapa dirinya akan meraih puncak saat dirinya diperkosa seperti saat itu.

“Ssshhh….Aakkkhhhh…”, Widya masih menahan dengan keras suaranya supaya tak keluar dari mulutnya, namun Mamat yang berada di sampingnya bisa mendengar dan dia juga bisa mengetahui bahwa Widya akan mencapai puncak kenikmatan sehingga ia memberi sebuah kode pada Sobri.

Saat Widya akan mencapai orgasme pertamanya, Sobri langsung menarik keluar kontolnya dengan cepat dan hal itu membuat Widya kaget karna saat dirinya akan mencapai puncak kenikmatan menjadi surut kembali. Widya masih bisa menahan hal tersebut tanpa menunjukkan ekspresi apapun walau para pria tau bahwa Widya merasa kentang dengan hal tersebut.

Saat dirinya gelombang Widya telah surut, Sobri kembali memasukkan kontolnya dan kembali memompa memek Widya dengan tempo seperti sebelumnya.

“Mmpfff….mmpppffff…” , suara lirih Widya.

“Ssshhh….Aakkkhhhh…nikmatnya”, racau Sobri dengan kepala mendongak ke atas menikmati rasa nikmat yang ia dapatkan.

Pompaan akan memek Widya mulai di tambah oleh Sobri sehingga Widya terlihat meronta seperti menahan sesuatu. Kepalanya menggeleng dan sesekali mendongak ke atas. Payudaranya bergerak ke depan dan belakang mengikuti irama sodokan kontol Sobri pada memeknya. Gerakan Sobri membuat Widya makin kalang kabut akan rasa nikmat yang ia terima dan juga rangsangan yang ia terima dari Mamat dan Rojak yang sedang meremas keras serta melintir puting Widya secara bergantian.

PLOK!!! PLOK!!! PLOK!!!

“SSHHHH….PAKK!! PAK!! AAKKKHHH….PAK!!!! STOOPP!!…AAKKKHHH…”, erang Widya, Sobri terus saja bertahan dengan gerakkannya.

PLOK!!! PLOK!!! PLOK!!!

“TOLONG PAK…TOLOONNGGG….AAKKHHH…OOOWWSSHHH….SAYA MAU KELUAR…AKKKHHH …”,

PLOP!!!

Sobri mencabut kontolnya kembali mencoba untuk mempermainkan nafsu Widya yang sedikit lagi akan mencapai orgasme kembali langsung dibatalkan oleh Sobri. Disini Widya mulai merasa uring-uringan dengan perlakuan Sobri yang sedang mempermainkan nafsunya, tapi Widya masih bisa menahan dan mengendalikan dirinya.

Widya diam dalam posisi menunggingnya, terlihat dengan jelas dari belakang sana bahwa memek Widya telah sangat basah. Dengan sengaja Sobri memasukkan beberapa jarinya ke dalam lubang Memek Widya dan mengocoknya dengan cepat hingga terdengar bunyi kecipak air yang keras.

HAH!!! HAH!!! HAH!!!

Nafas Widya ngos-ngosan saat kocokkan cepat jari Sobri berhenti dan Widya bisa bernafas dengan normal kembali, tapi hal tersebut hanya berlangsung beberapa detik dimana saat jari Sobri dicabut, Sobri langsung memasukkan kembali kontolnya mengisi kubang memek Widya dan langsung menggenjotnya dengan cepat. Widya kembali seperti cacing kepanasan akibat genjotan yang Sobri lakukan.

PLAK!!!

“AAAKKKHHH!!! SSSHHH…..”

Sobri menampar pantat Widya dengan keras sehingga Widya menjerit. Sobri menampar kembali pantat berisi milik Widya. PLAK!!! Terdengar suara erangan keras kembali saat pantatnya kembali mendapat tamparan keras hingga rasanya pantat Widya menjadi panas.

Tamparan keras pada pantatnya tak terjadi satu atau dua kali sehingga Widya mulai mengerang seperti kesetanan. Hal yang menyakitkan, namun hal tersebut dengan perlahan mulai berubah menjadi sebuah kenikmatan yang Widya rasakan dibarengi dengan tusukan keras oleh batang kontol yang memenuhi lubang memeknya. Widya mulai mendesah dan mendesah tiap kali ujung kontol Sobri masuk dalam di dalam memeknya.

“Aakkkhhhh….Aakkkhhhh…Aakkkhhhh….”

“Ayo mendesah lebih keras lagi, bu…Aakkkhhhh…desahan ibu seperti obat semangat untuk saya ngentotin memek bu Widya. Aakkkhhhh….”, racau Sobri yang kini mengambil alih penuh atas tubuh Widya sambil tangannya meremas kedua payudara Widya.

Sambil pantatnya terus bergerak maju mundur, Sobri mencium tengkuk leher Widya dan menjalar pada daun telinga, kemudian ia mengarahkan wajah Widya untuk menghadap samping. Saat itu di lumatlah bibir seksi Widya dengan nafsunya yang membara sambil terus menyetubuhi Widya dari belakang. Bunyi kulit pantat dan selangkangan menggema di ruangan tersebut bercampur dengan suara lumatan bibir keduanya.

PLAK!!! PLAK!!! PLAK!!!

SLURP!!! SLURP!!! SLURP!!!

Sobri mengangkat sebelah kaki Widya sehingga kini harus merangkul leher Sobri dengan satu tangannya sementara dirinya tengah disetebuhi dalam posisi berdiri menyamping dan hanya menggunakan satu kakinya untuk tumpuannya. Widya mulai kalut dimakan oleh hawa nafsu yang diberikan oleh batang kontol besar yang tengah keluar masuk di dalam memeknya tersebut. Dirinya sedang lupa bahwa sedang diperkosa oleh seorang sopir bus dan sedang di tonton oleh tiga pria lainnya yang sedang menunggu giliran untuk menyetubuhinya juga. Widya kalut, Widya mulai menikmatinya.

“ssshhhhh….nikmati, bu….nikmati perzinaan ini. Nikmatilah….sshhhh…”, ucap Sobri seakan-akan sedang mencoba menghipnotis Widya untuk lebih jauh lagi terperangkap dalam nafsunya.

“Paakkk….oowwsshhhh….pak!! Pellannnn….”, desah Widya mulai berkomentar.

Posisi Widya diubah oleh Sobri dengan kini Widya di telentangkan di atas kasur lantai yang tipis dengan kedua kakinya dibukan dengan lebar yang memperlihatkan kondisi memek Widya yang sudah sangat basah akibat perbuatan Sobri. Sobri julurkan lidahnya untuk menjilat bibir memek Widya sejenak lalu dimasukkan kembali kontol besarnya menyumpal lubang memek Widya yang sudah sangat basah tersebut. Sobri genjot lubang tersebut dengan nafsu yang membara sambil memegangi kedua kaki Widya untuk tetap terbuka.

“Aakkkhhhh….Aakkkhhhh….”, Sobri benar-benar menikmati saat kontolnya keluar masuk di dalam memek Widya yang sempit itu. Walau sudah sangat basah, Sobri tetap merasakan bahwa kontolnya diremas dan dijepit dengan sangat kuat. Bahkan sedari tadi Sobri merasakan kalau kontolnya seperti disedot di dalam sana.

“Paakkk…saya ..saya mau kellluaarrggghhhh….sshhhh…aakkhh…”, racau Widya yang akan segera mencapai orgasmenya.

Sobri yang tengah dikuasai oleh nafsu tetap menggerakkan naik turun pantatnya tanpa menghiraukan racauan Widya. Iya terus memompanya dengan cepat sambil meremas keras kedua payudara Widya sambil sesekali membetot dan mencubit gemas puting Widya.

“AAKKKHHH!!! PAK!!! STOOPP!!! AAKKKHHHH….STOOOPP!!!!”

SYUUURRRR!!!

Widya mengalami orgasme dengan masih terus digenjot oleh kontol besar Sobri tanpa henti. Widya merasakan antara nikmat dan nyeri saat kontol tersebut masih tetap bergerak keluar masuk di lubangnya. Namun hal tersebut membuat orgasme yang Widya alami menjadi panjang hingga Widya hanya mampu mengerang nikmat sambil meremas keras kasur lantai yang menjadi alas persetubuhannya itu.

“AAKKKKHHHHHHH!!!!!”, lolong panjang Widya sambil tubuhnya terangkat sampai membusungkan dadanya. Matanya hanya terlihat warna putih dengan mulut yang terbuka lebar.

Bersambung

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel