Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7

Sambil melihat Evan makan dengan lahapnya setelah lesu akibat mabuk perjalanan membuat Widya tersenyum. Tapi disisi lain dirinya merasa bersalah pada anaknya itu saat teringat kejadian selama perjalanan di bus tadi. Ia merasa sangat bersalah pada anaknya, bukan hanya anaknya, ia juga merasa telah menghianati pernikahannya dengan Harjo, walau Harjo sendiri sudah tiada 3 tahun silam, tapi sampai sekarang dirinya masih berstatus istri dari almarhum Harjo suaminya.

“Maaf…”, hanya kata itu yang terlintas di benak Widya saat mengingat kejadian hari ini.

WIDYA

Setelah Evan tertidur Widya tak lama ikut memejamkan matanya di kursi bus yang sedikit terasa empuk. Widya tak tau entah sudah tertidur berapa lama di posisinya saat dirinya mulia merasakan di dalam tidurnya gelisah seperti ada yang sedang memperhatikan dirinya diluar kesadarannya. Ia merasa seperti tengah mengalami mimpi dimana dirinya dalam keadaan tertidur dan tubuhnya tengah diperhatikan oleh seseorang tepat di hadapannya. Di dalam tidurnya juga Widya mendengar dengan samar ada suara seorang pria seperti berbisik pelan.

Entah karna rasa gelisah tersebut mungkin Widya terbangun dari tidurnya. Pandangannya masih lumayan kabur saat samar-samar terlihat didepanya seperti ada sosok bayangan yang tengah berdiri menatapnya.

“Ada apa, pak? Tiketnya kan tadi udah”, ucap Widya setelah berhasil menguasai situasi setelah terbangun dan sosok yang memperhatikan dirinya ternyata kernet bus.

“Ga ada apa-apa kok, bu. Hehehe”, balasnya dan ia duduk di bangku sebelah bersama seorang penumpang pria yang berisi 3 kursi.

“Tadi saya sempat lihat kalo anak ibu muntah-muntah ya, bu? Eh, tapi benar kan itu anak ibu?”, ucap si kernet mencoba mengobrol.

“Iya, pak ini anak saya. Anak saya ini memang tadi sempat muntah-muntah, makanya saya suruh tidur aja biar ga terlalu dirasa pusingnya. Soalnya ini juga buat pertama kalinya anak saya naik bus jadi mungkin mabuk”, jelas Widya sambil mengelus pelan kepala Evan.

“Ibu sayang banget ya sama anaknya, pasti suami ibu merasa beruntung banget bisa punya istri kaya ibu ini. Selain sayang anak, ibu juga cantik dan terlebih lagi punya badan yang bagus”. Widya hanya tersenyum membalas pujian dari sang kernet bus.

Beberapa saat tak ada suara yang keluar dari mulut si kernet tersebut, namun tiba-tiba kernet bus mendekati Widya dengan sedikit membukukan badanya dan membisikan sesuatu ke telinga Widya. Widya yang kaget sedikit menjauhkan kepalanya.

“Bisa bantu saya sebentar ga, bu?”, bisik si kernet dan terlihat juga pria yang duduk bersamanya tadi berdiri dan ikut menghampiri bangkunya lalu pria tersebut melakukan gerakan tangannya mengarah ke Evan yang tengah tertidur. Widya yang kaget dan khawatir mencoba menghentikan apa yang akan pria tersebut lakukan.

“Bapak mau ap…”, gerakan Widya ditahan oleh si kernet bus.

“Kalo ibu memang ga mau terjadi apa-apa sama anaknya lebih baik ibu bantu kita. Kalo ibu mau teriak-teriak saja, yang jelas ibu teriak bakal terjadi sesuatu sama anak ibu”, ancamnya.

“Ibu lebih pilih menurut apa menolak?”, tanya si kernet bus. Karna dirinya merasa diancam dengan anaknya sendiri sebagai korbannya, mau tak mau Widya lebih memilih untuk menurut.

Melihat penumpang perempuannya itu mengangguk memilih untuk menurut padanya, si kernet bus tersebut terlihat tersenyum lebar dengan jawaban yang ia dapatkan. Dengan tak sabarannya ia mengajak Widya untuk duduk di kursi sebelahnya yang berisi 3 kursi itu dengan posisi Widya di tengah diapit oleh dua pria.

“Sekarang saya mau ibu bikin kita keluar pake mulut atau tangan ibu. Sekarang ibu buka celana saya dan keluarkan benda di dalamnya”, Widya diam dan terlihat mulai mengeluarkan air matanya.

“Tapi, pak… Tolong jangan, pak. Ada anak saya dan juga ada penumpang lainnya. Tolong jangan suruh saya buat lakuin hal itu”, tolak Widya.

“Saya Cuma suruh pake mulut atau tangan, bukan pake memek jadi harusnya ini ga terlalu berat buat ibu. Cepat lakukan, saya sudah nafsu sedari terminal tadi pas lihat toket ibu ini”, ucapnya sambil meremas payudara Widya. Widya yang mendapatkan perlakuan mendadak serta melecehkan itu terlonjak kaget sambil menyilangkan tangannya di kedua payudaranya.

Si kernet terus membisikan ucapan ancaman yang ditunjukkan pada dirinya beserta anaknya. Karna hal tersebut Widya mulai menurunkan kepalanya, dengan sedikit gemetar tangan lentiknya mulai membuka resleting celana komprang hitam milik si kernet. Tangannya juga masuk untuk menurunkan celana dalam yang dipake si kernet hingga sebuah benda panjang nan besar tersembul keluar menampar pipi serta bibir Widya. Lagi-lagi, Widya yang kaget hanya bis memundurkan kepalanya, tapi si kernet tau akan hal tersebut lantas menahan kepala Widya.

“jilatin duku, bu. Kalo sudah basah baru masukin ke mulut dan awas jangan terkena gigi”

Dengan terpaksa Widya mulai menjulurkan lidahnya dan menjilati setiap jengkal kontol kernet bus. Widya melakukan hal tersebut sambil menahan sesak di dada akibat rasa sakit dilecehkan di tempat umum serta di dekat anaknya sendiri. Ia gerakan lidahnya menari di batang kontol besar si kernet dengan mata terpejam.

Sementara Widya sedang menjilati tiap jengkal batang kontol si kernet, hingga di suruh ke buah zakarnya juga. Tepat dibelakang dimana penumpang pria itu tengah meremas pantat Widya yang berisi. Pria tersebut juga telah mengeluarkan kontolnya dan tengah mengocok pelan. Tangan pria tersebut satunya berpindah ke payudara Widya dan meremasnya dengan kasar. Widya dibuat sedikit melonjak tubuhnya akibat remasan kasar yang ia terima pada payudaranya. Terlihat si kernet hanya diam mendongak ke atas menikmati jilatan lidah Widy pada kontolnya.

“Sudah, bu. Sekarang buka mulutnya terus masukin ke dalam. Saya sudah ga sabar pengen rasain mulut ibu”

“Aakkkhhhh…..”, lenguh si kernet saat batang kontolnya masuk ke dalam mulut Widya dan saat itu juga ia bisa merasakan kontolnya diselimuti rasa hangat nan lembut di dalam mulut seorang perempuan beranak satu yang montok itu.

GLOK!!! GLOK!!! GLOK!!!

“ya terus…. Terus, bu…ssshhhhh….enaknya ini mulut…sshhhh…”, racaunya sambil memejamkan mata demgan kedua tangannya ia letakan diatas kepala Widya.

Widya hanya bisa diam dan pasrah ketika kedua payudaranya dikeluarkan dari dalam Bra dan bajunya oleh penumpang pria dibelakangnya. Sekarang kedua payudara Widya tergantung dengan bebas dan sesekali menempel di paha di kernet karna gerakan naik turun kepalanya di selangkangan kernet bus tersebut.

Si kernet yang makin bernafsu karna payudara Widya bergesekkan dengan pahanya lalu ia gunakan tangan kananya untuk meremas kasar payudara Widya dan memainkan putingnya.

Widya yang ingin semua yang terjadi padanya saat itu cepat selesai lantas Widya mempercepat gerakan kepalanya untuk naik turun dengan dibarengi dengan sedotan yang ia berikan pada kontol kernet tersebut. Ternyata hal tersebut berhasil, si kernet mulai mengerang menahan laju peju nya yang akan keluar. Si kernet kembali memegang kepala Widya dan membantu untuk lebih celat dan lebih dalam lagi menelan kontolnya. Saat itu Widya benar-benar gelagapan dibuatnya. Ia susah untuk bernafas dan kepalanya terus dipaksa untuk menelan habis kontol besar itu hingga menyentuh tenggorokannya.

“Aaaakkkkhhh…Aakkkhhhh…bangsat! Enak banget ini mulut….Aakkkhhhh….kkeluaarrrr….sshhhhh…Aakkkhhhh..”.

CROT!!!! CROT!!! CROT!!!

Bersambung

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel