Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

7. Simbiosis Mutualisme

"Akan semakin hangat, semakin basah, dan semakin lengket jika kita melanjutkannya lebih dari ini, Katya." Gaffandra berbisik lembut di telinga Katya, setelah tawanya mereda.

"Bagaimana, apa kamu tertarik untuk mencobanya lebih jauh?"

Katya mengerjap-kerjapkan matanya berkali-kali, demi untuk mengusir efek perpaduan dari suara maskulin yang serak menggoda, serta tatapan Gaffandra yang akan membuat gadis normal mana pun jatuh terpikat.

Gawat. Pria ini sungguh jauh lebih berbahaya dari gas bocor, dan Katya yang polos hampir saja menganggukkan kepala untuk ajakan Gaffandra.

"Mau kemana?" Tanya Gaffandra lembut, ketika merasakan Katya yang seperti berusaha melepaskan diri dari pelukan pria itu.

"Uung... sudah kan? Satu ciuman untuk seratus jutanya?" balas Katya mengalihkan pembicaraan.

Tawa kecil yang keluar dari bibir Gaffandra membuat wajah pria itu semakin mempesona dan membuat Katya semakin waspada.

Entahlah, Katya hanya merasa baik Gaffandra maupun Cia itu sangat serupa, memiliki taktik dan tipu muslihat yang tidak kentara dan membuat mangsanya terjebak dengan mudahnya.

"Jadi kamu kira uang sebanyak seratus juta bisa ditebus dengan satu ciuman kamu yang payah seperti tadi? Ck. Yang barusan itu sama sekali tidak sepadan, Katya."

Benar kan? Sudah seperti yang Katya duga, pasti ada saja akal pria ini untuk membuatnya susah!

Namun di luar perkiraan Katya, tiba-tiba saja Gaffandra melepaskan pelukan eratnya.

Gadis bersurai panjang coklat kemerahan itu pun hanya diam mematung di tempatnya berdiri, ketika Gaffandra berjalan menuju sofa lalu duduk di sana dengan santai.

"Kamu terlalu kaku," ucap Gaffandra sambil menyunggingkan senyum menatap Katya. "Rileks, Katya. Ayo sini," pria itu menepuk pelan pangkuannya.

"Kita lanjutkan yang tadi, sembari aku ajarkan cara berciuman yang akan membuatmu melayang."

Katya mengerjap sambil bergidik pelan. Ia benar-benar tidak menyangka jika hanya masalah ciuman saja jadinya bisa panjang begini!

"Nggak, Pak. Tadi itu adalah bayaran untuk hutang seratus juta," tegas Katya sambil menghela napas tajam.

Ya ampun. mendengar perkataannya sendiri membuat perut Katya mulas mendadak.

Tidak pernah terpikirkan olehnya akan membayar hutang sebesar itu, dan dengan cara yang... aarghh!!

Rasanya Katya ingin segera pulang dan mengubur seluruh kepalanya di bawah bantal saking malunya.

Gaffandra memiringkan kepala sambil menyipitkan mata. "Kamu lupa dengan perjanjian kita? Aku yang akan menentukan bagaimana hutang itu dilunasi, Katya. Dan menurutku yang barusan tadi itu tidak termasuk, karena aku tidak merasakan kepuasan sama sekali."

Mungkin Gaffandra mengucapkan semua kalimatnya itu dengan senyum di bibir dan gaya yang santai, namun Katya bisa merasakan kentalnya efek intimidasi di dalamnya.

Seluruh tubuh pria itu seolah menguarkan aura dominan yang tidak menerima penolakan, dan juga membuat lawan bicaranya segan untuk menolak semua perkataannya.

Gaffandra hanya terlalu berpengalaman dan jauh lebih dewasa untuk Katya yang masih polos dan muda.

"Tunggu apa lagi?" Gaffandra menaikkan kedua alisnya yang lebat, menatap Katya yang langkahnya masih terasa berat.

'Huufft. Oke, ini cuma duduk dipangkuan dia, Katya. Jangan mikir kejauhan. Semakin cepat selesai, semakin baik.'

Katya pun kemudian bergerak perlahan mendekati Gaffandra yang masih duduk di sofa, namun langkah ragunya terhenti kurang dari selangkah menuju pria itu.

Lagi-lagi ia menarik napas dan menghembuskannya perlahan, sebelum kemudian ia memposisikan diri duduk di pangkuan Gaffandra.

"Good," ucap Gaffandra yang sangat puas melihat kepatuhan Katya. Ia kembali memeluk tubuh mungil yang lembut itu, sebelum mendongakkan dagu Katya yang semula menunduk.

"Lihat aku," titahnya sambil tersenyum, melihat wajah Katya yang mulai kembali merona dan manik coklat gadis itu yang berlarian kesana kemari.

Katya memfokuskan pandangannya kepada wajah Gaffandra yang berada begitu dekat dengannya, mungkin kurang dari sejengkal.

Katya bahkan bisa merasakan hembusan hangat dari napas Gaffandra yang beraroma mint menerpa kulit wajahnya.

Kedekatan ini tak pelak membuat kinerja jantungnya kembali berdetak dengan sangat kencang.

"Kalungkan tanganmu di leherku."

Lagi-lagi Gaffandra memberikan titah, yang mau tak mau harus dipatuhi oleh Katya.

Gadis itu pun menjulurkan kedua tangannya di masing-masing sisi leher Gaffandra, lalu menyatukan seluruh jemarinya di tengkuk pria itu.

"Good. Aku suka gadis yang patuh," komentar Gaffandra puas. Pria itu lalu mengusap satu lengan Katya dengan belaian yang lembut, sebelum kemudian mendaratkan kecupan-kecupan kecil di sepanjang lengan gadis itu.

"P-Pak, t-tunggu...," Katya terkesiap dan tergagap ketika tiba-tiba saja Gaffandra mengecup lehernya.

Mungkin hanya sekilas, namun sukses membuat Katya semakin merasa merinding dan menambah sensasi geli yang semakin merajalela di dalam perutnya.

Namun saat ia hendak bermaksud untuk menjauhkan diri, tiba-tiba pria itu menangkup wajahnya, lalu sedetik kemudian kembali memagut bibirnya.

Awalnya Gaffandra menyesap lembut bibir atas dan bawah Katya secara bergantian, sebelum kemudian menyusupkan ujung lidahnya melalui celah bibir gadis itu.

Katya membuka mulutnya, membiarkan Gaffandra masuk dan menyapu keseluruhan dirinya. Saat lidah pria itu mulai membelai lidahnya, Katya pun tahu jika ia tak bisa lagi bersikap pasif seperti sebelumnya.

Bisa-bisa pria ini minta remedi seperti tadi.

Meskipun ragu dan agak kikuk, gadis itu pun meniru gerakan lidah Gaffandra yang menyesap dan memainkan lidahnya.

Katya bisa merasakan kalau Gaffandra merasa senang dengan perbuatannya itu, sehingga gadis itu pun meneruskan permainan lidahnya.

"I like it," guman Gaffandra sembari menghirup helai-helai rambut kecoklatan Katya, saat saat gadis itu berhenti sejenak untuk mengambil napas.

"Keep going, Katya."

Kalimat itu bagai mantra ampuh yang membuat Katya mengangguk patuh. Gadis itu seperti dirasuki kekuatan magis yang bersumber dari suara Gaffandra, yang membuatnya tak mampu berpikir atau pun mendengar apa pun selain perkataan pria itu.

Gaffandra mengelus rambut dan punggung Katya, sebagai apresiasi atas sikap patuh dan bagaimana gadis itu mau belajar untuk memperbaiki caranya berciuman.

Hanya butuh beberapa menit, dan Katya pun kini sudah semakin mahir. Gaffandra membiarkan Katya yang mengambil alih kendali sekarang, sementara dia hanya diam dan menikmatinya saja.

Gaffandra melebarkan bibirnya membentuk sebuah senyuman tipis saat Katya menyudahi pagutan bibirnya.

Napas gadis itu masih tersengal-sengal, wajahnya masih merona dan kabut gairah masih membayangi sorot manik coklat indah itu.

'Gotcha,' guman Gaffandra sambil tertawa dalam hati.

Ia tahu jika Katya yang polos ini pada akhirnya akan terbawa oleh hasrat yang sengaja dihembuskan olehnya.

Untuk sementara ini, Gaffandra hanya akan meminta satu ciuman untuk setiap uang seratus juta yang ia keluarkan untuk Katya.

Namun perlahan tapi pasti, Gaffandra akan membuat pertahanan gadis ini runtuh. Ia sangat optimis bahwa dalam waktu dekat, ia akan membawa Katya...

Ke atas ranjangnya.

Pemikiran itu membuat benak Gaffandra dipenuhi ledakan euforia akan harapan.

Semenjak putus dengan Olivia, jujur saja hampir setiap hari kepalanya terasa pusing, karena gairahnya sebagai pria normal tidak dapat tersalurkan.

Gaffandra juga bukan tipe pria yang suka melakukan one night stand, atau menggunakan jasa wanita panggilan untuk menuntaskan hasratnya.

Meskipun alergi dengan pernikahan, namun sesungguhnya ia penganut hubungan monogami, yaitu setia hanya dengan satu pasangan saja.

Namun setelah apa yang terjadi dengan Olivia yang mendadak mendesaknya untuk menikah, Gaffandra pun berpikir ulang untuk kembali menjalin hubungan serius dengan seseorang.

Ia tidak ingin kejadian Olivia terulang kembali dengan wanita lain, karena itu pasti akan sangat merepotkannya.

Maka yang ia butuhkan saat ini adalah gadis yang akan menjadi pemuas dahaganya akan bercinta. Tanpa status dan ikatan, namun dapat ia miliki untuk diri sendiri.

Gadis yang cantik, polos dan sensual dengan caranya sendiri, serta mampu membangkitkan hasratnya.

Gadis seperti Katya.

Katya membutuhkan uang untuk semua kebutuhannya dan asrama panti asuhannya, dan Gafffandra mampu memberikan gadis itu segalanya.

Ini adalah hubungan simbiosis mutualisme, saling menguntungkan masing-masing pihak. Benar kan?

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel