Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 6

BAB 6

HAPPY READING

***

Acara makanan malam di mulai dan berjalan dengan baik. Di sini tidak hanya ada dirinya, namun juga ada Vero adiknya Andre dan suaminya Kafka yang berprofesi sebagai dokter. Pembicaraan makan malam ini sangat formal.

Di sini mereka membicarakan niat baik Andre untuk melamarnya dalam waktu dekat. Ini merupakan bukti keseriusan Andre kepadanya di hadapan keluarganya. Niat baik itu di sambut suka cita oleh orang tuanya.

Jujur selama menjalin hubungan dengan Andre, pria itu memperlakukannya dengan sangat baik. Kata beliau prihal tunangan mereka. Jarak tunangan dan menikah sebaiknya tidak terlalu lama, maksimal 3 bulan.

Orang tua Andre menyambutnya dengan suka cita, karena sepertinya tidak begitu sulit mengikat janji suci, karena keluarga Andre sudah mengenal keluarganya dengan sangat baik. Setelah pertemuan itu, mereka mengadakan pertemuan makan malam lagi dengan orang tuanya. Pertemuan keluarga mereka mengatur tanggal yang tepat untuk bertunangan dan acara pernikahan.

Tidak hanya itu, mereka menentukan konsep pernikahan, apakah mau sederhana atau mencari vendor pernikahan. Agar hubungan terarah bisa belajar tentang pre-mariage, banyak petuah yang ia dapatkan dari kedua orang tuanya dan orang tua Andre. Mereka berharap nanti lebih terbuka dalam segala hal apapun itu, memantapkan hati, dan mempersiapkan diri.

Rencana pertunanganpun semakin dekat, namun tetap saja ia di hantui rasa ragu dan cemas. Ia meyakinkan dirinya sendiri, agar bisa memantapkan hati untuk bersama Andre. Ia mengatakan berkali-kali bahwa Andre itu pria yang tepat untuk hidupnya.

“OMG, serius lo mau nikah sama Andre?” Tanya Monika, ia tidak percaya bahwa sahabatnya kini ingin menikah dengan Andre. Pria yang dia pacari selama dua tahun belakangan ini, ia tahu bahwa Andre dan Feli sudah living together.

Feli tersenyum, ia meraih cangkir menyesap kopinya secara perlahan, ia mengangguk, “Iya, akhirnya gue terima lamaran Andre. Menurut lo gimana?”

“Nice. Andre oke buat dijadiin suamiable. Dia baik hati, rajin menabung, rajin investasi, punya iman yang sama kayak lo, ganteng, tajir, penyayang, mandiri, open minded, nggak pelit, dewasa, suka baca buku, tubuhnya fit, kuat, biasa diandalkan, setia banget, bisa dipercaya dan berasal dari keluarga yang harmonis, orang tuanya hangat sama lo, ber-kharisma. Pokoknya Andre itu future husband banget. Jarang ketemu cowok model Andre.”

“Lo tau sendiri, banyak cowok brengsek di luar sana. Kalaupun ada perbandingannya 1 per 1000. Lo bersyukur kali punya Andre. Coba sepupu gue kemarin Tobias. Lo tau? Berapa kali ganti pasangan, mungkin setiap bulan biasa udah ganti, nyokap bokapnya udah angkat tangan deh.”

“Gue nggak tau, apa yang dia cari dari cewek, padahal kalau dipikir-pikir cewek yang deketin dia nggak main-main, mulai dari model, artis, sampai entrepreneur. Semua nggak ada yang berakhir lama, paling lama palingan 6 bulan gitu deh. Dia playboy parah,” ucap Monika, ia memasukan spaghetti ke dalam mulutnya.

Feli memandang Monika, andai sahabatnya itu tau kalau sebenarnya Tobias menganut paham tidak mau menikah, karena pemahaman dia, tidak ingin menjebak pasangannya dengan namanya pernikahan. Wanita itu kebanyakan butuh kepastian, jadi lebih baik menghindar dari pada tidak memiliki hubungan masa depan. Ia paham dengan pendapat Tobias, kalau cinta itu nggak perlu berakhir dengan pernikahan menurutnya. Pernikahan hanyalah situasi terjebak antara hak dan kewajiban, oleh sebab itu dia tidak ingin menjebak pasangannya dengan menikah.

“Emang sekarang pacarnya siapa?” Tanya Feli penasaran.

“Kalau nggak salah Tobi sekarang pacaran dengan Sekar.”

Feli memutar otaknya mencari nama Sekar, “Sekar? Siapa dia?”

“Sekar yang pemain film itu, dulu model sih. Sekarang Sekar terjun di dunia acting.”

Feli mengangguk paham, ia tahu siapa Sekar yang dimaksud Monika. Sekar itu adalah seorang model dan pemain film. Film-film sudah banyak dia bintangi, termasuk film mini series dan ada beberapa masuk box office. Ia akui kalau selera wanita Tobias sangat berkelas. Wanita mana yang tidak terpikat dengan Tobias, dia terlihat dominan dan charisma tidak terbantahkan, membuat siapapun wanita akan jatuh hati.

“Palingan nanti putus juga sama Sekar,” ucap Monika tertawa.

“Jadi kapan nih lo fitting baju sama Andre?”

“Besok, balik dari beli cincin di Palaza Senayan. Kalau hari ini Andre full meeting. Nanti kecapean, kalau malam ke butik lo lagi.”

“Perhatian banget sih, pantesan Andre sayang banget sama lo. Lo mau kebaya kayak gimana?”

“Kebaya simpel aja, yang ada di koleksi butik lo aja sih intinya. Kalau fitting kebaya yang baru, nggak terkejar sama waktunya. Menurut lo, gue cocok yang mana?”

Monika menatap Feli, ia memperhatikan penampilan sahabatnya itu, tubuh Feli itu proporsional jadi, mengenakan apa saja pantas, dia juga memiliki look seperti model, sekilas mirip Dakota Johnson, gaya bicaranya yang sexy karena karena serak-serak menggoda.

“Menurut gue, kebaya simpel modern, warna lime lengan panjang dengan kerah Sabrina, lo pasti anggun dan eye cathching. Nanti rambut lo, di sanggul dan pemanisnya anting stud. Terus kebaya simple warna mint juga oke buat lo. Nanti kita cek di butik aja, untuk Andre biar nyesuainkan aja.”

“Gue ikut lo aja. Untuk wedding, baru deh gue fitting bener-bener.”

“Kapan sih lo tunangan?” Tanya Monika penasaran ia memakan toas-nya.

“Sabtu ini.”

“I see, pantesan. Di mana?”

“Rencana di rumah aja, pakai halaman deket kolam, kan lumayan luas. Lagian cuma lamaran aja, keluarga dekat dan temen dekat aja, palingan 40 orang aja.”

“Ia setuju sama lo. Kalau gue lamaran juga di rumah. Lebih intimate, dan private. Keluarga Andre setuju? Lo mau ngadain di rumah?”

Feli mengangguk, “Iya, setuju. Orang tua Andre nggak neko-neko, apapun keputusannya mereka setuju.”

“Enak ya lo, dapat Andre. Nyokap bokapnya baik banget, dan Andre juga gitu. Perfect banget, di luar sana banyak banget, menantu dan mertua nggak sejalan. Lo udah sempurna dapat Andre.”

Feli tersenyum, “Gue juga juga bersyukur sih dapat Andre. Tapi nggak tau ke depannya gimana. Siapa tahu yang orang bilangnya perfect, nanti masalahnya gede.”

“Ah, lo gitu deh.”

“Kan nggak ada yang tau Mon.”

“Gue yakin deh, Andre itu baik banget orangnya.”

“Baik banget malah, kalau nggak baik, gue sama dia nggak jalan dua tahun,” ucap Feli terkekeh.

“Kalau orang baik kayak Andre gitu, bisa selingkuh nggak sih?” Tanya Feli ke Monika.

Monika tertawa, “Semua orang itu berpotensi selingkuh kali Fel, termasuk lo dan Andre.

“Menikah itu bukan berarti nggak tergoda selingkuh menurut gue, justru sebaliknya. Kalau mau aman dari selingkuh, ya lo sama Andre harus punya batasan-batasan diri dalam bergaul dengan lawan jenis.”

“Mungkin yang kita lihat sekarang banyak cowok itu cenderung aktif menggoda, iseng-iseng berhadiah adalah modus cowok berselingkuh, sementara cewek kebanyakan cenderung pasif dan terbawa suasana. Menurut gue, definisi selingkuh paling basic itu menjalin kearaban dan keintiman dengan seseorang. Mau itu selingkuh pasif dan selingkuh hati, semua diawali dengan teman.”

“Lo tau? Manusia itu makhluk social, manusia juga nggak diciptakan untuk setia, walau hanya temen, mantan, itu akan mudah bergeser jadi selingkuh hati.”

“Lo sama Andre harusnya nanti setelah menikah harusnya batasi hubungan dengan lawan jenis, tau batasan-batasannya.”

“Sesetia-setianya lo, pasti nanti bakalan selingkuh sih menurut gue. Karena manusia itu nggak diciptakan untuk monogami. Analoginya manusia lengah berurusan dengan air hangat nanti akhirnya sadar kalau sudah jadi panas menggelora.”

“Lo nggak akan merasa kalau air perlahan akan semakin mendidih. Tanpa di fase terasa, nggak tau gimana, tiba-tiba terjadi gitu aja. Kalau lo udah tau begini, lo nggak akan sensi lagi, santai aja, karena semua orang berpotensi selingkuh. Menikah nggak menjamin orang nggak selingkuh.”

“So, intinya lo dan Andre nanti biasain terbuka kalau ada keakraban dengan lawan jenis.”

“Makanya biasa cowok banyak dituding selingkuh karena gampang banget kelihatan, padahal yang sering selingkuh itu cewek juga, dengan dalih aman bilangnya ‘dia Cuma temen kok’ kalau cowok mana bisa begitu.”

“Untuk selingkuh cowok itu perlu ambisius dan cewek cuma perlu bergaul dengan lawan jenis, jelas mana yang lebih mudah terjadi selingkuh.”

“Siapa yang lebih selingkuh, jelas cowok karena mereka makhluk dangkal, mudah ditebak pergerakan. Cewek kebanyakan nggak pengen selingkuh, tapi tau-tau udah selingkuh.”

“Lo tau nggak? Selingkuh itu lebih gampang, dari pada cari pasangan. Karena setelah menikah nanti bakalan banyak tawaran yang datang.”

Feli mencerna kata-kata Monika, ia suka dengan cara berpikir Monia “Lo belajar dari mana sih soal ginian?” Tanya Feli penasaran.

“Pengalaman dan cerita temen-temen yang udah nikah sih, hampir semua temen gue diselingkuhin setelah nikah. Tapi si istri juga selingkuh tanpa sadar.”

“Ada yang setia, nggak?”

“Ada, kalau dia tau batasannya.”

“Semoga Andre setia sama gue.”

“Semoga aja.”

Monika melirik jam melingkar di tangannya menunjukan pukul 10.10 menit, ia memang janjian brunch dengaan Feli tadi, sebelum mampir ke toko kainnya Feli. Mereka brunch tidak jauh dari Senayan City. Ia menyandarkan punggungnya di kursi.

“Untuk wedding dress, lo mau model kayak apa?” Tanya Monika, ia membuka buku agendanya.

“Gue mau yang simpel aja. Mau yang polos gitu, bahannya satin. Lo tau sendiri, gue kurang suka sama glamor, gue suka yang simpel tapi tetep elegan. Pokoknya nggak mau banyak payet.”

Monika mencatat semua keinginan Feli, “Noted. Tapi kebaya itu banyak payet loh ya.”

“Ok, nggak apa-apa kalau kebaya, asal jangan warna cerah aja.”

“Terus apa lagi?” Tanya Monika.

“Untuk sementara itu aja.”

“WO lo pakek siapa?”

“Gue pakek Medina Florist.”

“Rekomendasi banget sih kalau Media Florist, dia biasa nangani event-event besar. Dan dekornya amazing banget menurut gue. Dia pernah nangani event crazy rich Surabaya itu, wow, dekornya parah glamor banget. Kebetulan gue nangani wedding dress mereka, gue jadi tau team medina florist gimana. Dia bisa loh buat dekor bunga hidup seindah itu. Lo emang nggak salah pilih mereka.”

Feli tersenyum, “Iya lo bener. Adik nya Andre si Vero waktu itu nikah juga pakek Medina florist, jadi kita pakai dia lagi.”

“Oh God, aku nggak nyangka kalau lo sama Andre bakalan nikah,” ucap Monika antusias.

“Gue juga nggak nyangka tau, berasa mimpi aja gitu.”

“Tapi gue turut bahagia.”

“Thank’s Mon. Lo best friend banget.”

***

Sesuai dengan jadwal, hari ini Felid an Andre ke Plaza Senayan. Plaza Senayan merupakan sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di Glora, Tanah abang, Jakarta Pusat. Mall ini sangat terkenal di kalangan ekspatriat, dikarenakan fasilitas dan sarananya yang indah dan terletak di pusat kota. Sampai saat ini mall ini merupakan salah satu dari pusat perbelanjaan di Indonesia yang tidak menalami banyak perubahan atau renovasi sejak awal pembangunannya.

Andre mengganggam jemari Feli dengan erat, melangkah menuju gerai Tiffany & Co, suasana lobby tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa orang saja. Mungkin karena weekeday dan jam kerja. Feli dan Andre masuk ke dalam gerai, mereka di sambut ramah oleh pramuniaga yang berjaga.

Perhiasan-perhiasan di tampilkan di estalase sangat mewah dan memanjakan mata. Pencahayaannya sangat baik, sehingga ketika masuk ke dalam memiliki atmosfer berbeda.

“Selamat siang, pak ibu. Ada yang bisa kami bantu?” Tanya pramuniaga itu ramah.

“Saya mencari engagement ring,” ucap Andre.

“Mari pak, di sini tempatnya,” ucap pramuniaga itu menuju estalase cincin.

Andre dan Feli menatap deretan cincin di estalse kaca. Di sini banyak koleksi cincin dengan khas Tiffany & Co, yang memiliki makna kebebasan, kebahagiaan, cinta dan kekuatan. Huruf T sendiri merupakan implementasi dari tinggi (tall). Desain ikonis merek Tiffany & Co. Ini diperlihatkan dalam tampilan clean dan lewat sudut pandang modern.

“Di sini, kami ada koleksi solitaire, desain cincin ini bernuansa tradisional dan klasik tidak lekang oleh waktu. Dengan batu berlian di atasnya, terlihat simpel, elegan dan lady like. Banyak orang membeli ring ini untuk engagement,” ucap pramuniaga itu mempresentasikan cincin solitaire kepada Andre dan Feli.

“Kita juga ada koleksi PavA, desainya sedikit menyerupai bentuk solitaire, jika solitaire menggunakan ring band polos, namun PavA dihiasi oleh berlian-berlian kecil yang mengelilingi lingkaran cincin. Cincin ini memancarkan cahaya yang berkilau. Karakternya feminin yang dominan, klasik dan elegan.”

“Ada juga Cluster, sangat estetika karena menggabungkan beberapa berlian berukuran kecil namun secara bersamaan juga memberikan efek lebih besar, bentuknya yang versatile dengan siluet asimetris membuat cincin ini cocok untuk sosok wanita yang gemar berekspor dengan fashion, artistic, modern dan kontemporer.”

“Kalau ini apa?” Tanya Feli, menunjuk salah satu cincin.

“Ini namanya Cathedral, model cincin cathedral menginspirasi dari model solitaire yang klasik namun membedakan jenis yang satu ini terdapat di bagian penyangga batu cincin yang memiliki kontruksi di bawahnya. Cincin ini sangat khas katedral yang megah dan cocok untuk sosok wanita yang sederhana namun sophisticated.”

Pramuniaga itu menunjuk beberapa cincin, “Ini Shank & Split-Shank, ini Bazel, ini Three Stone, Geometric, Oval, dan yang terakhir ini Infinity.”

Semua cincin yang dipresentasikan oleh pramuniaga itu sangat indah. Namun yang menarik perhatiannya adalah cathedral, ia suka model klasik seperti ini. Feli menatap Andre, dan Andre menatapnya balik.

“Kamu mau yang mana sayang.”

“Aku lebih suka cathedral.”

“Oke, kita ambil yang ini,” ucap Andre, kepada pramuniaga itu.

Pramuniaga itu tersenyum, “Baik pak,”

“Kita coba dulu ya, sayang,” ucap Andre.

“Iya.”

Andre memasukan ring ke jemari Feli, cicin itu kini tersemat di jari sang kekasih, “Cincin ini sangat indah di jemari kamu sayang.”

Feli melihat cincin di jari manisnya, ia tersenyum karena cincin itu sangat indah menurutnya, “Aku suka ini,” gumam Feli, karena modelnya simpel dan sederhana.

Andre memandang pramuniaga itu, “Kita mau yang ini.”

“Pembayarannya melalui apa pak?”

“Melalui non tunia saja,” ucap Andre, ia merogoh saku celananya dan mengambil dompet, ia menyerahkan kartu atm itu kepada pramuniaga.

Feli menunggu Andre melakukan transaksi pembayaran. Ia melihat beberapa perhiasan yang dipajang di estalase, ia tahu kalau semua yang ada di sini, memiliki harga fantastis. Beberapa menit kemudian pramuniaga itu menyerahkan paperbag berwarna tosca kepadanya.

Andre merangkul bahu Feli sambil menenteng paperbag keluar dari gerai. Ia tidak menyangka kalau hubungannya hingga tiba di titik ini. Ia teringat kata-kata orang tuanya, beliau meminta kalau pernikahan mereka lebih baik dipercepat. Ia tidak banyak berkomentar soal ini, karena ia ikut saja kemauan orang tua.

Namun dalam lubuk hatinya paling dalam, ia ingin masa pertunangan dan menikah itu memiliki jangka waktu enam bulan, sepertinya itu ideal tidak terkesan terburu-buru. Karena dalam lubuk hatinya paling dalam ia masih belum yakin dengan dirinya sendiri.

Banyak orang di luar sana yang menikah dengan modal cinta, namun akhirnya bercerai walau sudah menjalinn hubungan bertahun-tahun lamanya. Ia tahu bahwa takaran perasaan seseorang itu naik turun, tidak bisa diukur dengan keseriusan seperti ini. Pilihannya antara dua menolak pinangan pria yang ia cintai atau ia bersiap merencanakan kejenjang yang lebih serius. Bukan karena ia tidak cinta dan sayang dengan pasangannya, namun memang belum siap untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Satu hal yang harus ia terima, bahwa ia sudah menerima lamaran ini. Tidak ada jalan lain untuk kembali, karena sebentar lagi pernikahan itu akan terjadi.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel