Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 7

BAB 7

HAPPY READING

***

Andre dan Feli akhirnya tiba di butik milik Monik yang terletak di Kemang. Andre memarkir mobilnya di plataran butik, ada beberapa mobil yang terparkir di sana. Mereka keluar dari mobil, lalu melangkahkan kakinya menuju lobby utama butik.

Ketika masuk ke dalam butik, mereka di sambut hangat oleh pramuniaga yang berjaga. Andre mengedarkan pandangannya kesegala area, butik ini bertema modern klasik dengan sentuhan industrial di dalamnya. Nuansanya sangat elegan dan temperature ruangan sangat terjaga. Lampu sorot dengan tone general yang netral membuat baju-baju yang dipajang terlihat sangat menonjol.

Butik ini memiliki kaca yang besar tinggi yang menempel di dinding, ia tahu fungsinya agar tamu dapat mencoba dan melihat pakaian yang mereka kenakan dari ujung kaki ke ujung kepala. Ruangan memiliki pencahayaan yang baik, ada beberapa manekin dan rak pakaian. Butik milik Monika, terdiri dari lima lantai yang semuanya dari hasil rancangannya.

Andre dan Feli melihat staff, lalu menghampirinya, “Ada yang bisa kami bantu bu?” Tanyanya ramah.

“Ada, saya sudah janjian sama ibu Monika untuk fitting pakaian.”

“Atas nama siapa bu?” Tanya nya lagi.

“Bilang saja dari ibu Feli.”

“Baik. Sebentar ya bu, saya hubungin ibu Monika dulu, beliau ada di atas, tadi soalnya juga ada tamu yang datang.”

“Baik.”

Andre dan Monika menatap staff itu meja counter, sambil memegang intercom, ia melihat ada beberapa tamu yang masuk ke dalam butik dan staff yang lain melayani tamu-tamu itu dengan ramah.

“Iya, halo,” ucap Monika, mengangkat panggilan intercom. Ia menatap Tobias berada di hadapannya, percakapan mereka terhenti begitu saja, karena interkomnya berbunyi.

“Selamat siang bu.”

“Selamat siang juga.”

“Ada klien ibu bernama ibu Feli, datang ke sini untuk fitting pakaian.”

Monika melirik jam melingkar di tangannya menunjukan pukul 13.10 menit. Ia hampir lupa kalau ini sudah jam satu siang, Feli kemarin mengatakan kalau setelah beli cincin pertuangan di Plaza Senayan, dia akan mampir ke butiknya, namun ia tidak menjelaskan waktunya.

“Baik, di suruh tunggu ya, saya akan ke bawah,” ucap Monika.

Tobias menatap Monika, ia mendengar percakapan Monika dengan salah satu staff nya. Percakapan itu mengatakan kalau ibu Feli ke sini untuk fitting pakaian. Ia tidak menyangka kalau ia bertemu dengan wanita itu lagi. Tobias melipat tangannya di dada sambil menatap Monika.

“Tobi, maaf ya. Pembicaraan kita tertunda, Feli dan calon suaminya datang ke sini. Mereka ke sini mau fitting kebaya.”

“Feli temen kamu kemarin?”

“Iya.”

Tobias menarik nafas, sejujurnya ia penasaran siapa calon suami Feli. Ia tidak masalah jika pembicaraan mereka tertunda, ia tadi ke sini hanya mampir saja. Ia melirik jam melingkar di tangannya sudah jam satu lewat, ia beranjak dari duduknya.

“Enggak apa-apa, aku pulang saja. Lagian aku ke sini cuma sebentar. Kalau berbicara bisnis, lebih baik kita bertemu di rumah saja. Soalnya ini jam kerja kamu,” ucap Tobias, ia beranjak dari duduknya.

“Di rumah kamu?” Tanya Monika, ia beranjak dari duduknya.

“Iya, di rumah aku.”

“Oke. Kita turun bareng aja. Ada Feli di bawah.”

“Kapan teman kamu akan nikah?”

“Katanya Minggu ini mereka akan tunangan dan bulan berikutnya mereka menikah,” ucap Monika.

“Sudah lama mereka pacaran?” Tanya Tobias penasaran.

“Lumayan, sudah dua tahun. Feli itu bukan tipe yang suka ganti pasangan, dia sangat setia banget. Dia tipe cewek classy gitu, anggun, cerdas, elegan, natural, nggak narsis, dan nggak suka gossip intinya.”

“Dia lulusan mana?”

“Dia megister di Freie University Berlin.”

Alis Tobias terangkat, “Really?”

“Yes, jurusan humaniora.”

Tobias akhirnya tahu bagaimana kualitas Feli. Humaniora adalah cabang studi yang mengacu pada ilmu kemanusiaan dan masyarakat dari prepektif kritis. Ia tahu bahwa jurusan humaniora berarti akan mempelajari berbagai keahlian yang dapat dipindahkan dan diinginkan, mulai dari pemikiran kritis hingga analisa dan bahkan kreatifitas. Di tambah dengan Feli lulusan dari universitas terbesar keempat yang ada di Jerman, maka otomatis dia memiliki wawasan yang global. Namun ada sisi rasa penasaran dengan wanita itu, entahlah rasa penasarannya bertambah ketika ia tahu bahwa Feli berkuliah di salah satu universitas terbaik di Jerman.

Monika dan Tobias melahkan kakinya ke bawah, kini mereka berada di lantai dasar. Ia menatap ke depan, ia memandang seorang wanita mengenakan celana kulot berwarna putih dan blouse tanpa lengan berwarna merah maroon, rambut panjangnya di ikat ke belakang, hingga menonjolkan sisi wajahnya. Kulit putih dan warna pakaiannya sangat kontras, sehingga tampak lebih bercahaya. Ia akui kalau Feli sangat cantik di matanya.

Beberapa detik kemudian pandangan mereka bertemu, Feli dan Tobias saling menatap satu sama lain. Andre menatap iris mata itu dengan intens, hatinya seketika berdesir hanya melihat Feli. Ia tidak tahu perasaan apa ini. Ia memperhatikan pria yang berada di samping Feli, ternyata pria itu lah calon suami wanita itu. Beruntungnya pria itu mendapatkan Feli, mereka terlihat sangat serasi.

Sementara di sisi lain, Feli tidak percaya bahwa ia bertemu lagi dengan Tobias di sini. Pria itu mengenakan kemeja berwarna putih dan celana jins. Rambutnya tersisir rapi, ia mengalihkan pandangannya ke samping memandang Andre.

“Gue seneng banget kalian berdua datang,” ucap Monika mendekati Feli, suara Feli membuyarkan lamunannya, setidaknya tidak membuat Feli nervous.

“Monika, aku perlu dulu,” ucap Tobias tenang, ia bisa melihat wajah Feli dari jarak dekat, karena posisi wanita itu di samping Monika.

“Iya, kamu hati-hati Tobi. Nanti malam aku ke rumah kamu,”

Monika memandang Tobias melangkahkan kakinya menuju pintu utama dan lalu tubuh itu menghilang dari balik pintu. Lalu tatapannya teralihkan kepada Andre dan Feli.

“Ayo naik ke atas, kebaya untuk engagement ada di sana,” ucap Monika.

“Iya,” ucap Feli.

Feli marasa bersyukur kalau Tobias sudah menghilang dari pandangannya. Andre dan Feli melangkahkan kakinya menuju lantai atas. Di lantai dua desainnya sama seperti lantai dasar hanya saja koleksi yang di tampilkan banyak dress dan kebaya untuk engagement.

Monika memperlihatkan koleksi kebaya di manekin kepada Feli, “Ini kebaya yang gue bilang kemarin sama lo,” tunjuk Monika, mempersentasikan kebaca hasil rancangannya.

Andre dan Feli memperhatikan kebaya itu, jujur kebaya itu sangat manis.

“Simple tapi tetap anggun, paduan kebaya modern, warna mint dan bawahnya kain batik. Payetnya merata, nggak terlalu mencolok karena warnanya senada, perpaduan kain batik coklat sampai kaki. Gue yakin lo pasti cantik banget pakek ini.”

Andre menatap Feli, batik yang di perlihatkan Monika memang sangat cantik, “Bagaimana sayang?”

“Bagus, aku suka ini,” ucap Feli begitu saja, karena sejak pertama kali lihat ia sudah jatuh hati dengan kebaya ini.

“Dan pilihan kedua ini,” ucap Monika memperlihatkan kebaya selanjutnya.

“Ini kebaya modern taupe, dibalut dengan payet mutiara dengan potongan kerah V di bagiian belakang. Lo pasti cocok dengan kebaya ini.”

“Mau di coba dua-dua nya?” Tanya Monika.

“Gue lebih suka yang mint ini.”

“Oke.”

Monika mengambil kebaya itu dari manekin, sementara Andre berdiri menatap sang kekasih melangkah ke dalam kamar pas begitu juga dengan Monika ikut masuk, karena akan membantu Feli mengenakan kebaya.

Andre menunggu Feli keluar dari kamar pas, ia ingin tahu bagaimana hasilnya. Jujur perasaannya sulit di jelaskan, deg-degan dan sedikit cemas. Di dalam lubuk hati paling dalam ada terbesit bahagia akhirnya ia akan mengikrarkan janji suci di hadapan Tuhan dan hukum negara.

Menurutnya hubungan mereka sudah pantas diresmikan, ia tidak akan menunggu lebih lama lagi, ia ingin memiliki keluarga yang seutuhnya. Baginya Feli adalah wanita yang hebat yang patut ia miliki, karena baginya dia layak mendapatkan cintanya. Feli itu wanita yang cerdas, memiliki visi dan misi hidup, keluarganya harmonis dan pendidikan terbaik. Feli lah wanita yang tepat untuk dirinya dan anak-anaknya nanti. Itulah ia yakin untuk menikahi kekasihnya.

Beberapa menit kemudian, Feli keluar dari kamar pas. Andre terpana menatap Feli dengan balutan kebaya berwarna mint. Hatinya berdesir dan ia lalu tersenyum mendekati sang kekasih.

“Perfect,” ucap Andre.

Feli tersenyum, “Thank you. Kamu suka warnanya?”

Andre mengangguk, “Iya, suka. Kebaya ini seolah tercipta untuk kamu sayang.”

Monika tersenyum menatap Feli, kebaya itu memang sangat pantas dikenakan Feli, “Menurut gue, lo memang cocok mengenakan kebaya ini, sangat elagan, dan super cantik.”

Feli ikut bahagia karena orang-orang terdekatnya mengatakan kalau kebaya yang ia kenakan terlahir untuk untuk. Monika mengambil kemeja batik dari manekin, ia menyerakan kepada Andre.

“Kamu juga harus coba,” ucap Monika menyerahkan kemeja batik itu kepada Andre.

Andre tersenyum, ia lalu masuk ke dalam kamar pas, ia tidak bisa menutupi rasa bahagianya. Ia mengganti pakaian yang ia kenakan dengan kemeja batik. Beberapa menit kemudian akhirnya ia keluar dari kamar pas.

Feli menatap penampilan Andre, kemeja batik itu sangat pas di tubuh Andre, lihatlah ketampanannya bertambah.

“Kamu sangat tampan sayang, perfect.”

“Aku pikir juga begitu.”

Andre dan Feli, tidak perlu memutuskan terlalu lama, ia memilih kebaya ini untuk pertunangan mereka. Setelah itu Andre melakukan tansaksi pembayaran ke kasir.

“Thank’s ya Mon,” ucap Feli ketika ia hendak keluar dari butiik.

“Gue yang harusnya terima kasih sama lo berdua, karena hasil rancangan gue dipakai sama kalian berdua, ini sangat special.”

“Minggu ini lamaran gue. Lo datang ya.”

Monika mengangguk, “Gue pasti datang. Di rumah lo kan?”

“Iya.”

“Gue balik dulu ya Mon, makasih sebelumnya,” ucap Feli, ia lalu keluar dari butik Monika.

“Kalian berdua, hati-hati di jalan,” ucap Monika.

Beberapa menit kemudian mereka sudah berada di dalam mobil. Feli masuk ke dalam ia tidak lupa memasang sabuk pengaman, ia melirik Andre yang berada di sampingnya. Setelah itu mobil meninggalkan area butik.

Andre memanuver mobilnya menuju ke rumah Feli, ia mengantar sang kekasih ke rumahnya, karena beberapa hari ini sang kekasih pulang ke rumah orang tuanya, mempersiapkan pertunangan mereka. Ia memperhatikan jarak mobil dan motor di hadapannya.

“Langsung pulang ke rumah kan?”

Feli mengangguk, “Iya,” ada beberapa alasan ia tidak pulang ke apartemen, karena pertunangan mereka akan dilangsungkan di rumah orang tua Feli.

Andre melirik Feli, jujur seorang pria seperti dirinya sudah menemukan wanita pilihan hati dan ia pastikan bahwa itu yakin secara hati. Maka ia tidak perlu lama mengulur waktu untuk memutuskan menikah dengannya. Selama ia bersama Feli, ia merasa lengkap, karena wanita inilah yang memenuhi kriteria calon istrinya. Ia pun dengan mantap membangun rumah tangga dengannya.

****

Hari yang di tunggu akhirnya tiba, acara pertunanan Andre dan Feli di langsungkan di rumah orang tua Feli, dengan secara private, yang dihadiri oleh keluarga terdekat saja. Tunangan merupakan proses tukar cincin antara Feli dan Andre. Semua di langsungkan dengan suka cita. Dekorasi taman kini dipenuhi bunga mawar berwarna putih, dan lighting yang baik. Meja dan kursi tersusun dengan sempurna. Ini merupakan acara pertunangan dilakukan secara intimate.

Semua orang tahu bahwa pertunangan ini dilakukan oleh sepasang kekasih sebagai bentuk komitmen. Andre menyelipkan cincin tunangan itu di jari manis Feli, di hadapan keluarga besar dan teman terdekat. Fotografer mengambil foto Feli dan Andre secara candid. Prosesi ini berjalan dengan lancar.

Keluarga Feli dan Andre, sangat bahagia melihat anak- mereka ingin mengikat janji suci, setelah dua tahun menjalin hubungan. Cincin yang melekat di jari manis Feli mengubah status hubungan menjadi calon istri Andre.

Keluarga Andre dan Feli malam ini menentukan tanggal pernikahan. Pernikahan mereka akan di langsungkan bulan depan, dengan menggunakan WO yang sama. Mungkin satu bulan ini Andre dan Feli akan disibukan dengan berbagai hal, siapa-siapa yang akan di undang atau tidak. Untuk masalah venue mereka akan diskusikan dengan pihak wedding organizer. Ucapan selamat berdatangan dari pihak keluarga mereka, dan diikuti oleh para sahabat.

Sesi terkahir yaitu acara hiburan, lagu-lagu romantis dinyanyikan oleh salah satu penyanyi professional yang katanya finalis dari ajang pencarian bakat. Sahabatnya Monika turut hadir dan menyumbangkan satu lagu romantis untuk dirinya.

Feli menatap sahabatnya, Ocha hadir bersama Damian suaminya di sana. Ia juga melihat teman-teman golf dan berkuda, Andre di sana.

“Leon sama Sophia?” Tanya Feli kepada Andre, karena pada awalnya mereka berempat menjalin pertemanan yang erat, bahkan mereka pernah beberapa kali lburan bersama.

“Aku dengernya dia pacaran sama Moira, sekretarisnya Damian.”

“Sekretaris Damian?”

“Aku baru tau.”

“Dia sih yang cerita kemarin. Kalau ke sini datang dengan Sophia itu hanya karena mereka berdua kita undang,” gumam Andre, ia memandang sang kekasih, dia sangat cantik mengenakan kebaya pilihan mereka.

“Monika punya bakat bernyanyi?” Tanya Andre karena ia masih mendengar Monika sahabat Feli masih bernyanyi.

“Iya, dia nggak hanya bakat menjadi desainer, namun juga dia punya bakat bernyanyi yang nggak di ketahui banyak orang.”

Andre dan Feli mengikuti intruksi fotografer yang akan segera membidik mereka. Keluarganya dan keluarga Andre foto bersama. Ada beberapa tamu undangan sudah menyantap hidangan yang tersaji di meja prasmanan.

Feli dan Andre memandang Leon dan Sophia mendekati mereka. Kedua sahabatnya itu tersenyum kepadanya.

Leon memeluk tubuh Andre, lalu menepuk bahu itu. ia sangat terharu bahwa hubungan Feli dan Andre hingga di titik ini. Bahkan tadi kedua belah keluarga Feli dan andre, sudah mengumumkan bahwa pernikahan akan dilangsungkan bulan depan.

Leon tahu, sejak dulu hubungan mereka sangat direstui. Andre dekat dengan keluarga Feli dan Feli pun begitu sebaliknya. Mereka seperti terlahir pasangan sempurna, jalan hidupnya berjalan dengan mulus. Tanpa rintangan, Andre bukan tipe pria yang suka bergonta ganti pasangan, hidupnya lurus-lurus saja dan Feli juga mendukung Andre. Mereka sangat perfect, tidak seperti dirinya yang bingung menentukan pilihan dan ia tidak bisa jauh dari kedua wanitanya.

“Gue ikut bahagia, akhirnya lo berdua bertunangan,” ucap Leon.

“Thank’s man,” ucap Andre.

Leon menarik nafas, “Semoga hidup lo berdua diberkati dengan cinta dan kasih sayang yang nggak terbatas satu sama lain. Gue sangat bahagia, pada akhirnya sudah bertunangan dan akan menikah sebentar lagi.”

“I know, kalian berdua memang diciptakan untuk saling menyempurnakan satu sama lain,” ucap Leon.

Leon melirik Sophia yang berada di sampingnya, wanita itu memeluk Feli, “Selamat bertunangan ya Fel, semoga ke depanya lo berdua sama Andre semakin romantis, dilancarkan hingga hari-H pernikahan.”

“Makasih ya Pia,” ucap Feli.

Sophia melepaskan pelukannya, ia memperlihatkan paperbag bertulisan Bvlgari, dan menyerahkkannya kepada Feli, “Ini dari aku dan Leon,” ucap Sophia.

“Thank you, kalian bagik banget.”

Leon dan Sophia lalu meninggalkan Feli dan Andre. Lalu di belakang mereka ada Ocha dan Damian. Suami istri itu tersenyum kepada mereka. Ocha memeluk tubunya, ia mereka saling memberi senyum. Ocha memeluk tubuh Feli,

“Selamat ya beb, untuk kalian berdua. Gue bersyukur banget, akhirnya kalian berdua bertunangan. Gue terharu banget,” ucap Ocha, ia melepaskan pelukannya, menatap sahabatnya.

“Lo cantik banget tau.”

Feli tertawa, “Makasih.”

Damian tersenyum memandang Feli keponakannya, sekarang dia sudah resmi menjadi tunangan Andre. Keluarga besarnya menyayangi Andre, karena sikap dewasa Andre. Akhirnya Andre resmi menjadi keluarganya. Perjuangan Feli dan Andre sangat mulus dan lancar, jujur ia cemburu akan hal itu. ia baru melihat hubungan dua orang manusia selancar ini. Tidak seperti dirinya dulu dan Ocha, penuh perjuangan dan air mata.

“Selamat ya Ndre, Semoga pernikahan kalian l” ucap Damian.

“Iya, sama-sama.

Ocha memberikan gift kepada Feli, “Ini dari gue dan Damian.”

Feli mengambil paperbag berwarna merah bertulisan Cartier di sana, ia tahu om-nya bernama Damian itu seperti apa, dia crazy rich yang sangat mencintai sahabatnya. Kemarin ia sempat request kalau ia ingin cartier sebagai hadiah pertunangannya, dan ternyata om Damian menyanggupinya. Sesekali menodong Om sendiri tidak apa-apa.

“Makasih Ocha dan Om Damian,” ucap Feli kegirangan, memeluk paperbag itu.

Ocha dan Damian tidak lupa mengabadikan foto pertunangan Andre dan Feli. Semua kelurga dan sahabat mendukung hubungan mereka berdua. Di hari pertunangan ini, mereka berjanji akan tetap bersama baik susah maupun senang. Baik suka maupun duka, karena hari ini adalah hari special mereka. Dengan begini, mereka tidak akan lagi ragu untuk melangkah ke depan. Semua ini terjalin, karena saling memahami, saling mengerti, dan sepakat untuk bersama. Semoga saja hubungannya tetap selalu bahagia.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel