Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 9

Sudut pandang Mark…

Setelah Dr. Mona pergi aku menghubungi polisi dan memberitahu mereka tentang Ibu Anna yang akan berada di bawah pengobatan Dr. Mona. kemudian aku juga menghubungi personal assistant ku tentang beberapa urusan kantor dan bisnisku.

Aku sudah makan malam dan sekitar jam 9 malam aku pergi ke kamar Anna untuk memeriksa keadaannya.

‘Dia masih tidur.’ Gumamku.

Aku meletakkan tanganku di dahinya untuk memeriksa suhu tubuhnya.

‘Ini Normal.’

Aku bersandar dekat dengannya hanya beberapa inci saja dari Anna, aku bisa merasakan hembusan nafasnya. Entah kenapa aku senang mengawasi Anna ketika dia sedang tidur.

Pandanganku terhenti pada bibirnya.

‘Apa aku baru saja melihat bibirnya ?! Warnanya pink, Aku bisa membayangkan bibirnya semanis buah stroberi, Aku ingin menggigit dan melumat bibirnya yang seperti stroberi, semuanya di dalam mulutku, Aku tidak ingin melepaskan bibir indah yang sungguh menggoda itu !!’

Ketika aku sedang berfantasi tentang Anna, alis Anna tiba-tiba saja bergerak. Bola matanya bergerak seperti dia sedang menanggapi ciuman liar fantasiku.

‘Shit… shit… shit… dia akan bangun !! Aku harus segera keluar dari dalam kamar ini !’ umpatku di dalam hati dan aku pun keluar.

Aku sedang mengamati Anna dari sudut pintu, dia tidak bisa melihatku.

‘Dia bangun !’ Gumam ku.

Anna melihat ke sekeliling ruangan, dia sedang memeriksa lukanya, dia bangun dan memposisikan duduk.

‘Nann masih tidur ? Apakah dia membutuhkan sesuatu ?’ Pikirku.

Kemudian Anna sedang mencoba menggapai botol air di atas meja disisi ranjangnya.

‘Dia masih lemas, dia tidak memiliki Kekuatan. Aku hanya ingin membantunya. Tapi kenapa aku harus membantunya ?! Aku tidak akan pergi ! dia mungkin akan berpikir bahwa aku sedang menguntitnya. Aku tidak akan kemanapun !!’ Gumamku sambil terus mengawasinya diam-diam.

Saat Anna sedang mencoba menggapai botol, tiba-tiba saja botol itu menabrak gelas yang juga berada di atas meja dan aku berlari ke dalam kamar secara refleks tanpa memikirkan apapun.

Aku menangkap gelas yang hampir terjatuh ke lantai kemudian aku menatapnya, dia hanya menutup matanya.

‘Dia sungguh sangat cantik hingga aku ingin mencium pipinya yang memerah.’

Ketika dia menyadari bahwa gelas itu tidak pecah dia membuka matanya dan aku membuang wajahku agar seolah-olah aku tidak mengawasinya kemudian aku berdiri dengan santai.

“Apakah kau membutuhkan air ? apa kau haus ?” Tanyaku pada Anna.

Dia hanya menganggukkan kepalanya, aku menuangkan air ke dalam gelas dan memberikan padanya.

Dia meraih gelas itu dengan tangan kecilnya kemudian meminum air itu. Tangannya sedikit gemetar saat dia sedang meminum air, percikan air telah tumpah dan menetes di tshirt yang Anna kenakan.

Percikan air yang menetes di tshirnya dengan jelas telah membuat payudaranya yang tanpa Bra terlihat. Anna tidak menyadarinya dan masih terus menyesap air di dalam gelas.

Aku bisa melihat dengan jelas warna pink dari puting payudaranya, ingin rasanya aku menggigitnya dengan bibirku.

Dengan nafas memburu, tiba-tiba saja tubuh bagian bawahku tidak bisa dikendalikan, aku terangsang… Kali ini sangat sulit, Aku tidak bisa mengontrolnya, Aku ingin orgasma di antara payudaranya. Jantungku memukul sangat kencang, aku menelan saliva ku,

Kini Anna melihat baju yang basah dan menyadari dadanya terlihat. Dia segera mengambil selimut untuk menutupinya dan dia kini akan segera melihatku.

Aku berbalik seolah-olah aku tidak menyadari apapun.

“Apakah kau membutuhkan air lagi, atau kau ingin minum yang lain ?!” Tanyaku padanya dengan datar.

“Tidak, terima kasih.” Jawab Anna.

Tak lama, nany terbangun dan aku segera berjalan pergi ke dalam kamarku untuk menenangkan tubuhku.

Aku terduduk di depan laptop dan membukanya, aku sedang mencoba untuk mengalihkan pikiranku darinya. Namun aku tidak dapat berkonsentrasi pada pekerjaanku.

Tubuh bagian bawahku belum bisa dikendalikan dan semakin mengeras, keadaan ini dapat dengan mudah disadari oleh siapapun dalam waktu singkat, mereka bisa menyadari jika aku sedang terangsang.

“Aku laki laki normal, Bukankah Saint atau orang suci... Ini sulit, aku hanya ingin mengeluarkan hasratku untuk mengontrol tubuh bagian bawahku yang tidak dapat mendengarkan perintahku !!”

Aku mencoba memejamkan mata, aku bisa membayangkan Anna, Pertama kali saat kami bertemu di ruangan yang sama, aku mencengkeram rambut dan pergelangan tangannya hanya beberapa inci jaraknya.

Aku memperhatikan P***sku sambil kembali membayangkan saat Anna memelukku, payudaranya menekanku dengan erat.

Aku mengeluarkan penisku dari dalam bokser dan celana pendekku… milikku sudah sangat tegang dan keras, Aku membutuhkan V****a saat ini, aku membutuhkan seks saat ini.

Aku kembali membayangkan ketika aku melihat lekuk payudaranya, puting berwarna pink dan tahi lalat cantik di antara payudaranya.

Aku mulai memegang P***sku dan menaik turunkan tanganku dengan lembut dan P***sku menjadi lebih besar dan keras lagi. Aku terus membayangkan Anna memeluk tanganku di dalam dadanya.

Aku meningkatkan kecepatan tanganku, dan membayangkan aku sedang menjilati dan menghisap payudara dan putingnya. Aku kemudian membayangkan bibirnya, bibir merah muda itu, seperti stroberi.

“Ahhhhhhh … Huuuuuu Ahhhh… ahhhhh…” Erangku.

Aku ingin memasukan P***s ku ke dalam mulutnya dan aku ingin membuang kenikmatanku di dalamnya. aku ingin memakan bibirnya, menjilati setiap lekuk tubuhnya.

Aku semakin meningkatkan kecepatan tangan pada P***sku...

Bergerak naik dan turun…

“Tok… tok... “

Dan tiba-tiba saja pintu di ketuk

Aku tidak peduli siapa yang mengetuk pintu, aku hanya ingin mengeluarkan hasratku sekarang, kemudian aku menyadari bahwa pintu tidak dapat dikunci, dan harus diperbaiki. Aku merusak pintu ini ketika aku menemukan Ria bunuh diri…

“Siapa ?!” Tanyaku.

“Aku Anna.” Jawab suara gadis dari balik pintu.

Aku mendengar suara… Gadis yang sedang ada dalam fantasiku saat ini. Dengan hanya Mendengar suaranya, sudah dapat membuat miliku keras dan tegang lagi.

"Aku ingin berbicara denganmu.” sambung Anna.

“Tunggu 2 menit.” Jawabku.

karena jika aku tidak mengeluarkan hasratku sekarang. aku pasti akan mengambil keperawanannya ketika dia masuk.

Aku mulai menaik turunkan tanganku lagi sambil terus membayangkan dia, dengan suara seperti tadi mengatakan..

"Aku ingin berbicara denganmu.”

Dan...

"Aku ingin menghisap p***smu." Fantasiku.

dan aku mulai membayangkan dia menjilati dan menghisap p***sku.

Aku mulai meningkatkan kecepatan tanganku lagi. Naik dan turun.

Bergerak dengan sangat cepat ...

“Ahhhhhhh… ahhhh…” erangku.

Aku akan segera keluar.

‘Uhhhh… ahhhhh…. Huh… Anna …’

Aku menarik nafas dalam-dalam.

“Ahhhhhhhh……’

“Sruppppppppp.” Cairan kental putih menyembur dari P***sku.

Dengan nafas masih terengah-engah, tubuhku lemas namun aku merasa lebih santai.

Aku segera membersihkan semuanya dengan tisu dan membuangnya ke tempat sampah, segera setelah itu aku menyesuaikan diriku di depan laptopku dengan bersikap santai.

“Masuk.” Perintahku pada Anna yang sedang menunggun di balik pintu.

Aku bisa melihat bayangannya yang jelas melalui pantulan layar laptopku dan siluet tubuhnya terpantul jelas di layar laptopku.

Aku dapat mengamati bahwa dia telah memakai bra, aku tersenyum pada diriku sendiri saat dia melihatku dari belakang punggungku.

Anna bertanya tentang ayahnya dan aku berteriak padanya.

Matanya sudah dipenuhi dengan air mata...

Dia sedang mencoba untuk berpihak pada ayahnya dengan mengatakan bahwa ayahnya tidak melarikan diri.

Aku kembali meneriakinya.

Aku terus mengamatinya melalui laptopku. adia mungkin berpikir bahwa aku sedang bekerja.

Kini dia bertanya tentang ibunya ...

Aku merasa sedih dan kasihan terhadapnya

Kemudian aku memberitahu padanya di bawah prosedur postmortem, lalu aku menyadari sesuatu.

‘Bagaimana jika dia ingin melihat mayat ibunya ?’ pikirku.

“Aku akan mengurus pemakamannya.” ucapku untuk menutupinya.

Aku tidak ingin mendengarkan dia membicarakan tentang keluarganya, jadi sekali lagi aku berteriak padanya untuk keluar dari Kamarku dan memintanya untuk berhenti bertanya tentang pertanyaan lucu yang memuakan.

Jadi untuk dua sampai tiga hari kedepan dia tidak akan menanyakan apapun tentang orang tuanya lagi.

Aku menyukai wajah kecil cantiknya, dia terus menunjukan ekspresi cemberut di wajahnya. Aku merasa dia akan segera pergi.

‘Terima kasih.” ucapnya dengan bibir kecil yang ingin aku lumat.

Dia mengucapkan terima kasih karena telah menyelamatkan hidupnya.

‘Aku telah jatuh cinta padanya.’

Namun aku berusaha berpura-pura santai di hadapannya dengan melakukan pekerjaanku. dia berbalik...

dia akan...

Aku ingin menggodanya, aku suka wajahnya ketika aku menggodanya.

"Lebih baik jika kau melepas pakaian dalam mu." Kataku dengan santai.

Aku bisa melihat ekspresinya. dia berbalik, namun aku sama sekali tidak menoleh ke belakang seolah aku tidak mempedulikannya.

‘Aku menyukai wajah dalam kebingungannya.’ gumamku dalam hati.

dia bingung…

‘Apakah dia tidak tahu bahwa aku sedang menggodanya dan memperingatkannya.’

lalu aku memberikan alasan padanya semua itu agar lukanya cepat segera sembuh.

aku tertawa di dalam hatiku.

“Oke.” Ucapnya.

tidak... tidak... tidak… Dia berlari menuju ke kamarnya. Aku tertawa keras selama sekitar setengah jam, aku menertawai kepolosan dan kenaifannya.

Dan kemudian aku menutup laptop dan pergi ke tempat tidurku.

(please do support this story... Thank you )

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel