Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 10

Sudut pandang Anna...

Aku bangun pukul 7.30 pagi, badan ku terasa sakit sekali. mungkin karena obat-obatan yang aku konsumsi.

Aku pergi ke kamar mandi, semua barang yang ada di dalam kamar mandi terlihat baru. Sikat gigi, sabun, shampo, handuk dan semuanya baru.

“Apakah aku boleh menggunakannya ?” tanyaku kepada Nany.

“Itu memang disediakan untukmu, Anna. Pakailah !” Jawab nany sambil tersenyum.

‘Aku ingin mandi, tapi perban yang membalut lukaku ini mungkin akan basah. Jadi, lebih baik aku hanya membasahi tubuhku bagian bawah dada dengan air dan aku akan membersihkan bahuku dengan handuk basah.’ pikir ku, sambil mengikat rambutku yang sebelumnya tergerai.

‘Ah… benar ! aku lupa tentang pakaiannya.’ benakku.

“Nany, apa pakaianku sudah bisa aku pakai ?!” tanyaku pada Nany.

Nany menyerahkan padaku pakaian tshirt panjang dan agak kebesaran yang serupa seperti yang sedang aku kenakan. Celana pendek yang seperti baju tidur terakhir yang aku pakai dan celana dalam dengan ukuranku... sekarang aku sedang mencari bra... Aku tidak dapat menemukan.

Anna : “Nany apakah kau membeli baju baru ini.”

‘Aku pikir dua pasang sudah cukup, kenapa harus membuang-buang.’ pikir ku.

Nany : “Bukan aku yang membelinya, Anna. Tuan Mark, dia menyerahkan ini pada ku jam lima pagi hari.”

Ucap Nany sambil tersenyum.

Anna : “Jam 5 pagi ?!”

Nany : “Ya Anna. Tuan Mark biasanya sudah bangun antara pukul lima atau pukul enam pagi dan mulai berolahraga selama satu setengah jam.”

Anna : “Nany kenapa aku tidak melihat ada pakaian dalam… ehem… maksudku bra.”

Nany : “dokter dengan tegas menyuruhku untuk tidak memakaikan bra padamu. Jika aku melanggarnya, Tuan Mark, mungkin akan marah padaku.”

Anna : “Apa ?”

‘What the hell in the world !! Kenapa dia harus marah ?! ahh… Aku ingat kata-katanya kemarin malam. “Lebih baik melepas pakaian dalam.” huh ?! Dia membuatku malu. Membuatku jadi membayangkan hal-hal yang tidak baik saja.’ Gumam Anna.

Anna : “OK Nany aku akan mandi.”

Nany : “Aku akan membantumu Anna.”

Anna : “A… Apa ?! tidak perlu Nany, aku bisa melakukannya sendiri. Sebenarnya, aku merasa malu jika orang lain melihat ku telanjang. Hahaha jadi…”

Nany : “jangan malu padaku Anna. Aku sudah menganggapmu seperti anakku sendiri. Apakah kau sudah lupa, setelah menerima perawatan dari dokter, akulah yang melepas dan memakaikanmu pakaian.”

Anna : “oke Nany, aku merasa akan lebih baik jika kau membantuku. Terima kasih.”.

Setelah selesai mandi, Aku tetap memakai handuk dan mengambil tshirt merah muda dan celana pendek hitam.

‘Aku tidak benar-benar memperhatikan sebelumnya, T-shirt ini sudah ada bantalan bra di dalamnya jadi tidak terlihat aneh. Oh wow… Ini sangat pas dengan nyaman.’ Benakku.

Nany melihat dan memujiku, Bahwa aku terlihat sangat cantik dengan tshirt itu. Kemudian aku melepaskan ikatan rambutku untuk aku sisir.

Sementara itu, Nany memintaku datang untuk sarapan atau dia akan membawakannya ke kamar ini. Aku merasa sangat lapar, Well aku sudah tertidur cukup lama tentu saja aku merasa sangat lapar.

Aku tidak suka jika harus makan di dalam kamar tidur dan aku juga tidak suka jika harus menggunakan pelayan untuk membawakan aku ini dan itu. Jadi aku katakan pada Nany bahwa aku akan datang ke ruang makan.

Meja makan ini adalah meja yang panjang, Aku duduk di kursi dimana aku bisa melihat dapur yang berada tepat di depanku, Punggungku menghadap tangga lantai atas dimana semua kamar tidur berada disana.

Aku bisa melihat beberapa pelayan lagi yang terburu-buru dengan pekerjaannya. aku dapat melihat seluruh rumah lantai bawah dalam satu putaran kepalaku. Dan mengingat bahwa dia, Mark adalah satu-satunya orang yang tinggal di sini sekarang dengan begitu banyaknya pelayan.

Sekilas aku teringat Ria, bahwa kami berdua biasanya makan siang di sini pada hari Minggu, sementara Mark saat itu tengah sibuk berpesta dengan kekasihnya atau pekerja kantornya. Aku tidak tahu alasan yang sebenarnya kenapa saat itu aku jarang bisa bertemu dengan Mark.

Aku melihat Mark hanya dua atau tiga kali, saat dia keluar atau masuk villa ini. Maka bisa dibilang saat itu Villa ini milik kami, kami berdua banyak bermain, bermain perang bantal, bermain Video game, basket, Terkadang kami menari, atau hanya sekedar berbicara antara teman. Banyak tawa saat itu.

Tanpa aku sadari, air mata sudah memenuhi mataku saat memikirkan itu, Aku ingin segera menghapusnya hingga tidak ada seorangpun yang menyadarinya. Karena Nany telah merawatku dengan baik, Nany mungkin akan merasa sedih ..

Sementara itu, Nany baru saja masuk ke ruang makan dengan enam sandwich di atas nampan yang dibawanya.

‘Woah… Aku hanya ingin memakan semuanya. Aku merasa sangat lapar, Aroma keju itu sungguh sangat menggoda ku.’ Pikirku sambil menelan salivaku.

Nany menyajikan dua buah sandwich untukku. Aku mengambil gigitan pertamaku sambil menutup mataku.

“Wow… ini benar-benar enak. Mmmmmmm !!” Erangku.

"Nany ini enak sekali, atau ini enak karena aku sedang sangat lapar ?!" Ucapku pada Nany dan aku membuka mata sambil menggigit sandwich itu yang kedua kalinya.

Aku mengangkat kepalaku,

‘Shitttt… tamatlah riwayatku !!’ Bathinku.

Tiba-tiba saja aku mulai cegukan.

‘Mark, Itu Mark, yang saat ini duduk di depanku dan sedang menatapku dengan canggung chhhhh… Kenapa ini terjadi padaku.’ pikirku sambil berusaha menelan kunyahanku.

Aku mencoba untuk mengambil gigitan yang ketiga dan entah kenapa aku kembali cegukan.

Mark : "Minumlah air, Sandwich mu tidak akan lari kemana-mana. Tidak ada yang akan merebutnya darimu. Minumlah !"

‘Kenapa setelah mendengarkan kata-katanya, cegukanku berhenti ?! Apa mungkin karena aku takut padanya ?! ini aneh !!’

Ya, ibuku dulu pernah berkata padaku cegukan akan berhenti saat kita takut akan sesuatu. Dulu ibuku ketika aku cegukan akan mulai mengagetkanku dengan trik-triknya agar cegukan ku dapat berhenti.

Aku takut pada kadal, Jadi ibuku bilang ada kadal di pundak ku. itu saja, aku sudah akan bangun dan berteriak dan cegukan ku pun akan berhenti secara otomatis.

‘Sekarang pengganti untuk kadal adalah suara Mark. Apa ?! pengganti kadal adalah Mark ?!’

Aku merasa lucu saat membayangkan wajah Mark yang berubah menjadi kadal.

‘Hahahaha ! Ya, dia selalu menegurku saat aku menyebut namanya Mark Jadi mulai hari ini, aku akan memanggilnya kadal. Betapa lucunya. Hahaha !’ Pikirku sambil tertawa kecil melupakan bahwa Mark sedang duduk di depanku.

Mark : "Apa yang membuatmu tertawa ?! Aku hanya menyuruhmu untuk minum air."

Anna : "Apa ?! Ehem… Nothing !! ya Nothing."

Aku kembali menggigit sandwich ku lagi dengan gigitan besar.

Sementara itu, Mark makan dua buah sandwich dan minum jus jeruk segar lalu pergi ke kamarnya.

Aku juga menghabiskan dua buah sandwich dan Nany menyimpan dua sandwich lagi di piringku, Aku pura-pura tidak memakannya, tapi yang sebenarnya aku masih kelaparan. Aku berpura-pura seperti aku memakan sandwich ekstra hanya karena paksaan dari Nany.

Sementara itu, seorang wanita memasuki aula Villa, Wanita itu berpakaian dengan sangat anggun, cantik dan terlihat seperti teman yang telah berbagi segalanya denganku.

Aku menatapnya sambil menyipitkan mataku.

"Hai Anna, Bagaimana keadaanku ?!” Ucap wanita cantik itu.

Anna : “Aku ?! Ya, aku merasa jauh lebih baik.”

Dan aku menatap Nany dengan bingung.

‘Siapa wanita ini ?! kenapa dia tahu namaku ?!’ benakku dengan bingung.

Kemudian Nany memperkenalkan wanita itu padaku, dia adalah dokter Mona, yang telah merawat dan mengobatiku. Aku segera berdiri untuk menunjukkan rasa hormat dan terima kasihku padanya.

Dr. Mona segera mendatangiku dan meletakkan tangannya di pundakku.

Dr. Mona : “Tidak ada formalitas Anna, santai saja !! Apakah kau sudah siap untuk mengobati lukamu ?”

Anna : ”tentu Dokter aku akan mengikutimu ke kamar tidur.”

Dr Mona : “Anna tidak ada formalitas diantara kita. Panggil saja aku Mona dengan nyaman apa kau setuju ?! oke ?!”

Anna : “Se… setuju, oke !!”

Kami berdua pergi ke kamar untuk membalut lukaku, Nany juga ikut bersama dengan kami untuk membantu.

Aku duduk di tempat tidur, Nany menutup pintu dan membantu Dr. Mona.

Pertama, Dr. Mona membersihkan luka di pergelangan tanganku dengan hidrogen peroksida.

Rasanya sakit sekali, air mata memenuhi mataku, Nanny mendekatiku, aku memegang tangan Nany dengan tanganku yang lain.

Setelah itu, Dr. Mona membersihkan luka di leherku, Ini juga sedikit sakit, tapi aku dapat menahannya.

Lalu..

Dr. Mona : “Anna, bisakah kau melepas baju mu ?!”

Anna : “Aku merasa malu, bisakah kau mengaturnya jika aku dapat membalikkan lengan bahuku ke bawah, Aku akan menurunkan bajuku ke tangan, itu jelas menutupi lukaku.”

Dr.Mona : “Oke.”

Dr. Mona tersenyum tipis padaku dan mengambil kapas sambil menuangkan hidrogen peroksida dan alkohol.

Aku tiba-tiba memekik keras, karena merasa tidak tahan dengan rasa perih yang aku rasakan. Air mata jatuh dari dipipiku.

Namun Dr. Mona tidak terganggu dengan pekikan ku dan Dr. Mona melanjutkan pekerjaannya dengan membersihkan luka dan menutupnya dengan kapas.

Wajahku memerah, kemudian aku melihat Dr. Mona dia sedang mengambil sebuah suntikan.

Anna : “Dr. Mona apakah itu suntikan untukku ?”

Dr. Mona : “Ya, Anna.”

Aku berdiri dan mulai bergerak sedikit demi sedikit menuju ke arah pintu, sementara Dr. Mona sedang sibuk mengisi suntikan itu dengan obat.

Lalu Dr. Mona melihatku.

Dr. Mona : "apakah kau takut disuntik ?!"

Anna : “Aku takut dengan jarum suntik. Tolong Dr. Mona, tidak bisakah kau memberiku tablet sebagai pengganti suntikan. Hmmm !!”

Dr. Mona : “Oh, maafkan aku Dear. Ini antibiotik, aku harus memberikan ini kepadamu langsung ke darah untuk menyembuhkan lukamu dengan segera.”

Sambil menjelaskan fungsi dari suntikan itu Dr. Mona mulai bergerak maju menuju ke arah ku.

Anna : “tolong Dr. Mona, Aku lebih baik menelan sepuluh tablet daripada harus di suntik.”

Aku semakin bergerak menuju pintu.

Dr. Mona : “Ini tidak akan menyakitimu, Anna. Tenanglah.”

Anna : “Tidak, kumohon, kumohon... aku akan melakukan apapun.”

Aku sudah memegangi gagang pintu.

Dr. Mona : “Jangan berani lari dariku Anna, Aku sudah merawat banyak pasien sepertimu Anna.”

Dr. Mona semakin mendekatiku

Anna : ‘Nanny, tolong bantu aku. Tolong katakan pada Dr. Mona tidak ada jarum, aku takut !”

Nany : “Anna tidak ada yang perlu kau takutkan. Mari bekerja sama. Agar ini cepat selesai.”

Kini keduanya mendekati ku, Aku membuka gagang pintu dan aku hendak berlari keluar dari kamar namun tiba-tiba saja kepalaku membentur sesuatu.

“Ahhhhhhhhh !!!!”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel