Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 11

Sudut pandang Mark...

Setelah aku menggoda Anna tentang pakaian dalamnya, Aku banyak tertawa hanya dengan melihat dan membayangkan ekspresi wajahnya.

‘Aku merasa lega.’ pikirku

Setelah kedua orang tuaku meninggal, aku tidak dapat menghitung berapa kali aku sudah tertawa hanya karena aku sangat ingin membuat Ria bahagia.

Aku tidak tahu kenapa, Aku suka menggoda Anna. Ekspresi wajahnya, Kepolosannya, kenaifannya. aku mengingatkan Anna tentang pakaiannya dia tidak memiliki pakaian yang layak untuk dia kenakan. Well… Anna bisa menggunakan baju milik Ria tapi hanya dengan melihat baju Ria di tubuh Anna, sudah dapat membuat Aku dan Anna mengalami depresi.

Jadi aku menghubungi personal asisten ku, personal asistenku berusia 24 tahun jadi dia pasti bisa mengerti tentang pakaian untuk gadis remaja. personal asisten ku yang akan mengirimkan pakaian yang layak untuk dipakai Anna.

Aku mencoba untuk menghubungi personal asisten ku.

Personal asisten : “Tuan Mark… Apa yang membuatmu menghubungi aku selarut ini ?!”

Mark : “Aku butuh sepuluh pasang pakaian, bisa kau mengaturnya sekarang ?”

Personal asisten : “sekarang ?! sekarang… sekarang… ?!”

Tandai : “Ya… sekarang ! Sekarang juga !!”

Personal asisten : “Ukuran apa dan untuk usia berapa ?! dan ehem... ini untuk wanita atau laki-laki ?!”

Mark : “Well… aku rasa dia berusia dua puluh tahun… dan ukurannya persis dengan ukuranmu. Aku membutuhkan tshirt panjang dan celana selutut… serta, ehem... pakaian dalam yang biasanya disukai gadis-gadis usia dua puluh tahun, tidak termasuk bra, kau tidak perlu membeli bra.”

Personal asisten : “Tuan Mark, tapi tanpa menggunakan bra, T-shirt akan terlihat aneh pada seorang wanita.”

‘Aku lebih menyukai dia berpakaian seperti itu, terutama karena baru saja aku melihatnya dengan tshirt oversized dan celana pendek, Dia sungguh terlihat sangat imut dan cantik. tapi aku tidak suka jika ada orang lain yang melihat sekitar dadanya. Dan juga dokter Mona menyarankannya untuk tidak menggunakan bra selama beberapa hari kedepan.’ pikirku

Personal asisten : “Ummm... sebenarnya ada beberapa jenis T-shirt yang memiliki cup bra terpasang di bagian dalam T-shirtnya, kalau itu tidak masalah aku akan membeli T-shirt yang seperti itu, atau jika Tuan memang bersikeras kalau dia harus tetap menunjukkan bagian dadanya padamu Tuan maka aku akan membeli T-shirt biasa.”

Mark : “Shut up !!!! T-shirt dengan cup Bra terpasang tidak masalah. pastikan kau sudah membawanya pagi-pagi sekali.”

Personal asisten : “Baik Tuan. ummm…ehem... Tuan, tapi untuk siapa semua pakaian itu ?!”

Mark : “Ini untuk teman Ria, adikku.”

Personal asisten : “apakah teman Ria terlihat seksi ?”

Mark : “Hey !!! dapatkah kau mengontrol diri mu sendiri !! dan lakukan pekerjaanmu !!”

Aku segera memutus panggilanku. Personal asistenku adalah putri dari paman teman keluarga kami, paman Joseph. Paman Joseph adalah personal asisten untuk ayahku selama ini. Namun Setelah orang tua ku meninggal dunia, Paman Joseph memutuskan untuk mengambil pensiun dan menempatkan putrinya Genie sebagai penggantinya, untuk menjadi personal asistenku. Kami biasa memanggilnya Genie.

Paman Joseph mengatakan bahwa Genie sudah sangat paham tentang pekerjaan sebagai seorang personal asisten dan itu akan sangat membantuku karena bisnis ini adalah hal baru bagiku.

Jadi aku setuju dan menunjuk Genie sebagai personal asisten ku, Dia sangat sopan di tempat kerja, namun di luar dari jam kerjanya, Genie sangat ingin tahu dan sungguh menyebalkan.

Setelah memutus panggilanku, aku pergi tidur. aku tertidur dengan nyenyak setelah beberapa hari.

Pagi datang dengan cepat, aku bangun pukul lima pagi. Ponselku berdering pagi-pagi sekali dari Genie dia mengatakan bahwa dia sudah membeli pakaian yang aku perintahkan dan saat ini dia sedang berada di luar villa ku. Aku bergegas turun dan pergi untuk mengambilnya

Aku melihat Nany sedang berada di dapur, Aku segera menyerahkan semua pakaian yang dibawa Genie kepada Nany. sementara aku pergi untuk berolahraga.

Aku melakukan workout selama dua jam, kemudian aku pergi ke kamarku untuk mandi dan mengeringkan rambut ku. Setelah itu aku berpakaian, aku memakai kemeja berwarna putih dan celana jeans berwarna biru.

Aku berjalan ke ruang makan untuk sarapan. Ketika aku keluar dari kamarku selama berjalan di koridor aku dapat melihat Anna yang berada di dekat meja makan. Aku berjalan perlahan dan berhenti sebentar untuk melihatnya.

Anna sedang menatap ke arah meja makan sambil berpikir dengan keras, Aku mendekat dan meremas railing tangga agar aku dapat melihat Anna dari sisi yang lain.

‘Apakah dia sedang menangis ? dia jelas sedang menghapus air matanya dan berusaha untuk mengendalikan air matanya agar tidak keluar. Apa mungkin dia mengkhawatirkan Ria atau ibunya atau mungkin ayahnya ?!’ benakku.

Aku mulai menuruni anak tangga satu persatu, lalu aku berjalan perlahan dari arah belakang tubuhnya sambil seolah memelototinya dan aku segera menarik kursi yang persis berada di hadapannya, kini kami duduk berhadapan.

Dia hanya menutup matanya sembari menggigit sandwichnya. Wajahnya terlihat sangat segar berwarna merah muda, dia terlihat sangat seksi mengenakan T-shirt itu. Rambut panjang dan lurusnya dibiarkan tergerai begitu saja, menutupi sebagian dadanya dan hembusan angin menggerakan rambutnya seperti lonceng.

Semua pemandangan ini seperti bergerak dengan gerakan lambat bagiku, sangat indah.

Lalu...

Tiba-tiba saja dia mengerang.

"Mmmmmmm…." erangnya.

Aku menelan saliva ku sambil terus menatapnya, tubuh bagian bawahku menjadi keras saat mendengar erangannya. aku membayangkan meletakkan tanganku di antara pangkal pahanya sambil menidurkan tubuhnya di atas meja makan. dia menikmati setiap permainan tanganku pada pangkal pahanya dan mengerang dengan cara yang sama ‘mmmmmmm’ dengan penuh kenikmatan.

Sambil membayangkan adegan itu, P***sku semakin membesar dan mengeras. Dia membuka matanya, tidak menyadari keberadaanku dia terus menggigit sandwich nya lagi.

‘Shit… Aku perlu mengubah ekspresiku yang saat ini sedang sangat bergairah menjadi wajah yang seolah terlihat canggung.’ pikirku.

Kini dia melihatku dan terkejut saat menyadari keberadaanku. Tiba-tiba saja dia mulai cegukan. sekali lagi dia mengambil satu gigitan lagi dan cegukan besar lainnya datang.

Aku tahu dia akan takut melihat ku yang datang tiba-tiba. aku tersenyum pada diriku sendiri dan aku bertindak seolah aku sedang memperingatkannya.

""Minumlah air, Sandwich mu tidak akan lari kemana-mana. Tidak ada yang akan merebutnya darimu. Minumlah !" ucapku dengan dingin.

Cegukannya segera berhenti dan dia tersenyum di dunianya sendiri.

"Apa yang membuatmu tertawa ?! Aku hanya menyuruhmu untuk minum air."

Dia kembali menatapku seolah aku ini adalah Drakula yang datang untuk menghisap habis seluruh darah di tubuhnya.

Aku bertindak seperti biasa. memakan dua buah sandwich dan segelas jus dengan cepat karena aku menyadari jika Anna merasa tidak nyaman dengan keberadaanku di sekitarnya. Sudah beberapa hari Anna tidak sarapan dengan benar jadi aku memakannya dengan cepat lalu pergi ke wastafel untuk mencuci tanganku.

Sebelum aku pergi aku berbicara dengan Nany.

"Pastikan... Anna untuk memakan empat sandwich agar tubuhnya tidak lemah.” Ucapku pada Nany.

Setelah itu aku pergi menuju ruang kerjaku. Namun aku berubah pikiran aku tidak ingin lagi pergi ke ruang kerjaku, Aku hanya ingin tetap tinggal di sekitar Anna dan menggodanya.

Aku tersenyum pada diriku sendiri, Aku melepaskan kancing bajuku dan kemudian menghubungi Genie personal asistenku untuk menanyakan jadwalku hari ini. Aku memerintahkan agar Genie mengurus semuanya sendiri.

Namun kemudian Genie memberitahuku bahwa ada beberapa file yang harus aku periksa dan tanda tangani.

Aku berpikir sejenak dan menyuruhnya datang ke villaku setelah semua pekerjaannya di kantor selesai.

Aku mengirim beberapa email ketika aku memeriksa laporan yang dikirim oleh Genie.

Namun tiba-tiba saja aku mendengar Anna menjerit.

Aku dengan terburu-buru menutup laptopku dan segera berjalan menuju kamar Anna.

‘Apa yang terjadi padanya ?!’ tanyaku dalam hati.

Saat aku sampai di kamar Anna, aku bisa mendengar percakapan mereka. Anna bertanya dan sedang meminta sesuatu.

Sesaat aku berpikir ada orang yang memasuki kamar Anna dan menyakitinya. Aku hendak membuka gagang pintu perlahan namun sebelum aku bisa membuka pintu, Pintu itu tiba-tiba terbuka dari dalam.

Wajah Anna ketakutan dan memerah seperti tomat, matanya berkaca-kaca. Dia tidak melihatku dan mencoba keluar dari kamar karena dan menabrakku.

Dia menatapku dan segera berlari ke belakang punggungku untuk bersembunyi sambil meremas kemeja bagian belakangku.

Aku menyadari Nany dan Dr. Mona ada di dalam kamar itu. wajah mereka terlihat cemas, mereka berdua bangkit berdiri.

“Anna !!” Ucap Nany dan Dr. Mona bersamaan.

Karena melihat kehadiranku, mereka segera berhenti.

“Apa yang sedang terjadi disini ?!” Tanyaku dengan mengangkat sebelah alisku.

Nany memandang Dr. Mona dan Dr. Mona langsung mengangkat suntikan yang ada di tangannya. Aku segera mengerti jika Anna takut untuk disuntik. Aku tersenyum pada diriku sendiri dan merasa lega bahwa Anna baik-baik saja.

Diam-diam aku menyuruh Nany dan Dr. Mona dengan tanganku untuk tetap di dalam kamar.

Aku menoleh sedikit ke belakang untuk melihat Anna.

Dia sedang memegang erat kemejaku, aku bisa merasakan payudaranya menyentuh punggungku. Dia menyembunyikan wajahnya seperti kucing.

‘Suatu hari gadis ini pasti bisa membuatku gila.’ pikirku dengan wajahku yang memerah.

Aku mengambil salah satu tanganku untuk menyentuh pinggangnya dan mundur satu langkah.

Aku mencengkram pinggangnya yang ramping dengan tangan yang sama dan aku mengambil dua langkah ke belakang. Kemudian aku mundur empat langkah dengan cepat, dia juga mengambil langkah bersamaku dengan asumsi bahwa aku akan melepaskan dirinya dari jarum suntik.

Kami berada beberapa langkah dari kamar sehingga tidak ada yang bisa mendengar dan melihat kami. Aku meraih tubuhnya dengan tanganku yang lain dan mendorongnya untuk berjalan di sampingku.

Satu tanganku yang berada di bagian belakang pinggangnya dan tangan lainnya memegang pergelangan tangannya, hanya ada jarak beberapa inci di antara kami, sekarang tubuh bagian depanku menyentuh ujung payudaranya.

Dia tidak menyadari apa yang sedang terjadi saat ini, dia membuka matanya, nafasnya langsung menyentuh dadaku. Dia menatapku sebentar, lalu dia menggigit bibir bawahnya untuk mengontrol emosinya.

Aku mendekati telinganya dengan sengaja aku menyentuh telinganya dengan bibirku seperti sebuah ciuman singkat.

"Menurutku kau sangat suka memelukku tanpa memakai bra." Bisikku.

Aku dapat merasakan tubuhnya gemetar merinding dan aku menyadari pipinya yang mulai merona. aku tersenyum pada diriku sendiri.

"Jika tidak, cobalah untuk cepat menyembuhkan lukamu dengan beberapa suntikan agar kau bisa memakai bramu lagi." Bisikku lagi

Aku menatap matanya perlahan dan mengedipkan sebelah mataku. matanya menatapku dengan marah, aku bisa merasakan nafasnya meningkat cepat karena amarah.

Sekali lagi hidung merah mudanya berubah menjadi memerah, dengan sedikit cibiran di wajahnya. dengan tangan yang lain, dia mencoba melepaskan cengkramanku dan aku membiarkannya pergi, dia segera berlari masuk ke dalam kamar.

Aku tersenyum sendiri dan berjalan perlahan ke sudut pintu. sementara itu Dr. Mona akan memberikan suntikan kepada Anna sambil Anna berpegangan pada tangan Nany dan menutup matanya.

Aku tersenyum sendiri lagi, betapa mudahnya aku menggodanya. Aku tidak menyadari bahwa Dr. Mona sedang memperhatikan senyumku dan dia berjalan mendekatiku.

Aku melihat Dr. Mona, Aku berpikir sendiri bahwa aku sudah tertangkap basah olehnya dan aku segera mengubah wajah ku menjadi normal.

Dr. Mona berbalik ke sisi Anna sementara Nany sedang mengusap bekas suntikan Anna dengan kapas alkohol sementara Anna masih memejamkan matanya.

Dr. Mona : “Anna, Apakah kau sudah mengambil gelang mutiaramu dari Nany ? Aku menyerahkan padanya.”

Tiba-tiba aku merasa seperti ada batu yang menimpa kepalaku setelah mendengar Dr. Mona berbicara tentang gelang mutiara.

‘Dia hanya sedang menggodaku… aku paham.’ Benakku.

Mark : “Dr. Mona, lebih baik kau pergi sekarang, jika kau sudah selesai dengan Anna.”

Dr. Mona : “Ya… aku sudah selesai, sekarang aku perlu memeriksa lukamu.”

Dr. Mona memegang telapak tanganku dan memalingkan wajahnya padaku sambil mengangkat ujung bibirnya. di wajahnya.

Dr. Mona : “Tuan Romeo.”

Mark : “Benarkah ?! Kalau begitu mari.”

Aku menarik tangan Dr. Mona untuk segera keluar dari kamar Anna. Dr. Mona, dia membuatku merasa malu, tapi aku merasa bahagia memikirkan Anna, bagaimana dia tiba-tiba pergi keluar kamarnya hanya karena takut pada jarum suntik.

( Please do support this story… Thank you so much my Dear Readers. )

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel