Chapter 12
Sudut pandang Anna...
Setelah aku membuka pintu... tiba-tiba saja aku menabrak tubuh Mark. ini bukan salahku, dia tiba-tiba saja muncul dihadapanku tubuhnya berdiri tegak seperti pilar. Tanpa berfikir panjang aku segera menyembunyikan diriku di balik tubuh besar Mark.
Aku bisa mendengar suara detak jantungku, Aku sangat gugup melihat jarum suntik. Well dari dulu aku memang fobia dengan jarum suntik. Aku menutup mataku dengan rapat entah kenapa, tapi aku merasa aman saat menyentuh Mark. Aura kuat seolah dia dapat melindungi aku dari sesuatu yang berbahaya.
Aku seperti tidak ingin meninggalkan dia. Dalam beberapa detik, aku bisa merasakan tangannya di pinggangku selanjutnya, dia memegang erat pinggangku, sangat erat. Sedikit sakit, Tiba-tiba tangan besarnya mencengkeram pinggangku.
Dalam waktu sepersekian detik dia mendorong dan memojokkan tubuhku ke dinding dan meletakkan salah satu tangannya di pinggangku dan dengan tangannya yang lain dia menangkap pergelangan tanganku.
Aku sangat terkejut dengan tindakannya. Tak lama dia membungkuk ke arahku dan menatap bibirku. Aku sangat gugup, dengan reflek aku menggigit bibir bawahku karena merasa tertekan.
Perlahan dia mendekatkan bibirnya di dekat telingaku dan menyentuh telingaku dengan bibirnya.
‘Apa dia ingin menciumku.’ pikirku sejenak.
Tubuhku merinding, tanganku menjadi basah.
Perlahan dia berbisik di telingaku.
"Menurutku kau sangat suka memelukku tanpa memakai bra." Bisik Mark yang menempelkan bibirnya di telingaku.
Tentu saja aku sangat terkejut.
‘Apa yang dia bicarakan ?! apa maksud dari perkataannya ?! sebenarnya apa yang dia pikirkan tentang ku ?! apakah dia berpikir bahwa aku adalah gadis tanpa karakter atau apa dia pikir aku adalah gadis dengan karakter murahan yang telah ditemukan olehnya ?’ pikirku dengan ekspresi kesal dan marah di wajahku.
Di sela-sela pikiranku, dia berbisik lagi.
"Jika tidak, cobalah untuk cepat menyembuhkan lukamu dengan beberapa suntikan agar kau bisa memakai bramu lagi." Bisiknya lagi, aku bisa merasakan nafasnya menyapu telinga dan leherku.
Kemudian dia melihat lurus tepat di mataku dan mengedipkan sebelah matanya.
‘Ini sungguh telah merendahkan harga diriku, apa yang sebenarnya dia pikirkan tentangku ?!’ pikirku dengan sedih.
Aku mencoba untuk mengendalikan air mataku, karena aku tidak ingin menangis di hadapannya.
Dengan tangan yang lain, aku mendorong tubuhnya dengan kuat dan pergi masuk ke kamar. Segera Dr. Mona dan Nany menghampiriku, akhirnya aku bersedia untuk menerima suntikan dari Dr. Mona. sambil memegang erat tangan Nany dan menutup mataku.
Aku masih terus teringat ucapan Mark barusan. Aku tidak memperdulikan tentang jarum suntiknya lagi, saat ini yang aku pedulikan adalah kata-kata Mark. kata-katanya lebih tajam dari sekedar jarum suntik, kata-katanya menusuk langsung ke hatiku.
Aku memang merasa aman saat menyentuhnya, tapi dia justru membuat ku seperti karakter gadis murahan.
Air mata jatuh dipipiku, aku tidak membuka mata ku.
Aku menangis, aku tidak melepaskan genggaman tangan Nany. Kemudian aku mendengar ucapan Dr. Mona tentang gelang permataku.
Yeah, itu adalah gelang kesayanganku. Gelang itu adalah hadiah dari Ria, kala itu Ria berkata jika gelang itu adalah jimat keberuntungan untukku. Tapi kurasa Ria salah, gelang itu sama sekali tidak membawa keberuntungan bagi ku, aku kehilangan semua orang dalam hidupku, Ironis.
Lalu aku mendengar Mona keluar dari kamar, tapi aku masih tidak bisa menahan air mataku aku memeluk Nany yang sedang duduk di tempat tidur dan mulai menangis lagi.
Nany mengusap-usap punggungku mencoba untuk menghiburku. Nany mungkin berpikir aku menangis karena jarum suntik, dia tidak tahu dan tidak bisa mengerti rasa sakit hatiku.
Aku melepaskan pelukanku pada Nany dan aku berkata padanya tidak papa untuk meninggalkanku sendiri.
"semuanya akan baik-baik saja, Anna. istirahatlah." Ucap Nany sambil menepuk dahiku dan Nany pun pergi meninggalkan kamarku.
Aku menjatuhkan tubuhku di tempat tidur, aku berbalik ke satu sisi dan melipat kakiku sampai tubuhku berposisi tengkurap, kedua tanganku menutup wajahku dan mulai menangis lagi hingga terisak-isak.
Aku tidak tahu kapan aku tertidur, aku tertidur namun aku bisa mendengar suara.
Itu Nany. aku membuka kedua mata ku yang membengkak. Nany meletakkan tangannya di pipiku dan memintaku untuk datang makan siang.
Anna : “Maaf Nany, tapi aku tidak merasa lapar sama sekali.”
Nany : “Kau tidak boleh melewatkan makan siangmu, makan setidaknya sedikit atau haruskah aku membawakannya kesini ?”
Anna : “Tidak Nany, Terima kasih. Tapi aku sungguh tidak merasa lapar. Aku masih merasa ngantuk. Aku akan makan saat aku bangun nanti, Hmmm ?!”
Nany : “Baiklah kalau begitu.”
Nany pun pergi, dan aku tidur lagi. Aku merasa kesepian sendirian di dunia ini. Beberapa hari ini Mark memang mengurusku, tapi aku tahu semua itu dia lakukan hanya karena aku adalah satu-satunya saksi yang dia ketahui tentang kematian Ria.
Aku pasti akan mengungkapkan dengan jelas tentang kasus kematian Ria, Aku harus mencari tahu dimana ayah tiriku dan jika bisa aku ingin melihat jenazah ibuku untuk yang terakhir kalinya.
Aku ingin mengucapkan salam perpisahan padanya dan menyentuhnya sekali saja.
‘Kesalahan apa yang telah aku lakukan ?! Kenapa ini semua terjadi padaku ?!’ benakku sambil menangis.
Aku tertidur lagi dan terbangun sekitar jam empat sore, kepalaku terasa sakit, mungkin karena aku banyak menangis.
Aku bangkit dari tempat tidurku dan pergi ke kamar kecil. Setelah itu aku membuka jendela besar yang ada di kamar, aku melihat sebuah taman yang indah di villa ini dengan kolam kecil.
Aku suka tanaman hijau, Jika bisa aku ingin pergi kesana sambil meminum segelas kopi, itu akan membantu menghilangkan sakit di kepalaku. aku menyisir rambutku dan memakai sandalku lalu aku keluar dari kamar.
“Aku harap aku tidak berpapasan dengan Mark, aku sungguh tidak ingin melihat Mark saat ini.” Gumamku sambil mengendap-endap.
Aku berhasil mencapai tangga, aku dapat melihat pemandangan ruang makan dari atas tempatku berdiri saat ini. Ada Mark yang sedang duduk di kursi makan tempat aku duduki di pagi hari tadi saat sarapan.
Aku bisa melihat punggungnya, ada seorang gadis sedang duduk disana menghadap ke arahku dan satu tangannya sedang memegang Mark dan dengan tangan yang lainnya, gadis itu sedang membawa beberapa kertas file.
Gadis itu memakai rok kerja pendek yang memperlihatkan kakinya, blus yang gadis itu gunakan berpotongan rendah memperlihatkan belahan dadanya dengan jelas. Gadis itu chubby dan sedikit aga gemuk.
Gadis itu menyipitkan matanya ketika aku menuruni tangga. Aku melihatnya dan bersikap seolah aku mengabaikannya. aku merasa tidak nyaman saat dia menatapku. Gadis itu segera membungkuk ke arah Mark, dengan jelas menunjukkan belahan dadanya dan berbicara dengan Mark dengan menunjukkan kertas file di tangannya.
Saya hanya bertingkah seolah aku mengabaikan mereka berdua. Ketika aku berjalan melewati mereka, aku mendengar, dia berkata sesuatu kepada Mark.
"Mengapa kau mengatakan untuk membawa kaos dengan ukuran ku ?! Dia sangat kurus dan ukuran dadanya tidak sama dengan ukuran dadaku Chhhh... " Ucap gadis itu pada Mark.
Mark : “Apa ?”
Mark membalikkan tubuhnya dan kini Mark menatapku yang sedang berjalan melewati mereka berdua.
Aku mengabaikannya begitu saja dan berjalan menuju ke dapur. Aku meminta izin pada Nany untuk membuka kulkas di dalamnya aku menemukan susu kemudian aku juga mengambil kopi bubuk di lemari dapur yang berada di atas dengan bantuan kursi kecil aku dapat mengambil kaleng bubuk kopi. aku membuat kopi susu kental yang panas.
Aku bisa mendengar suara mereka, tapi aku tidak mengerti mereka dengan jelas apa yang sedang mereka bicarakan. Aku bertingkah seperti tidak ada orang lain di sana.
Aku mengambil cangkir kopi panasku dan pergi ke taman. sambil duduk di rerumputan dekat kolam, aku menyesap kopi susu buatanku dua teguk. Sekali lagi air mata mengalir di pipiku.
“Tetap kuat Anna... tetap kuat… semua akan berakhir dan semua akan baik-baik saja.” Ucapku pada diriku sendiri sambil menghapus air mataku dan menyesap kopi seteguk demi seteguk.
‘Kenapa gadis itu dengan sengaja berbicara seperti itu tentang fisikku ?! apa mungkin itu rencana Mark untuk menghinaku ?!’ Pikirku.
Sudah 30 menit aku duduk di taman dan aku sudah merasa lebih baik sekarang. aku hanya ingin duduk di sini untuk beberapa saat lagi.
Aku menekuk kaki di dekat dadaku, berlutut, agar aku bisa melihat kolam dengan lebih baik dan juga aku bisa rileks sebentar.
"Apakah kau terluka ?" ucap sebuah suara yang akrab di telingaku.
Suara itu terdengar sangat dekat di sampingku.
Tiba-tiba saja aku terkejut dan menolehkan wajahku ke arah sumber suara yang akrab itu.
‘Itu Mark !!’ pekik ku dalam hati.
Aku menatapnya, secara tidak terduga dia duduk di sampingku dan tidak menatapku, dia sedang menatap langsung ke arah taman.
Aku menoleh lagi dan terus berlutut sambil memperhatikan kolam.
‘Kenapa dia ada disini ?! apa dia ingin menghinaku lagi ?!’ benakku.