Chapter 3
Mark : Halo...
Anna : Mark, ini aku, Anna...
(Aku tidak bisa menahan air mataku tapi aku tetap mencoba untuk mengontrolnya saat sedang berbicara dengannya.)
Mark : "Sudah kukatakan jangan berani kau menyebut namaku.
Anna : "Aku sungguh sangat menyesal, Tuan. ka… kayak tiriku menyerang Ria.
( Aku tergagap sambil menangis )
“Bersama dengan tiga orang temannya yang lain dan aku mengenal mereka semua, aku akan membantumu menemukan mereka.”
Mark : "Aku tahu itu dan seluruh keluargamu harus membayar untuk ini, Anna... "
( dia berteriak dengan lebih marah.)
Anna : "Pak, tolong dengarkan aku, John masih berada di rumahku, dan ada kemungkinan dia akan melarikan diri. dia mencoba membunuhku tapi ibuku menyelamatkanku dengan mengorbankan nyawanya. Ibuku mati di tangan John."
( Aku menangis tersedu-sedu...)
Mark : “Dimana kau sekarang ? Apakah kau sedang mencoba untuk melarikan diri dariku ? Akan aku bunuh jika aku sampai menemukanmu.”
Anna : "Tidak, Aku melarikan diri dari kakak tiriku John, dengan bantuan ayahku dan saat ini aku sedang berada di jalan yang sama di area sekitar rumahmu ..."
( Sementara itu, sekelompok enam orang pecandu alkohol remaja sedang berusaha mendekatiku dan salah satu dari mereka duduk di sampingku dan mulai menyentuh pahaku. Aku meletakkan ponselku di samping dan memperingatkan mereka sambil menunjuk jari telunjukku pada mereka...)
"Siapa kau ? Jangan berani kau menyentuhku…”
Pecandu : "Kita mendapatkan gadis seksi dan cantik, kenapa kita hanya menyentuh pahamu saja, maka kita juga akan menyentuh dadamu..."
Seketika aku berdiri untuk melarikan diri dari mereka tapi salah satu dari mereka menangkap pergelangan tanganku berusaha untuk menahanku. Aku segera menamparnya dan berlari ke arah jalanan lalu mereka mulai mengejarku...
Aku berlari sekuat tenaga dan saat ini hampir pukul 12.30 tengah malam dan aku juga tidak tahu kemana arah aku harus berlari saat ini.
Aku hanya berlari untuk melarikan diri dari mereka, tiba-tiba lampu jalanan mati dan jalanan berubah menjadi sangat gelap...
Aku sangat takut dengan kegelapan.
Aku teringat mimpi buruk yang aku alami sehari sebelumnya, aku berlari ke jalanan dan pada saat yang sama lampu jalanan tiba-tiba saja mati...
Aku mulai berhenti berlari dan berdiri diam seperti patung, aku takut untuk maju lagi dengan melihat kegelapan yang ada di hadapanku...
Aku dapat mendengar mereka mulai mendekatiku, sangat dekat denganku dan mereka mulai datang ke dekatku...
Tidak Tuhan pasti akan datang untuk menyelamatkan aku...
Mata ku berlinang air mata dan salah satu anggota pecandu itu mulai menyentuh bahuku dari arah belakang.
Tiba-tiba sebuah mobil berhenti beberapa inci di depanku dan aku tidak tahu mobil siapa itu. Seseorang keluar dari dalam mobil dan dia berjalan ke arahku...
Tangan yang berada di pundakku meninggalkanku, dan aku bisa mendengar langkah kaki mereka yang bergerak mundur. Aku tidak bisa melihat laki-laki itu dengan jelas karena mataku sudah dipenuhi dengan air mata...
Di jalanan yang suram ini, aku hanya dapat melihat lampu bagian depan mobil...
Aku ketakutan dan tidak tahu apa yang akan terjadi di dalam hidupku...
Tiba-tiba aku terjatuh di depan lampu mobil di jalanan dengan kedua tangan masih di wajahku, aku menangis tersedu-sedu tanpa henti...
Aku dapat mendengar perkelahian terjadi selama beberapa menit, lalu aku mendengar suara sirine kendaraan polisi.
Aku mulai merasa aman, seseorang telah menyelamatkan aku, dan aku tidak tahu siapa dia.
Aku tidak berani mengangkat wajahku untuk melihat siapa dia, tapi aku bisa merasakan ada tangan menyentuh pundakku yang seketika menggetarkan tubuhku. Aku merasakan perasaan yang sama ketika Mark menyentuh pergelangan tanganku pada hari itu, entah bagaimana aku merasa sangat aman.
Saya merasakan perasaan aman...
Setelah beberapa detik, pria tak dikenal yang menyentuh pundakku dengan sangat lembut memanggil namaku.
"Anna, Kau sudah aman sekarang.”
Aku sangat kaget begitu mendengar suaranya dan segera menjernihkan mataku sambil mengangkat wajahku untuk melihatnya.
Itu MARK... !!!
Aku terisak-isak dan segera berdiri lalu memeluknya erat-erat dan mulai menangis lagi.
Sudut pandang Mark.
Aku Mark, dan aku berumur 25 tahun...
Seperti biasa, aktivitasku dimulai dengan bangun pukul 5:30 pagi kemudian workout lalu menyegarkan diriku. Setelah itu aku akan pergi ke ruang makan untuk sarapan pagi...
Selagi aku menyantap sarapanku, aku bertanya pada Nany tentang adikku ( Ria ) apakah dia sudah sarapan atau belum ? Nanny mengatakan belum, dia memberitahuku bahwa adikku Ria tidak keluar dari kamarnya sejak kemarin malam, dia juga tidak memakan makan malamnya...
Mark : "Apakah semuanya baik-baik saja ?"
Nany : “Aku sudah mengetuk pintu kamarnya sebanyak empat kali, tapi Nona Ria tidak menjawab sama sekali, dia juga tidak membuka pintu kamarnya…”
Mark : "Baiklah, aku akan memeriksanya."
kataku pada Nany dan pergi menuju kamar Ria lalu mengetuk pintu kamarnya, dia tidak membukanya.
Aku memanggil namanya, Ria tidak merespon sama sekali persis seperti yang dikatakan Nany. aku menghubungi Asisten Pribadiku dan memintanya untuk membatalkan semua janji ku dan juga membatalkan semua jadwal ku pada hari itu.
Aku mulai merasakan ada sesuatu yang salah padanya dan tidak pernah di dalam hidupku Ria tidak berperilaku seperti biasanya...
Sekarang, sudah sekitar pukul 10.30 pagi, dan aku masih menunggu Ria untuk membuka pintu kamarnya, tapi dia tidak juga membukanya.
Aku sangat khawatir tentang ini, dan bagaimana jika sesuatu terjadi pada Ria ?
Sesaat ketika aku mendapatkan firasat itu, aku segera memutuskan untuk mendobrak pintu kamar Ria, dan aku berhasil mendobraknya setelah beberapa tendangan. pintu pun terbuka karena sistem kuncinya telah rusak, tanpa berpikir panjang aku segera masuk untuk memeriksa adik perempuanku.
Aku sangat terkejut ketika melihat adik perempuanku dengan luka bunuh diri di pergelangan tangannya, Ria duduk di sudut ruangan sambil bersandar pada dinding tak sadarkan diri, lantai sudah di penuhi dengan genangan darah segar...
Aku sangat teramat terkejut dan tidak mengerti sama sekali apa telah terjadi pada adikku Ria...
“Benarkah apa yang aku lihat ini...?!”
Nanny masuk ke dalam kamar Ria, dia seketika berteriak histeris dan mulai menangis begitu dia melihat keadaan Ria, Kami segera memanggil ambulans.
Namun itu semua sudah terlambat…
Mereka mengatakan kepadaku bahwa Ria sudah meninggal berjam-jam sejak nafas terakhirnya...
Aku terkejut dengan kejadian itu dan aku mengalami trauma, memikirkan tentang kematian mendadak adikku satu-satunya.
“Mengapa dia bunuh diri ?”
Sejauh yang aku tahu, Ria gadis yang sangat kuat, dan dia bukan tipe gadis yang akan bunuh diri bagaimanapun keadaannya, tapi kenapa dia melakukan ini ?
Aku bahkan tidak bisa menangis, pikiran ku terhalang, aku tidak dapat mencerna kematiannya, aku terus memikirkan tentang apa yang mungkin menjadi alasan di balik kematiannya.
Setelah dua hari kematiannya, aku mendapatkan laporan postmortem yang dengan sangat jelas menyatakan bahwa ada tanda-tanda penyerangan, mengarah pada pemerkosaan bergilir.
Aku segera menemui Nany dan menanyakan jadwal Ria pada hari Minggu. Nany berkata bahwa dia mendapat aplikasi untuk masuk ke Universitas, dan dia sangat senang karena dia dan temannya Anna diterima di Universitas yang sama, kemudian Ria pergi menemui Anna malam itu untuk membuat kejutan.
Setelah mendengarkan Nany, aku segera pergi ke kamar Ria dan duduk di tempat tidurnya sambil berteriak histeris.
"Riaaaaa... Tolong kembalilah… Jangan tinggalkan kakakmu ini sendirian... Kumohon, Ria."
Teriakku keras, dan aku menangis dengan tersedu-sedu. Aku tidak keluar dari kamar Ria selama berhari-hari.
“Kenapa Ria meninggalkan aku sendirian ?”
Orang tua kami meninggal dalam kecelakaan mobil dan meninggalkan kami berdua. Akhirnya Aku dan Ria dapat mengatasi situasi ini perlahan lahan...
Sudah dua tahun sejak tragedi orang tua kami terjadi. Selama enam bulan terakhir, aku disibukkan dengan pekerjaan bisnisku, dan aku tidak memiliki banyak waktu untuk kuhabiskan dengan Ria karena kesibukan pekerjaan ini sungguh menuntut hari-hariku.
Aku mendapatkan kilasan dari adik perempuanku lagi dan mulai menangis. Pada malam harinya, aku menemukan sebuah amplop di dalam tasnya yang berada di dalam lemari pakaian, dan itu adalah surat penerimaan kuliahnya...
Di dalam amplop itu, aku menemukan surat lain yang ditulis dengan tulisan tangan Ria sendiri untuk sahabat dekatnya Anna.
Setelah aku membaca surat itu, darah didalam tubuhku mendidih, dan aku ingin membunuh seluruh keluarga Anna atas kehilangan adik perempuanku satu-satunya.
Aku menghubungi Anna keesokan harinya keesokan paginya dan memintanya untuk datang ke rumahku, tetapi ketika aku melihatnya di kamar Ria dan sedang mencoba untuk menyentuh foto adik perempuanku yang berada di samping tempat tidur, aku tidak dapat mengendalikan diriku, Aku segera berlari ke arahnya dan menggapainya dengan menjambak rambutnya.
Aku pernah melihat dia sebelumnya, tapi tidak sedekat ini...
Dengan salah satu tangannya, Anna memegang tanganku dan memohon untuk melepaskan rambutnya, dan dengan tangannya yang lain, dia mencoba untuk mendorong tubuhku menjauh...
Aku segera menggenggam erat pergelangan tangannya dengan tanganku yang lain. Aku mencengkram pergelangan tangannya dengan sangat erat, dan ada sesuatu yang menusuk ke dalam kulit kami berdua. aku melihat ada darah di pergelangan tangannya... tiba-tiba aku mendapat ingatan tangan Ria, yang dibanjiri oleh darah, dan aku tidak bisa menahan amarahku lagi lalu berteriak padanya.
Aku tidak peduli seberapa sakitnya dia, tapi aku merasakan sesuatu yang aneh ketika aku melihat manik matanya…
Matanya sudah dipenuhi dengan air mata, dan wajahnya berubah menjadi merah, dan dadanya hampir dekat dengan tubuhku. Dia menangis dan memohon padaku untuk meninggalkannya sendirian, jadi aku meninggalkannya dan memberinya waktu satu hari, dia segera pergi sambil menangis.
Pada hari yang sama, di malam harinya, sekitar pukul 11.40 malam. Aku mendapat panggilan telepon dari Anna, dan aku segera berteriak memperingatkan dia untuk tidak mencoba melarikan diri dariku.
Di tengah percakapan kami, aku dapat mendengar bahwa dia memberikan peringatan kepada beberapa pria lain di ujung teleponnya. Aku masih mendengarkannya dan memahami percakapan mereka. Aku dengan sangat jelas mendengar percakapan sekelompok orang bahwa mereka ingin menyentuh dadanya…
Seketika darahku mendidih karena mendengarkan ejekan mereka dan aku mendengar teriakan Anna, selanjutnya aku tidak mendengar apa-apa lagi, mungkin dia meninggalkan panggilan telepon itu dan sedang mencoba untuk melarikan diri dari mereka.
Aku segera mengerti bahwa dia sedang dalam bahaya. Untungnya, aku sempat bertanya di mana dia berada, dan aku ingat dia mengatakan jika dia sedang berada di daerah yang sama di dekat vila tempat tinggalku.
Aku segera menghubungi polisi, sambil bergegas menyalakan mobilku untuk menemukan Anna secepat mungkin.
Aku sampai di tempat yang mungkin Anna berada dan segera keluar dari dalam mobilku, aku memeriksa di setiap jalan, tetapi aku tidak bisa menemukannya.
Aku mencoba menghubungi Anna lagi, dan sunyinya malam itu membuatku bisa mendengar dengan samar bunyi sebuah telepon berdering di dekat taman...
Aku segera kembali masuk ke dalam mobilku sambil terus memegang ponselku dan mulai mencari sumber suara di setiap sudut jalan terdekat.
Setelah beberapa menit, aku memasuki jalan yang suram dan gelap. Aku mulai memperlambat kecepatan mobilku untuk memeriksanya.
Tiba-tiba aku melihat Anna di tengah jalan...
Aku menginjak rem mobilku dengan tiba-tiba, aku berhasil menghentikan mobilku beberapa inci di depannya, dan Anna tetap diam tidak bergerak seperti patung yang membeku, seolah-olah dia ingin menyerahkan nyawanya.
Aku dapat melihat noda darah di bajunya, terutama di sisi kiri bagian dadanya, dan di bagian lehernya masih mengeluarkan darah segar...
Tangannya menggigil gemetar, wajah cantiknya memerah, penuh air mata. Dia masih menatap lampu mobilku bagian depan dan tidak memperhatikan kedatanganku.
Sementara itu, aku melihat seseorang meletakkan tangannya di bahu Anna, dan dia mulai menangis seperti bayi... Aku tidak dapat mengendalikan emosi ku terhadapnya dengan melihat kondisinya yang seperti ini. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku.
Aku tidak tahu mengapa aku seperti pria posesif dan marah ketika melihat seseorang menyentuhnya...
Aku segera keluar dari mobilku, Aku mengejar mereka dan memukul mereka sampai hampir mati, kemampuan bela diriku dapat membantuku melawan mereka semua.
Polisi sampai di tempat kejadian, dan mereka mengurus para remaja tersebut, dan aku melaporkan mereka semua.
Aku berbalik untuk memeriksa keadaan Anna. Dia tersungkur di jalan di depan lampu mobil sambil menangis dengan menangkupkan kedua tangan di wajahnya yang sangat cantik. Dia menangis tersedu-sedu. Tubuhnya penuh dengan keringat...
Ketika aku menatapnya dari belakang, aku bisa melihat garis bra di bagian belakang kemeja putihnya. Kemejanya robek di sisi kiri dada dan dipenuhi dengan lumuran darah...
Aku mendekatinya dan menepuk bahunya sambil berkata.
“semuanya akan baik-baik saja…”
Apakah itu aku, apa aku mengatakan kata-kata itu. Aku bilang dia sudah aman ?
Dia mengangkat wajahnya dan menatapku dengan mata berkaca-kaca. Sekali lagi, aku merasakan perasaan aneh yang sama ketika aku melihat manik matanya, sesuatu terjadi dalam hatiku...
Aku tidak ingin kehilangan dia, dan aku tidak ingin menyakitinya lagi. Aku merasa dia milikku mulai sekarang.
Sesaat dia melihatku, dia mulai mengenaliku. Dia mengeja namaku dengan rasa sakit dan perasaan yang aman.
"Mark…”
Dia segera berdiri dan memeluk tubuhku dengan sangat erat... Aku terkejut dengan reaksinya, aku mengerti bahwa dia takut dengan kejadian yang baru saja terjadi.
Dia memelukku dengan sangat erat, Sampai tidak ada ruang untuk masuk di antara tubuh kami. Aku hanya memeluknya dengan salah satu tanganku sambil menepuk-nepuk punggungnya mencoba untuk menghiburnya dan berkata.
"Tidak apa-apa, sekarang.”
Aku bisa merasakan garis bra-nya ketika aku menyentuh punggungnya.
Lalu aku mulai membayangkan bagaimana payudaranya merapat ke dadaku saat dia memeluk tubuhku dengan erat.
Itu mulai membangkitkan sesuatu di tubuhku, pelukannya membangkitkanku. tetapi aku harus mengendalikan diriku saat ini...
Dia menangis tersedu-sedu...