Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 15

Sudut pandang Anna...

Aku tidak tahu kenapa setelah Mark bertanya apakah aku terluka, aku ingin sekali rasanya berbagi ingatan buruk ku yang telah membuat ku takut sekali dengan jarum suntik. Setelah terdiam beberapa menit aku mulai memecah kesunyian di antara kami. Aku memperhatikan kolam dan mulai bercerita

Anna : “Ketika aku berumur lima tahun, Ayahku yang adalah seorang jenderal di Angkatan Darat meninggalkan kami, aku sama sekali tidak memiliki ingatan tentang ayahku. Kemudian ibu mengambil seluruh tanggung jawab untuk membesarkanku seorang diri. Kami tidak punya cukup uang bahkan untuk makan, kami sangat kesulitan. namun ibuku tidak pernah memberitahuku tentang semua itu. Tapi aku tahu dia tertidur dengan perut kosong karena ibu tidak makan berhari-hari.“

Aku menangis terisak dengan air mata mengalir di pipiku aku masih menatap kolam.

Anna : “Kemudian ibu ikut dengan ku hidup di asrama ketika aku berusia enam tahun. Saat itu berada di kelas pertama. Lalu suatu hari aku ditinggal sendirian di asrama, aku tidak tahu kenapa ibu meninggalkanku, aku pikir dia akan pulang saat malam hari dan akan membawaku bersamanya. namun sudah 2 hari dia tidak datang.”

Air mata semakin deras menetes di pipiku.

Anna : “Lalu pada hari ketiga saat malam, setelah aku tertidur, sebuah tangan membuatku terbangun dari tidurku. aku tidak bisa mengenali tangan siapa yang menyentuhku karena saat itu keadaan kamarku cukup gelap dan juga tidak ada cahaya di aula itu. Ada sekitar sebelas anak lain yang sedang tertidur di kamar itu bersama ku. Lalu dia… dia…”

Aku mulai terbata-bata sambil menangis tersedu-sedu. tiba-tiba aku merasakan tangan Mark di bahuku yang sedang mencoba untuk menghibur dan menenangkanku. aku merasa sangat aman, aku tidak tahu kenapa... walaupun dia menyakitiku dengan kata-katanya, namun entah aku merasa aman dengan kehadirannya.

Aku menarik nafas panjang, dan sekarang aku merasa memiliki sedikit kekuatan untuk melanjutkan ceritaku lagi.

Anna : “Dia membuatku duduk di pangkuannya. Saat itu aku mengenakan baju tidur dengan celana dan kemeja itu adalah semacam seragam tidur dari asramaku. dia menutup mulutku dengan salah satu tangannya dan dengan tangannya yang lain, dia menyentuh bagian pahaku, dia membuatku bergerak maju dan mundur. Di… dia memindahkanku ke dekat P***snya. Ruangan itu gelap, aku tidak tahu apa yang terjadi, apa yang dia lakukan. Setelah sepuluh menit bergerak dia seperti menusukku dengan jarum, aku sangat takut dan kaget ketika aku merasakan jarum menusukku. Dia tertawa perlahan dan melepaskan cairan lengket aku bisa merasakan basah di celanaku. Dia meninggalkanku di sana dan mengancamku untuk tidak mengatakan kepada siapa pun jika tidak dia akan membunuh ibuku. Dia juga mengatakan dia yang membunuh ayahku !! Aku sangat takut kalau dia juga akan membunuh ibuku, dan aku melakukan apapun yang dia katakan.”

Anna : “Selama 12 hari berikutnya...

Aku menangis tersedu-sedu, aku tidak bisa menahan air mataku.

Anna : “Dia memanfaatkan aku, dia akan datang pada tengah malam membangunkanku dan menahanku di pangkuannya sambil dia menggerakan tubuhku ke depan dan ke belakang. Di tengah, dia senang menusukku dengan jarum, celana dalamku basah. Akhirnya aku mengetahui bahwa dia adalah penjaga asramaku, usianya sekitar tiga puluh tahun. Setelah dia pergi, aku berganti celana dan berdoa kepada Tuhan agar dia tidak membunuh ibuku. Setelah 2 minggu, ibuku akhirnya datang mengunjungiku, dia membeli coklat, kue dll. Tapi ketika dia melihatku, dia menyadari lingkaran hitam di sekitar mataku. Aku tahu dia akan menanyakan sesuatu padaku, aku memeluknya dan menangis dan dia bilang bahwa dia akan berkunjung setiap hari Minggu. Kemudian dia mengamati ada gigitan jarum di tanganku dia bertanya padaku apa yang terjadi, aku mencoba menyembunyikannya karena Jika aku mengatakan sesuatu padanya, dia akan membunuh ibuku. Kemudian ibuku membawaku mendekat dan memintaku menceritakan semuanya kemudian aku menceritakan pada ibuku semua yang terjadi, ibu memelukku dan menangis. Saat itu aku tidak tahu kenapa dia menangis namun ketika aku mulai dewasa, aku akhirnya mengerti bahwa semua yang aku alami adalah sebuah pelecehan anak.

Aku menangis tersedu-sedu dengan air mata membasahi wajahku, Mark menepuk-nepuk punggungku.

Anna : “Sejak hari itu aku sangat takut akan kegelapan, dan sangat takut jarum.”

Ucapku sambil terus menangis.

Anna : “Ibuku memindahkan sekolahku, aku di pindahkan ke sekolah khusus perempuan semua yang bersekolah ataupun memilih tinggal di asrama akan diawasi oleh seorang wanita. Setelah satu bulan ibu bergabung denganku di asrama sekolah. Malam pertama di asrama aku sangat ketakutan, sangat gelap di kamar aku duduk di pojok tempat tidur dan mulai menangis. ada empat anak perempuan di kamarku seorang anak perempuan pergi dan menyalakan lampu belajar dan saat lampu dinyalakan aku mulai merasa aman. Anak itu duduk di sampingku dan memegang tanganku sambil berkata ‘Jangan takut aku akan bersamamu’ Aku sangat lega saat aku memeluknya, lalu dia mengatakan padaku bahwa dia berada dikelas yang sama denganku. Aku menanyakan namanya, namanya adalah Ria.”

Aku menangis tersedu-sedu lebih dalam lagi, tangisanku semakin keras, Mark semakin mendekatiku dan dengan tangannya, dia menarikku ke dalam dadanya dan mengusap-usap punggungku. Aku memegang bajunya dengan salah satu tanganku dan menyembunyikan wajahku di dadanya dan aku menangis sepuasku.

Anna : “Ria adalah teman pertama bagiku, dia bilang dia akan menjagaku lalu kenapa sekarang dia pergi meninggalkanku sendirian di dunia yang sudah banyak mengecewakanku ?! kenapa dia meninggalkanku dan membiarkan aku melalui mimpi buruk ini. Oh Ria sahabatku aku sangat rindu padamu !!! Aku ingin ikut bersamamu !!”

Aku meremas dan membasahi baju Mark.

Sudut pandang Mark...

Air mata mengalir dari mataku setelah aku mendengarkan semua cerita Anna. Aku menariknya ke dalam dadaku, dia memegang bajuku dan menyembunyikan wajahnya sambil menangis aku mengeratkan pelukanku agar dia merasa aman berada didekatku.

Aku mengangkat wajahnya dengan tangan kiriku dia memejamkan matanya, wajahnya sudah basah oleh air mata, wajahnya menjadi memerah dan matanya semakin membengkak. Aku mengangkat kepalanya sedikit lagi, mendekatkan wajahku ke dekat wajahnya dan... mencium keningnya.

Dia membuka matanya dan aku menatap tepat di manik matanya.

Mark : “Kau akan aman bersamaku, aku akan selalu bersamamu !! jangan takut."

Air mataku menetes di pipiku.

( Please do support this story with your precious stars my dear readers… thank you and i love u )

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel