Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Joan Part 4

Tak ingin membuang waktu, aku dan Angie mencari informasi tentang Alex di buku biodata siswa. Angie memang membawanya untuk berjaga-jaga. Berkat buku itu, kami mengetahui bahwa Joan dan Angie memang terdaftar pernah menuntut ilmu di Grandes High School sekitar delapan tahun lalu. Kami menemukan nomor telepon rumah Alex. Ketika menghubungi nomor itu, keluarga Alex memberitahu alamat rumah Alex dan Sinta saat ini.

Dan di sini lah kami berada sekarang, di rumah Sinta dan Alex. Sinta masih cantik seperti ketika aku melihatnya di dunia kenangan Joan. Aku dan Angie sangat terkejut mendengar Alex sudah meninggal dalam kecelakaan, sekitar satu tahun lalu. Sinta heran dengan kedatangan kami, kami pun menceritakan tujuan kami datang ke rumahnya. Kami ceritakan kebenaran di masa lalu.

"Apa kalian bilang, selama ini suamiku telah membohongiku?" tanyanya histeris dengan wajah memerah, menahan emosi.

"Benar." Angie yang menjawab.

"Mustahil. Tidak mungkin dia membohongiku."

"Percayalah pada kami, inilah kebenarannya."

Aku mencoba meyakinkan Sinta yang tampaknya tidak mempercayai cerita kami.

"Dari mana kalian mengetahui hal ini? Kita bahkan tidak saling mengenal."

"Percaya atau tidak, hantu Joanlah yang memperlihatkan kenangannya padaku. Dia melakukan itu untuk memberitahukan kebenarannya padaku." jelasku. Aku tertegun ketika Sinta tiba-tiba menertawakanku, sepertinya dia menolak untuk percaya.

"Hantu Joan? Jangan mengada-ada, candaanmu tidak lucu."

"Agar kau percaya pada kami, kau bisa ikut dengan kami." Angie menantang, Sinta terlihat ragu, dia terdiam cukup lama. Hingga akhirnya dia bersedia mengikuti kami.

Aku dan Angie membawa Sinta ke sekolah. Membawa Sinta ke kolam renang di mana hantu Joan berada.

"Di tempat inilah Alex membunuh Joan." Ucapku, sembari menunjuk ke arah kolam.

"Itu tidak mungkin. Aku tetap tidak mempercayainya."

Jengkel dengan kekeraskepalaan Sinta, aku menghela napas panjang. Tak tahu harus dengan cara apa untuk meyakinkannya.

"Joan ... Buktikan kau memang ada di sini, buatlah Sinta percaya!!!"

Angielah yang berteriak, sukses membuatku terbelalak kaget.

Pada awalnya, tidak terjadi apa pun. Hanya keheningan yang melanda. Tiba-tiba air kolam renang bergoyang hebat seolah ada yang mengaduknya. Air kolam terus bergoyang hingga membentuk pusaran menyerupai lingkaran. Mungkin hanya aku yang melihatnya, hantu Joan keluar dari dalam air. Hantu Joan tengah melayang di udara.

Dia melemparkan sesuatu pada Sinta, membuatnya ketakutan karena melihat sesuatu jatuh tepat di dekat kakinya. Aku memungutnya karena Sinta hanya diam mematung. Lantas menyerahkannya pada Sinta.

Air mata Sinta berjatuhan saat menatap benda yang dilemparkan Joan. Benda itu adalah sekuntum bunga anggrek putih.

"Joan memang ada di sini, sekarang aku percaya. Hanya Joan yang mengetahui aku sangat menyukai anggrek putih bahkan Alex tidak tahu hal ini. Jadi, yang kalian ceritakan itu memang benar?"

Aku dan Angie serempak mengangguk.

"Apa Joan sedang ada di sini?"

"Benar. Dia sedang menatapmu. Di atas sana ..." ku tunjuk arah hantu Joan berada.

"Katakanlah sesuatu padanya.” pinta Angie dan Sinta menurutinya, dia berjalan mendekati kolam renang.

"Jo, maafkan aku. Aku lebih mempercayai Alex daripada kau. Aku bahkan sempat membencimu. Maafkan aku Jo ... tolong maafkan aku ... Jo ... aku selalu mencintaimu. Meskipun aku terpaksa menikah dengan Alex.” Air mata Sinta bercucuran, isak tangisnya terdengar. Aku dan Angie hanya bisa terdiam.

“Aku tidak menyangka ternyata Alexlah yang dijodohkan denganku. Meskipun aku menikah dengan Alex, tetap kau yang aku cintai. Selamanya akan seperti itu."

"Joan tersenyum."

Sinta menghentikan ucapannya dan Angie menatap ke arahku ketika mendengar perkataanku. Aku tidak bohong, Joan memang sedang tersenyum. Sepertinya dia sudah tenang karena kesalahpahaman ini telah terungkap.

"Joan, kesalahpahaman ini sudah berakhir. Sinta sudah mengetahui kebenarannya. Sekarang, kau bisa pergi ke duniamu."

Tidak seperti hantu Susan yang langsung menghilang begitu mendengar ucapan Angie, hantu Joan masih diam di tempat meskipun wajahnya berbinar senang. Hantu Joan yang tengah melayang itu mendarat tepat di depanku. Dia merentangkan satu tangan dan meletakkannya di atas kepalaku. Entah kenangan apa lagi yang ingin dia perlihatkan padaku.

Seperti biasa, cahaya menyilaukan mata muncul yang spontan membuat mataku terpejam. Begitu aku membukanya, betapa terkejutnya aku ketika menyadari kini aku sedang berada di dalam air. Aku sempat meronta, namun tak berlangsung lama karena menyadari aku bisa bernapas meski berada di dalam air. Sepertinya hal yang mustahil menjadi mungkin jika berada di dunia kenangan para hantu.

Sebenarnya apa yang ingin diperlihatkan hantu Joan padaku? pertanyaan ini terjawab ketika aku melihat hantu Joan menarik seorang siswa ke dalam air. Awalnya, aku mengira dia ingin menyakiti siswa itu, namun aku segera merubah pemikiranku ketika aku melihat beberapa orang siswa mendatangi tempat ini.

"Di mana dia?"

"Aku yakin tadi dia lari ke tempat ini."

"Huuh ... sial. Kali ini dia lolos. Ayo pulang, besok saja kita mengerjai dia."

Beberapa siswa itu pun pergi. Siswa yang ditarik ke dalam air oleh hantu Joan kembali ke permukaan dan berhasil lolos dari orang-orang yang mengejarnya tadi.

Sekarang aku mengerti alasan Joan menarik tubuh siswa itu, rupanya sang hantu ingin menyelamatkan siswa yang nyaris menjadi korban bully.

Pemandangan yang ku lihat berganti, hantu Joan sedang memperlihatkan kenangannya yang lain. Kali ini aku melihat seorang siswa sedang berenang di kolam. Tiba-tiba siswa itu meronta karena dia nyaris tenggelam. Mungkin kakinya kram karena tadi kulihat dia begitu lihai berenang. Aku bisa menduga hal ini karena aku pun sering mengalaminya.

Di saat aku menyesali ketidakberdayaanku karena tak bisa menolongnya, tiba-tiba aku melihat hantu Joan muncul dari dalam air. Dia menarik kaki siswa yang nyaris tenggelam itu. Sang siswa sepertinya melihat penampakan hantu Joan jika ditilik dari ekspresi ketakutannya. Detik berikutnya, siswa itu pun jatuh pingsan. Awalnya, aku sempat kesal pada hantu Joan yang menakut-nakuti siswa tersebut. Kusadari pemikiranku salah ketika melihat sang hantu membuat tubuh siswa yang pingsan itu melayang hingga keluar dari dalam air. Secara perlahan diletakkan di pinggir kolam.

Melihat hal itu, aku pun memahami semuanya. Semua yang dilakukan hantu Joan selama ini, semata-mata untuk menyelamatkan para siswa.

Cahaya menyilaukan itu kembali muncul, dari pengalamanku ... hal ini menandakan aku akan segera kembali ke dunia nyata.

"Leslie ... Leslie ... kau baik-baik saja?"

Suara Panggilan itu membuatku sadar, pemiliknya pasti Angie karena suaranya begitu familiar.

Aku menatap sekeliling, ku temukan hantu Joan masih melayang di udara. Aku segera berdiri dan mengatakan semua yang ingin kukatakan padanya.

"Aku mengerti, Joan. Aku akan menjelaskan semua kesalahpahaman ini. Kau orang yang sangat baik. Terima kasih untuk semua bantuanmu. Kau bisa beristirahat dengan tenang mulai sekarang. Pergilah ke dunia di mana kau seharusnya berada."

Hantu Joan mengangguk, setelah mengulas senyum lebar, perlahan namun pasti tubuhnya memudar hingga benar-benar lenyap dari pandanganku. Aku melambaikan tangan, melepas kepergiannya.

"Apa yang terjadi?" Angie tampak kebingungan.

Tak ingin membuatnya semakin kebingungan, aku menceritakan semua yang tadi diperlihatkan oleh hantu Joan padaku.

"Begitu rupanya. Rumor itu tidak benar. Joan menampakan diri bukan ingin mengganggu para siswa, melainkan menolong mereka." Angie mengangguk-angguk, paham.

"Joan tidak pernah berubah. Dia memang baik hati. Sejak dulu, dia selalu membantu orang lain." Sinta ikut menimpali. Rasanya tak adil, orang sebaik Joan harus mengalami penderitaan seperti itu. Aku bersyukur, arwahnya sudah tenang sekarang.

"Kita harus memperbaiki rumor yang salah ini!"

Jempolku terangkat, aku mendukung keputusan Angie. Merasakan kebahagiaan yang membuncah setiap kali selesai membantu para hantu. Sebuah keputusan penting pun telah kuambil.

"Angie, sudah ku putuskan. Mulai sekarang, aku tidak akan ragu lagi untuk membantu hantu-hantu yang masih gentayangan di sekolah ini. Meskipun aku harus bertemu dengan hantu yang menyeramkan, aku tetap akan berusaha untuk membantu mereka."

Angie tersenyum lebar. "Akhirnya kau sadar.” katanya, dia meletakan tangannya di bahuku. “Tapi, kita tetap harus waspada karena tidak semua hantu berhati baik. Ada juga hantu gentayangan yang menyimpan dendam, amarah dan kebencian. Mereka tidak bisa meninggalkan dunia ini sebelum membalaskan dendam mereka. Hantu-hantu seperti ini sangat berbahaya." Angie menasehati. Aku hanya bisa mengangguk sebagai jawaban.

Satu lagi pelajaran berharga yang kudapatkan dari kejadian ini. Mencintai seseorang bukan sebuah dosa. Yang menjadi dosa adalah menghalalkan berbagai cara hanya untuk mendapatkan sang pujaan hati. Bukankah cinta seperti itu tidak pantas disebut cinta? Melainkan hanya sebuah obsesi yang pada akhirnya menyakiti semua pihak. Mencintai seharusnya tidak melukai dan tidak membuat orang yang dicintai menderita.

Entah hantu seperti apa yang akan aku temui nanti. Aku tidak akan berhenti atau menyerah sampai berhasil membuat Grandes High School ini menjadi sekolah yang tentram dan damai tanpa pengaruh buruk dari hantu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel