Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Joan Part 1

Cuaca cerah pagi itu membuatku bersemangat menjalani hari. Setelah kemarin aku dan Bu Angie berhasil membantu Susan, aku merasa begitu lega. Inilah pertama kalinya hatiku merasakan kebahagiaan sebesar ini setelah membantu orang lain.

Seperti biasa aku berangkat seorang diri ke sekolah dengan menaiki bus umum. Melalui kaca mobil aku menatap sekeliling, tampak semua orang berlalu lalang di pinggir jalan, siap melakukan aktifitas hari ini. Dulu, aku sempat ragu, sanggupkah hidup sendirian tanpa orangtuaku? Setelah menjalaninya, aku merasa hidup sendirian cukup menyenangkan. Aku tidak perlu meminta izin setiap ingin pergi ke suatu tempat. Tidak akan ada yang memarahiku ketika aku pulang terlambat. Ya, meskipun aku lebih nyaman jika ada orangtuaku di sini. Aku tidak akan repot lagi menyiapkan sarapan maupun menyiapkan seragam sekolah. Aku jadi teringat dulu semua kebutuhanku, ibu yang menyiapkan. Meskipun telah merasakan kenyamanan hidup sendiri dengan segala kebebasan yang aku dapatkan, tetap saja hidup bersama orangtuaku jauh lebih menyenangkan. Tidak henti-hentinya aku berharap, agar secepatnya tinggal bersama dengan orangtuaku seperti dulu.

Setibanya di Grandes High School, seperti biasa tidak ada satu pun teman sekelas yang menyapaku. Sepertinya aku sudah terbiasa menghadapi situasi seperti ini.

Aku menerobos masuk tanpa mempedulikan mereka yang tengah berada di dalam kelas. Tanpa menyapa satu pun dari mereka, aku berjalan menuju kursiku.

"Selamat pagi, Leslie."

Yang menyapa ini tentu saja sahabat baikku, Celia. Hanya dia satu-satunya orang di kelas ini yang mengajakku bicara.

"Selamat pagi juga, Celia." Balasku.

"Sepertinya kau sedang senang hari ini. Wajahmu ceria sekali."

“Hm ... bisa dikatakan begitu." Aku tersenyum lebar di akhir ucapanku.

"Ada apa? Ceritakan padaku!"

Aku hampir kelepasan dan menceritakan pengalamanku kemarin pada Celia, mengingat aku telah memutuskan untuk merahasiakan tentang kemampuan anehku ini pada Celia, seketika mulutku yang sudah terbuka, kembali terkatup rapat.

"Hm ... aku senang karena tadi berbicara di telepon dengan orangtuaku. Aku sangat merindukan mereka." dan akhirnya lagi-lagi aku berbohong.

"Ooh, begitu."

Aku mengangguk. Celia selalu mempercayai mentah-mentah kebohonganku, inilah yang membuatku selalu merasa bersalah.

Seperti biasa, Celia tampil cantik hari ini. Ketika ku tatap wajahnya, ingatan kejadian kemarin kembali terlintas. Aku masih penasaran kenapa Celia tidak memberitahuku tentang larangan memasuki toilet berhantu. Nyaris saja kutanyakan, seandainya tidak mendengar bel berbunyi. Mungkin aku harus menundanya, aku bisa menanyakannya nanti.

Setiap harinya, sekolah dimulai pukul 8 pagi dan berakhir pukul 2 siang. Semenjak ada Celia, waktu terasa cepat ku rasakan. Satu hal lagi yang membuatku mengagumi Celia, selain karena kecantikan dan kebaikannya. Celia juga cerdas, sering sekali dia membantuku menjelaskan mata pelajaran yang tidak kupahami.

Ketika tiba waktu pulang. Ku lihat Bu Angie sedang menungguku lagi. Aku mendesah lelah, apa lagi yang dia inginkan sekarang? malas meladeninya, kuputuskan berpura-pura tidak melihatnya. Aku berjalan bersama Celia, kami melewatinya begitu saja.

"Leslie!"

Panggilannya itu, aku mendengarnya dengan jelas, berpura-pura tak mendengar, aku terus melangkah pergi.

"Hei, Leslie. Tunggu. Aku tahu kau mendengarku."

Bu Angie terus memanggilku, dia bahkan mengikutiku tapi aku tetap berjalan tanpa sedikit pun mempedulikannya.

"Guru itu sepertinya memanggilmu. Kenapa kau mengabaikannya?"

Celia tampak kebingungan melihat sikapku.

"Leslie, aku mohon tunggu sebentar."

Kesal setengah mati karena Bu Angie tak menyerah, akhirnya aku yang mengalah. Aku berhenti melangkah dan menatap Celia penuh sesal.

"Celia maaf, kau duluan saja ya."

"Kau mau ke mana?"

"Aku mau menemui guru yang cerewet itu dulu."

"Hm, baiklah."

Aku memisahkan diri dari Celia, berjalan cepat menuju Bu Angie yang tertinggal jauh di belakang.

"Ada apa, Bu? saya sedang buru-buru." Tanyaku, ketus.

"Memangnya kau sedang ada acara?"

"Tidak juga, saya hanya lelah, ingin cepat-cepat istirahat."

"Kau harus membantuku menenangkan arwah-arwah yang masih penasaran di sekolah ini."

Aku memutar bola mata, bosan. "Bukankah sudah saya katakan, saya tidak ingin berurusan lagi dengan hantu? Ibu pasti bisa melakukannya sendiri. Maaf ya, saya pulang dulu."

Lantas ku lanjutkan langkah yang tertunda.

"Aku yakin hatimu senang setelah menolong Susan kemarin. Tidak ingin kah kau menolong arwah yang lainnya? Kau memiliki kemampuan bisa melihat mereka, seharusnya kau tidak menyia-nyiakannya. Setidaknya buat lah kemampuanmu berguna untuk orang lain. Selain membantu para arwah, kau juga membantu semua siswa di sekolah ini. Berkat kau sistem bully di sekolah ini satu persatu akan berkurang hingga akhirnya benar-benar hilang. Aku juga sebenarnya tidak mau melibatkanmu, tapi aku tidak bisa melakukannya sendirian, aku butuh bantuanmu, Leslie. Aku mohon bantu lah aku."

Aku tertegun, ku sadari kata-kata Bu Angie tidak salah. Benar, pasti ada alasan kenapa aku terlahir dengan kemampuan ini. Tidak seharusnya aku mementingkan diri sendiri dan melupakan kepentingan orang lain. Dan yang membuatku semakin bersalah, aku telah membuat guruku memohon seperti ini. Benar yang dikatakan Bu Angie, seharusnya aku menggunakan kemampuan ini untuk membantu orang lain. Demi kebahagiaan semua orang, aku akan berkorban meskipun aku harus berhadapan dengan hantu-hantu mengerikan sekalipun.

"Baiklah, Bu. Saya akan membantu. Maafkan saya karena hanya mementingkan diri sendiri.” Ucapku penuh sesal. Bu Angie menyentuh bahuku seolah sedang menguatkan.

“ Maaf jadi melibatkanmu.” Katanya, jika kulihat dari raut bersalah di wajahnya, ku sadari Bu Angie juga terpaksa meminta bantuanku. Aku tersenyum sembari menggeleng.

“Tidak apa-apa. Saya justru berterima kasih, ibu menyadarkan saya.” Dengan berani, aku merangkul lengannya. “Ayo kita temui hantu selanjutnya." Ajakku semangat. Bu Angie tersenyum sumringah, terlihat begitu lega sekaligus senang.

Kami pun melangkah pergi. Yang jadi pertanyaannya sekarang, hantu apa yang akan kami temui hari ini? Semoga hantu itu tidak terlalu mengerikan seperti hantu Susan kemarin, hanya ini harapanku.

***

Bu Angie, membawaku ke lantai paling atas gedung sekolah ini. Awalnya aku bertanya-tanya, apa yang akan aku lihat di lantai teratas sekolah? dan betapa terkejutnya aku ketika melihat sebuah kolam renang yang sangat besar dan luas.

"Saya baru tahu di tempat ini ada kolam renangnya? Bukankah kolam renang ada di belakang sekolah?" tanyaku, masih takjub melihat ada kolam renang di sini.

"Awalnya di sinilah kolam renang sekolah kita. Kolam renang yang di belakang itu baru dibuat."

"Kenapa membuat kolam renang baru? Menurutku kolam renang ini sudah cukup luas."

"Apa kau tidak merasakannya?"

"Merasakan apa?"

Ku lihat Angie sedang menatap kolam dengan serius.

"Aura mistis dari kolam renang ini."

"Tidak sama sekali." jawabku sembari menggeleng.

“Aku bisa merasakannya, aura mistis di tempat ini sangat kuat. Dulu sering terjadi peristiwa mengerikan di tempat ini."

"Peristiwa apa itu?" aku mulai antusias.

"Beberapa siswa pernah tenggelam karena ditarik sesuatu dari dalam air.”

"Benarkah? mengerikan sekali."

Aku memeluk diri sendiri, aura mencekam mulai terasa, bulu kuduk juga mulai meremang.

"Pihak sekolah pernah mengeringkan air kolam ini, tapi ..." Bu Angie menjeda seolah ragu untuk melanjutkan.

"Tapi ... apa, Bu?"

"Berapa kali pun kolam ini dikeringkan, pasti dengan sendirinya kolam ini akan terisi air lagi."

Kedua mataku membulat. "I-itu sangat mengerikan."

"Ya, dengan kata lain kolam ini tidak bisa dikeringkan, seakan-akan ada sesuatu yang tinggal di dalamnya."

"Benarkah? Tapi aku tidak merasakan apa pun, biasanya jika di sini memang ada hantu, aku pasti bisa merasakannya."

Rasa penasaran ini membuncah, tanpa ku sadari kakiku melangkah mendekati kolam. Aku berjongkok dan mencoba untuk menyentuh air kolam yang begitu jernih. Lalu, tiba-tiba ...

Aku merasakan sakit pada kepala ketika aku menyentuh air. Ada sesuatu menyerupai tangan keluar dari dalam kolam dan menggenggam tanganku. Tangan itu menarikku sehingga aku pun jatuh ke dalam kolam.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel