Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Cindy Part 3

"Leslie, tenanglah. Ingatlah tujuan kita datang ke ruangan ini." Angie berusaha menenangkanku.

"Aku takut sekali. Dia sangat seram."

"Kau tidak sendirian di sini. Ada aku di sampingmu, jadi tidak perlu takut."

Perkataan Angie membuatku mengurungkan niat untuk meninggalkan ruangan ini.

Sang hantu tengkorak melayang di udara, perlahan mendekatiku. Aku mencoba melawan rasa takut ini. Tubuhku semakin gemetaran hebat, lutut pun mulai terasa lemas.

Hantu itu kini mendarat tepat di depanku.

"Tidak ... jangan dekati aku!!"

Aku berteriak histeris. Sang hantu mengabaikan teriakanku, dia mendekatkan kepalanya hingga matanya yang merah menyala tepat berada di depan mataku. Rambutnya yang panjang tergerai menutupi pandanganku sehingga tatapanku sekarang hanya tertuju padanya.

Tiba-tiba sebuah cahaya menyilaukan kembali muncul. Aku sudah bisa menduga apa yang akan terjadi setelah ini. Si hantu tengkorak sedang memperlihatkan dunia kenangannya. Dan seperti dugaanku, aku melihat sebuah pemandangan yang asing begitu cahaya menyilaukan itu menghilang.

Aku melihat seorang gadis berambut panjang sedang berbicara dengan seorang lelaki paruh baya. Jika melihat wajah dan postur tubuh si gadis, sepertinya dia seumuran denganku.

"Ayah, aku ingin sekali bisa membuat ayah bangga."

"Ayah selalu bangga padamu, Cindy. Kau anak yang cerdas."

"Aku akan berusaha menjadi juara kelas lagi semester ini. Jika aku jadi juara kelas lagi, ibu di atas langit sana pasti bangga padaku, kan ayah?"

"Tentu saja, Cindy ." ucap ayahnya sembari mengusap puncak kepala putrinya yang bernama Cindy. Melihat interaksi mereka membuatku terharu sekaligus teringat orangtuaku. Haah ... aku jadi merindukan ayah dan ibu.

Sekelilingku tiba-tiba bergoyang dan dalam sekejap aku sudah berada di tempat yang berbeda.

Saat ini ...

Aku sedang berada di sebuah ruangan yang tidak salah lagi merupakan laboratorium biologi yang sedang aku datangi bersama Angie. Kenapa aku berada di tempat ini lagi? Mungkinkah aku sudah kembali ke dunia nyata?

Pemikiran ini tak bertahan lama karena kini aku melihat Cindy. Dia tidak sendiri, ada gadis lain yang berdiri di belakangnya.

"Benarkah Pak guru menyuruh kita membersihkan ruangan ini, Marry?" tanya Cindy.

Gadis yang bernama Marry, tidak merespons. Marry semakin mendekati Cindy yang memunggunginya lantas membekap hidung Cindy dengan saputangan. Cindy berontak, berusaha menyingkirkan tangan Marry yang membekapnya. Dengan sekuat tenaga, Marry membenturkan kepala Cindy ke sudut meja yang ada di samping kanan mereka. Seketika Cindy melemas dan jatuh pingsan.

“Cckkk, kenapa obat biusnya tidak bekerja?”

Melihat Cindy yang sudah tidak bergerak, Marry menyeret tubuh Cindy dan meletakkannya di pojok ruangan. Marry membersihkan darah yang menempel pada ujung meja lantas menggeser beberapa kursi dan meja untuk menutupi tubuh Cindy yang dia baringkan di lantai. Hal yang Marry lakukan ini tentu saja akan membuat orang lain tidak melihat dan menyadari keberadaan Cindy.

"Maafkan aku, Cindy. Aku terpaksa melakukan ini." gumam Merry sambil menatap sendu pada kursi dan meja yang menghalangi tubuh Cindy

Marry keluar dari ruangan, meninggalkan Cindy yang masih pingsan seorang diri.

Tidak berapa lama setelah kepergian Marry, seorang guru datang dan melihat-lihat ruangan. Dia tidak melihat tubuh Cindy yang tergeletak di lantai karena tubuhnya tertutupi meja dan kursi. Sang guru pergi dan mengunci pintu. Melihat kejadian ini, aku memahami semuanya. Peristiwa itu bukan sebuah kecelakaan, Cindy sengaja dikurung di ruangan ini. Dan orang yang dengan kejam melakukan ini adalah gadis bernama Marry.

Kemudian ...

Aku melihat Cindy telah siuman. Tersadar dirinya terkunci di ruangan itu, dia pun berteriak-teriak meminta tolong sambil menggedor-gedor pintu. Dia berusaha membuat kegaduhan dengan memecahkan peralatan praktek dan kaca jendela berharap seseorang mendengar kegaduhan tersebut.. Dia tidak bisa melarikan diri melewati jendela karena semua jendela dilapisi teralih besi. Mungkin sebagai bentuk upaya pihak sekolah untuk menjaga keamanan dari perampok, mengingat tak ada security yang berjaga di sekolah.

Cindy yang terus berteriak, mulai kehilangan suaranya. Tubuhnya tampak lemas, dia selalu memegang kepalanya yang terluka. Terlihat kegelisahaan dan frustasi di wajah Cindy. Tak ingin menyerah, dia terus menggedor pintu dengan kepalan tangan dan sesekali membenturkan kepalanya yang terluka ke pintu. Darah mengalir, membasahi wajah dan pintu namun dia terus membenturkan kepala berusaha membuat kegaduhan. Air matanya bercucuran, dia mulai terlihat putus asa dan depresi.

Cindy yang kelaparan dan kehausan, mencari sesuatu yang bisa dia makan dan minum. Akan tetapi, percuma saj. Tidak ada satu pun benda di ruang laboratorium ini yang bisa dia makan dan minum. Keran tidak mengeluarkan air setetes pun. Mungkin karena sedang libur, aliran air maupun listrik sengaja dimatikan sebagai bentuk penghematan.

Aku berharap segera pergi dari dunia kenangan ini. Aku tidak sanggup lagi menyaksikan penderitaan Cindy. Cindy yang kelaparan, kehausan dan kesakitan karena luka di kepala, akhirnya tidak bergerak lagi. Sambil menyenderkan punggung pada tembok, matanya yang berwarna merah terkena darah yang mengalir dari luka di kepala, terus memelotot tanpa berkedip ke arahku.

Aku takut bukan main menatap matanya yang dipenuhi penderitaan dan kebencian. Matanya tak berkedip dan tubuhnya pun tidak bergerak lagi, menandakan dia telah meregang nyawa dengan sangat tragis. Dalam kondisi yang begitu kesakitan, kelaparan dan kehausan seorang diri di ruangan yang gelap ini. Sekarang aku mengerti kenapa arwahnya penuh kebencian dan dendam.

Cahaya menyilaukan kembali terlihat, seketika rasa lega menyeruak di dalam dada. Ini artinya sesaat lagi aku akan kembali ke dunia nyata. Dan benar saja, aku mendengar Angie berteriak memanggil namaku. Secara perlahan aku membuka mata yang sempat aku pejamkan.

"Leslie, apa yang hantu itu perlihatkan padamu?" tanya Angie yang sudah bisa menduga kejadian apa yang menimpaku sehingga aku tidak sadarkan diri.

Aku menceritakan semua yang kulihat di dunia kenangan Cindy. Cindy yang tidak lain merupakan nama hantu tengkorak itu.

"Jadi, ini disengaja bukan kecelakaan seperti yang diduga selama ini. Kasihan sekali Cindy. Pantas saja arwahnya menjadi penuh kebencian," kata Angie setelah selesai kuceritakan segalanya.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Aku bertanya karena sungguh aku kebingungan, berharap Angie akan menemukan solusi yang harus kami lakukan untuk menyelesaikan masalah ini.

Angie tertegun sejenak sebelum suaranya akhirnya mengalun untuk menyahutiku, "Kejadian itu terjadi belum lama, baru sekitar satu tahun yang lalu. Mendengar hal ini seharusnya kau menyadari sesuatu, Leslie."

Aku terbelalak, baru tersadar akan sesuatu. "Ta-Tadi kau bilang kejadian itu terjadi ketika Cindy duduk di kelas 2, itu artinya pembunuh Cindy yang bernama Marry masih berada di sekolah ini, dia duduk di kelas 3, kan?"

"Benar sekali. Ayo, kita ceritakan hal ini pada Pak Kepala Sekolah!"

Kami berdua pun berlari menuju ruang kepala sekolah.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel