Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Marco Part 3

"Hantu ini bernama Marco, ketika Sylvia menyegelnya dia baru meninggal sekitar empat bulan. Dia meninggal karena sakit. Sejak kecil dia menderita penyakit jantung. Hidupnya sangat dibatasi, dia bahkan tidak bisa memakan makanan sesuka hatinya, dia selalu menyendiri. Namun meskipun begitu, dia tidak pernah mengeluh, hanya saja dia memiliki satu keinginan yang belum bisa terpenuhi hingga dia meninggal."

"Apa keinginannya?" tanya Sean.

"Dia selalu berkeinginan memiliki pacar yang cantik. Karena itu hantunya gentayangan, dia masih belum bisa tenang sebelum keinginannya itu bisa terpenuhi. Sebelum hantu Marco disegel oleh Sylvia, dia selalu menculik siswi-siswi cantik di sekolah ini."

"A-Apa?"

Leslie dan Sean memasang ekspresi terkejut setelah mendengar ucapanku ini.

"Ya, untuk menghentikannya dan untuk menyelamatkan gadis-gadis yang telah diculiknya, Sylvia menyegel hantu Marco. Padahal saat itu Marco baru empat bulan meninggal tapi aura hantunya terasa begitu kuat."

"Kenapa bisa seperti itu?" Leslie bertanya.

"Itu karena keinginannya untuk memiliki pacar yang cantik sangat besar. Keinginannya itu telah memberikan kekuatan yang sangat besar pada hantunya yang gentayangan."

"Lalu apa yang terjadi pada gadis-gadis yang diculiknya setelah hantu Marco disegel?" Sean ikut bertanya.

"Mereka muncul sendiri begitu hantu Marco masuk ke dalam papan nama ini. Rupanya hantu Marco selalu membawa gadis-gadis itu bersamanya ke mana pun dia pergi. Hanya saja keberadaan mereka disembunyikan oleh hantu Marco sehingga manusia tidak bisa melihat mereka."

"Hm, begitu rupanya," sahut Leslie dan Sean dengan serempak.

"Ya, begitulah."

"Tunggu sebentar. Kita sudah mengetahui apa yang diinginkan oleh hantu Marco jadi kita tidak perlu meminta Leslie untuk berkomunikasi dengannya, bukan?"

Sebenarnya aku pun memiliki pemikiran yang sama dengan Sean. Kami memang telah mengetahui penyebab Marco menjadi hantu gentayangan, hanya saja hingga kini aku belum menemukan cara untuk membuatnya tenang agar dia bisa pergi ke dunianya.

"Biarkan saja dia tetap disegel karena tidak ada cara lain untuk mencegahnya melakukan keonaran lagi. Keinginannya itu tidak mungkin bisa kita penuhi. Tidak mungkin kita bisa mencarikan pacar untuknya. Tidak mungkin dia bisa berpacaran dengan manusia dan yang lebih penting tidak mungkin ada manusia yang mau berpacaran dengan hantu."

Aku tidak bisa menimpali perkataan Sean. Aku sangat menyadari bahwa yang dia katakan memang benar. Mungkin aku memang harus membiarkan hantu Marco tetap tersegel di dalam papan nama ini.

"Tidak. Aku tidak setuju dengan perkataanmu itu, Sean."

Leslie yang mengutarakan ketidaksetujuannya sukses membuatku dan Sean tercengang.

"Apa maksudmu, Leslie?"

"Aku tetap harus bertemu dengan hantu Marco. Dia pasti akan memperlihatkan kenangannya padaku. Mungkin ada hal lain yang dia inginkan tanpa sepengetahuan orang lain. Biasanya juga seperti itu, kan, kita bisa mengetahui dan menemukan cara untuk menenangkan hantu yang gentayangan setelah aku mendatangi dunia kenangan mereka. Aku yakin kali ini pun begitu. Jadi, Angie, lepaskan segelnya, aku ingin bertemu dengannya."

"Apa kau yakin, Leslie?" tanyaku memastikan sekali lagi keputusannya ini.

"Tentu saja. Lagi pula untuk alasan ini, kan, kau meminta bantuanku?"

Aku menganggukkan kepala menanggapi perkataan Leslie. Benar yang dikatakannya, untuk sesaat aku melupakan tujuanku yang sebenarnya meminta bantuan pada Leslie.

"Tapi Leslie, aku tidak setuju. Menurutku segel hantu Marco itu tidak boleh dilepaskan."

Sean tetap mengutarakan ketidaksetujuannya. Sebenarnya aku merasa heran dengan sikap Sean, tidak biasanya dia bersikap seperti ini.

"Kau ini kenapa, Sean? Apa kau mengkhawatirkanku?" tanya Leslie dengan mata memicing curiga.

"Se-Sebenarnya begitulah."

Leslie lalu mengulas senyuman. "Kau tidak perlu khawatir. Aku sudah sering melakukan ini dan sejauh ini aku selalu baik-baik saja. Aku yakin kali ini pun begitu. Kau percaya padaku, kan?"

Sean diam seribu bahasa, dia tetap menatap Leslie dengan tajam.

"Sean, kau tidak percaya padaku?"

"Tentu saja aku percaya, hanya saja berjanjilah kau akan segera kembali."

"Tentu saja. Tunggu aku, aku pasti akan segera kembali,” jawab Leslie penuh semangat sebelum dia beralih menatapku. “Ayo, Angie, mulailah ritual untuk membuka segelnya."

Aku melihat kemantapan di mata Leslie, aku pun menganggukkan kepala menyetujui permintaannya.

Aku meletakkan papan nama di lantai dan mulai membacakan kalimat untuk membuka segel itu.

"Wahai arwah Marco yang terkunci di dalam papan nama ini. Aku memanggilmu ... aku memerintahkanmu untuk keluar dari dalam papan nama ini. Marco, kau terbebas dari kunci ini ...!!"

Bersamaan dengan berakhirnya pengucapan kalimat itu, angin berhembus dengan kencang. Papan nama itu terlihat bergetar dengan hebat.

"Hantu Marco perlahan keluar dari papan nama."

Aku pun mengerti apa yang sedang terjadi setelah mendengar ucapan Leslie.

Papan nama itu berhenti bergetar dan aku melihat Leslie menatap lurus ke arah depan. Dia menatap tanpa berkedip.

"Leslie, apa hantu Marco berada di depan kita sekarang?" tanyaku penasaran.

"I-Iya, dia sedang melayang mendekatiku."

"Tumben kau tidak berteriak, biasanya jika melihat hantu kau akan berteriak ketakutan?"

"Dia sama sekali tidak menakutkan."

Mendengar jawaban Leslie itu aku jadi teringat pada sosok hantu Marco yang digambarkan oleh Sylvia. Aku ingat saat itu Sylvia juga mengatakan hal yang sama seperti yang baru saja Leslie katakan.

Leslie yang sedang berdiri di sampingku tiba-tiba tumbang, hal itu menandakan hantu Marco sedang membawa Leslie ke dunia kenangannya ketika masih menjadi manusia. Sean menahan tubuh Leslie dengan cepat.

Aku dan Sean terus berada di dekat Leslie, kami tidak meninggalkannya sedetik pun.

Cukup lama kami menunggu, tapi Leslie belum memperlihatkan tanda-tanda dia akan mendapatkan kembali kesadarannya.

"Kenapa Leslie belum juga kembali?" tanya Sean, mulai mengkhawatirkan Leslie.

"Mungkin sebentar lagi. Bersabarlah, Sean."

"Tapi biasanya tidak selama ini."

"Mungkin hantu Marco memperlihatkan banyak kenangan pada Leslie. Kau harus bersabar, terus berdoa agar Leslie segera kembali."

Sean tidak menanggapi perkataanku, dia tetap menatap Leslie dengan ekspresi khawatir di wajahnya.

Setelah itu kami mencoba bersabar, kami terus menunggu Leslie kembali sadar. Namun, hingga waktu berlalu cukup lama, Leslie tak juga menunjukkan tanda-tanda akan membuka mata. Tentu saja hal itu membuat Sean kembali panik.

"Ini sudah 4 jam, dia tidak pernah pergi selama ini. Biasanya tidak sampai satu jam. Angie, bagaimana ini?"

Benar yang dikatakan Sean, sudah sekitar 4 jam kami menunggu semenjak Leslie kehilangan kesadarannya, tapi masih belum ada tanda-tanda Leslie akan kembali tersadar. Leslie terlihat sedang tertidur lelap. Melihat hal itu, aku pun mulai mengkhawatirkannya.

"Leslie, bangunlah! Leslie!!"

Sean berteriak dengan keras sambil mengguncang-guncangkan tubuh Leslie, tapi kedua mata Leslie tetap terpejam.

"Angie, bagaimana ini?" Sean semakin panik. Sebenarnya aku pun demikian.

"Leslie, bangun! Leslieeeee!!!"

Aku juga sangat panik dan ikut berteriak memanggil Leslie seperti yang dilakukan Sean.

"Leslie! Leslie!!!"

Aku dan Sean bersama-sama memanggil nama Leslie, tetapi Leslie tetap tidak membuka matanya.

"Bagaimana ini, Angie? Apa yang harus kita lakukan?"

"Kita tunggu saja sebentar lagi."

"Sampai kapan kita harus menunggu?!"

"Sebentar lagi," ucapku mencoba berpikir positif.

"Jika Leslie masih tidak kembali, apa yang harus kita lakukan?"

"Bawa dia ke rumahku, aku akan mencoba melakukan semampuku."

Akhirnya Sean terdiam setelah mendengar ucapanku ini.

Namun ...

Selama apa pun kami menunggu, Leslie tidak juga tersadar. Akhirnya aku dan Sean membawa Leslie ke rumahku.

Sesampainya di rumahku, aku menelepon ayahku untuk menanyakan apa yang terjadi pada Leslie. Aku terbelalak ketika mendengar ucapannya. Menurut ayahku, kondisi Leslie seperti ini karena jiwanya telah diambil oleh hantu Marco. Hantu Marco telah mengurung jiwa Leslie sehingga tidak bisa kembali ke tubuhnya.

"Apa yang harus aku lakukan, Ayah? Anak itu jadi seperti ini demi membantuku," tanyaku mencoba meminta bantuan ayah karena sungguh aku sudah tak memiliki cara untuk menyelamatkan Leslie.

"Kau harus menemukan caranya sendiri. Angie, kau keturunan keluarga cenayang. Kau harus belajar untuk memecahkan permasalahan seperti ini."

"Tapi ayah ..."

"Semua ini terjadi karena kau sama sekali tidak memiliki kemampuan, Angie. Kau harus belajar dari sekarang. Jika ayah meninggal nanti, kaulah yang harus menggantikan ayah."

Setelah mengatakan itu, ayah menutup teleponnya. Entah apa yang harus aku lakukan untuk menyelamatkan Leslie?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel