Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Dapat Bookingan

Mataku tak bisa berpaling dari sosok yang kini duduk di hadapanku, di kafe yang cukup sepi ini. Karin, dengan rambutnya yang tergerai indah dan senyum yang selalu menggoda.

"Kamu masih ingat aku, kan?" tanyanya dengan nada yang berat terlukis jelas kekhawatiran akan lupa.Aku mengangguk, "Tentu, Karin. Bagaimana mungkin aku lupa?" Dia tersenyum lega, namun mataku tertangkap sedikit kerut di dahinya, seolah ada kegelisahan yang tersimpan. Karin selalu memiliki cara tersendiri untuk mengekspresikan fantasinya yang unik ketika bersamaku. Setiap pertemuan adalah sebuah petualangan baru, sebuah cerita yang tak terduga. Walaupun kadang kurasakan ada beban tertentu karena harus memenuhi ekspektasi tinggi dari imajinasinya, tetapi melihatnya puas adalah sebuah kepuasan tersendiri bagiku.

"Kamu terlihat sedikit berbeda hari ini," ujarku, mencoba memecah kebekuan.Dia menghela napas, "Mungkin karena aku sedang tidak dalam mode 'fantasi' kali ini."

Aku tersenyum, mencoba menenangkannya. "Karin, kita bisa saja mengobrol biasa kali ini. Tanpa perlu ada skenario apa pun."

Dia mengangguk pelan, dan dari sorot matanya yang sekarang lebih tenang, aku tahu dia menghargai itu.

******

Malam harinya, aku kembali pada rutinitasku yang sebelumnya sempat vakum sampai beberapa bulan.

"Apa kabar kamu dek ?" Mba Lala langsung memelukku sangat Erat ketika melihatku kembali ke cafe enjoy, untuk memulai pekerjaan lamaku.

"Untuk fisik, sehat kok, tapi untuk hati mungkin masih perlu beberapa waktu untuk kembali pulih, " jawabku sambil membalas pelukannya.

"Awww...." Dia meringis manja,  kemudian Mba Lala memundurkan bagian perutnya.

"Hehhee...." Aku hanya bisa terkekeh malu karena Menyadari milikku tengah berdiri tegang.

"Hahaha....kamu tidak pakai sempak yah? " tebaknya.

"Hehehe...Udah pada bolong semua mba, mau beli ulang tapi sayang aja duitnya " jawabku, malu tapi tetap berusaha menjelaskan yang sebenarnya.

"Nanti mba akan bantu kamu buat alihkan pelanggan ke kamu aja untuk sementara" jawab mba Lala kemudian dia menarik lenganku untuk ikut dengannya.

Sejenak aku berhenti karena melihat beberapa wajah baru kembali, hanya mba Mawar, Bella, dan Jesika saja yang saat ini aku kenal.

"Coba deh kamu ngobrol bentar dengan mereka berdua " Lanjut mba Lala, sambil menunjuk dua pria yang duduk di tempat terpisah.

"Salam kenal Bro, Alex, " uapku sambil mengulurkan tanganku sebelum duduk.

"Yoga " Jawab pria tinggi, kurus, tapi wajahnya begitu membuatku insecure, wajah tampan, hidung mancung bahkan kulitnya putih bersih.

"Farel, "  Berlanjut menyalami pria yang duduk lebih santai di samping Yoga, farel Memang tidak setampan Yoga tapi, m memiliki tubuh kekar, tanganya saja lebih besar di bandingkan tanganku.

"Boleh duduk ? " Tanyaku karena mereka belum memberikan sebuah tawaran.

"Hahaha... sampai lupa, sorry bro " Celetuk Yoga yang sepertinya ikut merasa bersalah.

Berbeda dengan Farel dia lebih kalem dan santai, dia lebih memilih untuk melanjutkan fokus pada handphonenya.

"Udah lama kerjanya bang ?" Tanyaku ke Farel karena dia berada lebih dekat denganku.

"Baru seminggu Lex, tapi lumayan lah hasilnya udah kebeli mobil, " Jawab farel sedikit tersenyum simpul.

Mendengar itu, aku sedikit tidak percaya, 

"Udah beli mobil, tapi kok masih numpang di apartemennya mba Lala ?" batinku.

"Hmmm....cabut duluan Lex, aku udah dapat lagi nih, " sahut Farel, seketika wajahnya berubah ramah.

Untuk malam ini aku tidak bisa berharap mendapatkan pelanggan, di sisi lain aku tidak memiliki ponsel, untuk mengakses aplikasi.

"Bro.... katanya kamu udah lama kerja di sini ? " tanya Yoga kemudian dia sedikit bergeser ke arahku.

"Iya, kemarin cuman ngambil cuti doang, kalau kamu udah berapa pekan kerja di sini ?" Tanyaku balik.

"Baru dua mingguan kayaknya, tapi Aku tidak seberuntung bang Farel bro, " jawabnya membandingkan dirinya dengan Farel.

"Selama dua minggu udah dapat berapa pelanggan ?" Tanyaku

"Hmmm 3 kayaknya deh " jawabnya.

"Itu sih udah lumayan, tapi gimana tanggapan pelanggan ? " Tanyaku semakin kepo.

"Nihh coba liat punyaku bro, udah pasti mereka pada puas, hanya saja stamina yang kurang, " jawabnya dengan santainya mengeluarkan rudal tumpul yang masih saja terbungkus kulit di bagian kepalanya.

"Anjnggg...." Timpalku kaget karena dia dengan santainya memperlihatkan keperkasaan miliknya yang sangat aneh menurutku, meskipun millikknya besar tapi bagiku modelnya begitu lucu karena kepalanya tidak memperlihatkan kegagahannya.

"Hahaha...aku ngga sunat bang," ucapnya yang sepertinya mengetahui apa yang membuatku kaget.

Tidak lama kemudian Mba Lala datang menghampiriku, dia berbisik.

"Sekarang kamu siap-siap, ada yang booking kamu dia sudah menunggu di bawah, bagian parkiran, " bisik mba Lala, perasaan haru menyelimuti,  begitu bahagia, bahkan seakan ingin berteriak tapi malu juga.

"Ga, aku lanjut dulu, " ucapku pamit ke Yoga.

"Lariss... manis....selamat berjuang Lex" Jawabnya dan kembali menyabet rokok filternya. Sangat jelas dia berusaha menghibur dirinya sendiri.

Sesampainya di parkiran khusus mobil, aku langsung terpengarah dengan mobil yang senantiasa menyalakan lampu sennya secara bersamaan.

Tanpa menunggu lama aku langsung menghampirinya,

"Langsung naik aja, " ucapnya ketika dia menurunkan kaca mobilnya, keadaan yang gelap membuat ku tidak bisa melihat wajahnya secara jelas, jadi aku langsung menuruti perintahnya saja.

"Pegangin dada aku dong, udah horny banget nih, " pinta Wanita di sampingku.

"Huhffttt " aku berusaha tenang dengan permintaannya secara tiba - tiba.

"Lala yang recommendasikan kamu loh, " lanjutnya.

Ketika mobil sudah melaju dengan kecepatan sedang, tanganku mulai bergerak ke arah dadanya, baru saja mendapat menggenggamnya tiba - tiba aku gemetar hebat, bukan karena menikmati kenyalnya dada wanita di sampingku.

Tapi tiba - tiba aku merasa ketakutan melakukan hal tak senonoh ini dalam keadaan berkendara, rasa trauma akibat kecelakaan yang menimpahku dengan istriku ternyata membawa dampak begitu besar.

"Kamu masih grogi yah ? " Tanya wanita di sampingku.

"Iyyaa mbaaa," jawabku singkat.

"Panggil Winda aja, " Pungkasnya.

"Win, sebaiknya kita jangan melakukan hal seperti ini di jalanan " pintaku, dan berharap dia mengerti.

Tidak lama kemudian, akhirnya laju mobil perlahan semakin menurun dan berhenti tepat di sebuah rumah tingkat yang tidak begitu besar tapi, cukup enak di pandang mata.

Pintu pagar otomatis terbuka ketika Winda menancapkan sebuah kartu ke bagian tiang pembatas pagar.

Grekkk....greekkk....

Suara pagar ketika terbuka, dan sempat membuatku berpikir keras, bagaimana mungkin pintu bisa terbuka hanya dengan menggesekkan sebuah kartu.

Kemudian mobil masuk di bagasinya, tanpa basa - basi dia menggandeng tanganku.

Tingkahnya membuatku sedikit mengurangi rasa canggungku, karena dia seolah sudah mengenalku lama, sikapnya yang terlalu agresif mulai memancing nafsuku yang sudah lama tidak aku lampiaskan, dan aku masih mengingat jelas terakhir kali aku menikmatinya dengan istriku

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel