Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10 Menggapai Mimpi

Bab 10 Menggapai Mimpi

If you live for people's acceptance, You will die from their rejection.

==

Bintang akhirnya sampai ke kafe Maheswari lagi. Tapi kali ini Bintang tak perlu lama-lama menunggu di ruang tunggu karena ia langsung diarahkan ke panggung.

Awalnya Bintang sempat bingung, namun setelah ia mendapatkan informasi bahwa manajer kafe sudah mengetahui lamaran Bintang dan akan menilai performa Bintang langsung, pemuda Capricorn itu sedikit lebih tenang.

Itu artinya, Bintang harus tampil maksimal.

Daripada membuang waktu, Bintang terlebih dulu melakukan pemanasan dengan gitarnya. Menyetel beberapa senar yang lari dari nadanya lalu menyiapkan lagu yang akan Bintang nyanyikan.

Untungnya Bintang terlebih dahulu mencari info dan minat dari kafe ini, yang katanya pengunjung di sini didominasi oleh anak muda kpopers. Tak perlu banyak latihan untuk seorang Bintang menyanyikan lagu negeri ginseng itu. Toh..dia pernah berlatih langsung dengan temannya yang keturunan Korea - Indonesia. Pelafalannya cukup baik setelah mempelajari itu dan jadilah Bintang yakin untuk membawaknnya untuk wawancara hari ini.

Baru saja Bintang akan mencari nada awal lagunya, ia dikejutkan dengan kehadiran Tiara yang berdiri tepat di salah satu kursi pengunjung. Bintang terdiam sesaat sambil mengingat prediksi Seva kemarin bahwa ia akan bertemu lagi dengan nona beriris tajam itu.

"Kenapa berhenti? Lanjutkan saja latihanmu," ujar Tiara yang kali ini menyiapkan sebatang rokoknya untuk ia nikmati sambil menonton Bintang bernyanyi.

Bintang meletakkan gitarnya lalu menunjuk sebuah papan. Tiara menoleh dan memperhatikan dengan seksama tulisan yang berisi dilarang merokok itu. Tiara lantas menahan rokoknya lalu duduk dengan patuh di kursinya.

"Sekarang..silahkan tunjukkan performmu."

"Aku tengah menunggu manajer. Aku tampil setelah dia datang."

"Ouh. Tidak apa. Aku butuh hiburan sekarang. Suasana hatiku buruk sejak pagi tadi."

"Kenapa aku harus menghiburmu?" tanya Bintang acuh. Lebih tepatnya Bintang tak mau tampil di depan gadis itu. Toh..dia tak ingin buang waktu sebelum manajer itu datang.

"Bukankah itu tugasmu? Kamu seorang penyanyi yang dibayar untuk menghibur orang lain," ketus Tiara mulai tak sabaran.

Bintang menelan omongannya sendiri karena Tiara. Tadinya dia menolak untuk tampil di depan gadis itu, kini dia tersadarkan dengan ucapan Tiara bahwa dia adalah seorang pekerja seni. Tentu saja dia harus mau tampil di mana saja dan di depan siapa saja. Termasuk pada Tiara yang sebenarnya seseorang yang ingin Bintang hindari.

"Baiklah. Hanya satu lagu," tandas Bintang mengawali nada pertama pada lagu yang akan dia bawakan.

"Oke," ucap Tiara acuh. Gadis itu dengan santai duduk di salah satu meja lalu bersedekap menunggu Bintang menyanyi.

"Mau lagu apa?" tawar Bintang.

Tiara melirik ke atas lalu melihat banner salah satu anggota boy group Korea di atas panggungnya.

"Ehmmm aku ingin dengar lagu kpop --"

"Ck. Kau penggemar mereka juga?"

"Lumayan," Tiara mulai menjentikkan jarinya. Meminta Bintang segera memulainya.

"Oke."

Lalu nada awal dari lagu yang akan dia bawakan pun berbunyi di gitar akustiknya.

Wayo by Bang Yedam

Nae sigyeneun meoljjeonghande siganeun meomchwoitgo

Mwo hana doeneun ge eomne nae moseubi useuwo

Hayeomeopsi kiwotdeon dulmanui sesangeseon

Deonggeureoni na honja yeogi namgyeojyeo isseo

(Jamku tetaplah utuh adanya namun waktunya kini telah berhenti

Aku tak bisa menjadi apa-apa, betapa lucunya sosok diriku ini

Dengan terdiam, dalam dunia kita berdua yang begitu luas ini

Seorang diri, aku ditinggal di tempat ini hanya seorang diri )

[Pre-Chorus]

Jeo haneurege nan mureobogo sipeo yeah

Saranghandan mareun eotteon uimiyeosseo mhm

Nae sesangeseo eomneun geon neoppuninde

Da ileun geotcheoreom neukkyeojyeo

Ireon naege, dodaeche.

(Aku ingin bertanya pada langit itu yeah

Apakah gerangan arti dari kata "aku mencintaimu" itu?

Di duniaku ini, hanya dirimulah yang tak ada di dalamnya, namun

Aku merasa seolah aku kehilangan segalanya

Pada diriku yang seperti ini, apa yang sebenarnya telah terjadi? )

[Chorus]

Waeyo, waeyo, waeyo

Neo eopsin wae naneun andoenayo

Dodaeche waeyo, waeyo, waeyo

Just tell me neo anim andoenayo

(Kenapa? Kenapa? Kenapa?

Kenapa aku tak bisa tanpa dirimu?

Sebenarnya kenapa? Kenapa? Kenapa?

just tell me, aku tak bisa jika itu bukanlah dirimu.)

bye goodbye bye

bye goodbye bye

wae urin andoenayo

bye goodbye bye

bye goodbye bye

(bye goodbye bye

bye goodbye bye

Kenapa kita tak bisa bersama?

bye goodbye bye

bye goodbye bye)

Tiara bertepuk tangan riuh. Walau hanya dia seorang di sana, tapi itu cukup membuat Bintang tersanjung sesaat. Tiara mendekat ke panggung untuk lebih dekat melihat Bintang. Pemuda itu lantas seperti merasakan magnet untuk ikut juga berdiri di hadapan Tiara. Setelah mereka saling bersitatap lagi itulah, Tiara memperkenalkan diri.

"Namaku Tiara," ucap Tiara sambil mengulurkan tangannya. Bintang tadinya ingin mengabaikannya. Karena melihat Tiara terlalu lama menunggu, Bintang pun akhirnya menyambut uluran tangan itu.

"Bintang. Namaku Bintang Pramudya."

"Kau diterima di sini. Gajimu akan diberikan dua minggu sekali dan ada bonus juga jika penonton banyak memberikanmu apresiasi di akhir pekan."

"Apa?"

Bintang masih belum mengerti situasinya. Bintang bahkan tertawa kecil karena merasa seperti tengah dikelabui.

"Bukankah ini takdir?"

Bintang mengelus tengkuk lehernya bingung. Tiara lantas bersedekap sambil beriak wajah tertarik dengan Bintang yang menatapnya bingung itu.

"Takdir apa?" tanya Bintang sama sekali tak mengerti ucapan Tiara itu.

"I like you..."

Bintang mengeryit, "Apa?"

Tiara tak keberatan untuk mengulanginya. Membuat Bintang semakin menjauhkan diri melihat mata Tiara yang benar-benar seperti singa betina yang mendapatkan mangsanya.

"I'm really like you..Bintang."

"Maaf?"

"Aku suka penampilanmu, karena itu aku terima kamu bekerja di sini. Aku Tiara Maheswari, pemilik dari kafe dan resto Maheswari."

Kali ini Bintang mau tak mau menerima ucapan Tiara yang dia anggap lelucon itu setelah melihat kartu nama dan beberapa karyawan yang datang memberi salam pada Tiara.

"Kamu --"

"Yap. Aku orang yang mewawancaraimu langsung. Kemarin itu harusnya yang duduk di sini adalah pria yang kau tangkap kemarin. Tapi karena dia sudah ada di bui, maka aku menggantikannya."

Bintang merasa malu dan sungkan sendiri karena tak menyadari hal itu walaupun dia sempat merasa bahwa gadis dingin yang ia temui kemarin pasti bekerja di sini atau pemiliknya. Dan teka-teki itu akhirnya terjawab hari ini. Secara tak terduga dan terlihat sangat dramatis.

"Maaf..aku tidak mengenalimu sama sekali."

"Tidak masalah. Karena aku memang sengaja melakukannya. Dan karena aku tidak suka berhutang budi, maka aku ingin bilang terima kasih sebelum terlambat."

"Apa pekerjaan ini memang untukku?"

Tiara mengeryit bingung. Sorot mata Bintang tiba-tiba berubah ketika ia menyinggung soal berterima kasih.

"Tentu saja," jawab Tiara enteng.

"Bukan karena kau ingin balas budi?"

Tiara akhirnya mengerti apa yang dimaksud oleh Bintang. Tiara lantas menjelaskan bahwa ia sangat membedakan antara balas budi dengan merekrut seseorang untuk menjadi karyawannya. Lagi pula, Bintang pekerja paruh waktu yang belum tahu apakah bisa bertahan lama atau tidak.

"Jadi..aku melakukannya karena kafe ini memang membutuhkanmu."

"Begitu? Baiklah. Aku lega mendengarnya."

Tiara mendapatkan uluran tangan Bintang yang ia sambut dengan cepat. Mereka berakhir dengan berjabat tangan lalu saling tersenyum satu sama lain.

"Gajimu akan kuberikan dua minggu sekali. Jika ada tip, itu semua untukmu. Sebenarnya kafe ini buka pukul sepuluh, tapi untuk band datang saja pukul tiga dan pulang saat kafe ini akan tutup."

"Oke."

Bintang mendengarkan dengan mantap dan bahkan terlalu kaku. Tiara berdeham agar tak terlalu kentara jika ia ingin tertawa.

"Terkadang penyanyi di sini akan perform di hotel, jadi bersiap saja jika kupanggil. Dan ingat, aku paling tidak suka orang yang terlambat datang bekerja, mengerti?"

Bintang mengangguk, "Mengerti."

"Oke..itu saja. Dan oh ya, bagaimana dengan lukamu?" tanya Tiara yang hampir saja lupa menanyakan hal itu. Bintang melirik ke lengannya dan dia bilang sudah tidak sakit lagi.

Tiara juga mengucapkan terima kasih untuk itu. Dan Bintang menanggapinya dengan anggukan kecil.

"Aku berterima kasih karena kau menahanku. Kalau tidak, mungkin akan benar-benar terjadi pertumpahan darah di situ," tunjuk Tiara mengarah ke belakang panggung.

"Aku harap..itu jangan terjadi," saran Bintang sambil takut-takut bicara kalau dia terlalu kelewatan. Tapi ternyata Tiara senang mendengarnya. Ia lantas maju selangkah ke hadapan Bintang yang memilih mundur hingga ia tak bisa lagi mundur karena berada di tangga panggung.

Sambil mengelus lembut rambut Bintang, Tiara lantas menatap lurus Bintang akan nasehatnya tadi.

"Kita lihat saja nanti. Mungkin..kau bisa jadi tuas pengamanku."

bersambung

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel