Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Ke Hutan

"Gama? Bagaimana denganmu?" tanya Koga langsung.

"Koga, dari awal aku tahu kalau otakmu memang tak cerdas, tapi aku ingin tahu apakah kamu pernah mendengar peribahasa seperti ini. Dalam satu gunung tak mungkin ada dua ekor harimau. Kamu mengerti maksudnya?" tanya Gama.

Koga terlihat berpikir lalu menganggukkan kepalanya dengan sedikit ragu.

Dia memang sedikit banyak mengerti peribahasa itu. Artinya secara umum adalah, tak akan mungkin bagi dua orang raja berkuasa dalam wilayah yang sama. Pasti akan terjadi pertengkaran atau perpecahan setiap saat.

"Koga, disaat kamu ingin menciptakan sebuah sistem dimana terdapat seorang pemimpin di dalamnya. Kamu harus tahu kalau ada banyak individu lain di luar sana yang tidak suka menerima perintah dari orang lain. Apapun alasannya. Dan aku salah satu dari mereka," kata Gama sambil berdiri.

"Humph!! Aku yang terkuat, aku layak memimpin kalian semua," kata Koga dengan suara datar dan dalam.

"Bla bla bla bla," Gama berdiri dari tempat duduknya dan berjalan keluar sambil mulutnya menirukan ejekan untuk kata-kata Koga.

Tien ragu-ragu untuk sesaat lalu dia berjalan mengikuti bocah Negro itu.

"Aku Genius," kata Gam sambil berjalan.

"Membiarkan seseorang dengan kecerdasan otak sepertimu untuk memerintah dan mengatur aku sepanjang waktu adalah sebuah penghinaan besar bagi kecerdasanku. Hanya Tian dan mungkin Adel yang berhak memberiku nasihat di Pulau ini," gumam si Gama pelan tapi tetap jelas terdengar dalam ruangan yang hening itu.

Lalu bayangan Gama dan Tien menghilang dari kantin.

"Keparat!!!"

Bruakkkkkkk.

Koga marah besar dan menggebrak meja yang ada disebelahnya. Dia kecewa sekali. Sesaat setelah mendengarkan kata-kata sang Professor tadi, Koga dengan segera mengambil keputusan kalau dia akan menggunakan kesempatan ini untuk menjadi pemimpin semua Kandidat di Pulau.

Dan dia dengan cepat menyuruh Songlan untuk melakukan deklarasinya. Tapi ternyata, tak sesuai harapan, para pemegang ranking tertinggi itu sama sekali tak menggubrisnya.

Oke, sebenarnya, hanya satu nama saja yang diincar oleh Koga. Dan dia adalah Tian. Sedari dulu, Koga sangat mengagumi Tian.

Aju dan Adel saat ini menjadi pasangan sempurna, perfect couple, yang menjadi impian bagi Kandidat lain, tapi dihadapan Koga-Tian, Aju-Adel hanyalah sampah.

Koga, peraih skor PA tertinggi. Tian, peraih skor IC tertinggi. Kalau mereka berdua bersatu, tak ada yang akan mampu lagi untuk menghentikan mereka berdua.

Karena itu, Koga langsung berdiri dan menawari Tian secara langsung untuk berada disampingnya. Semua kandidat tahu, kalau tadi Tian mengiyakan permintaan Koga. Mereka akan menjadi King dan Queen di Pulau.

Tapi, Tian memilih manusia aneh tanpa kelebihan yang bernama Gaju.

=====

"Gaju, apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Tian.

"Aku ingin mengemasi barangku. Barang yang paling penting dan perlu saja untuk survival. Jadi aku bisa langsung melesat pergi kapan saja," kata Gaju.

"Oke. Aku setuju," kata Tian tanpa berpikir.

Adel melirik ke arah mereka berdua dengan tatapan iri.

"Gaju, aku akan ke Workshop sekarang untuk memanggil Aju. Ingat, kamu janji padaku kalau kita partner sekarang. Jangan tinggalkan kami," kata Adel sambil berlari ke arah Workshop.

Gaju dan Tian saling melihat lalu menganggukkan kepalanya. Mereka berdua kemudian berlari secepatnya ke arah kamar mereka. Waktu adalah segalanya. Dan mereka berdua sedang berlomba untuk mengejar waktu.

=====

Koga tersenyum ketika melihat ke arah sesosok gadis yang sedari tadi diam saja di tempat duduknya. Gadis kecil yang bernama Song Nam, gadis dengan feature Korea dengan rambut hitamnya yang lurus dan kulitnya yang putih dan halus.

"Song Nam, kamu ingin bergabung dengan Tim Koga?" tanya Koga pelan.

Song Nam menganggukkan kepalanya dan mukanya memerah. Saat itu semua orang tahu kalau Song Nam menyukai Koga. Terdengar suara tawa dari berbagai tempat di sekeliling mereka.

"Song Nam, kamu mengambil keputusan yang tepat. Aku tak kan mengecewakanmu," kata Koga.

Koga tak menyadari dan tak peduli bahwa sesosok gadis kecil yang berkulit putih dan bermata biru melihat semuanya dengan sedih. Bagaimana tidak? Soulmatenya sedang menerima dan merayu gadis kecil lain di depan matanya.

Em tanpa sadar menitikkan air mata.

Tapi dia tak tahu apa yang bisa dia lakukan. Sedari awal, soulmate-nya sudah mengatakan kalau dia tak suka dengan gadis kaukasia seperti dirinya.

=====

"Apa rencana kita?" tanya Aju kepada Gaju dan Tian.

Adel berdiri di sebelah Aju. Mereka berdua sudah membawa sebuah ransel berukuran besar yang telah mereka isi dengan barang-barang terpenting milik mereka.

"Sekarang belum dimulai, tapi nanti grup Koga pasti akan mulai menunjukkan dominasinya di area Komplek. Menurutku kita harus meninggalkan Komplek," kata Gaju pelan.

"Hmm. Mereka hanya buih di lautan. Banyak orangnya tapi sama sekali tak berarti apa-apa. Seharusnya mereka bukan ancaman," jawab Aju.

"Aju. Sekalipun kamu bisa mengalahkan mereka, apakah kamu sanggup untuk menghabisi mereka?" tanya Gaju.

"Maksudmu, membunuh mereka?" tanya Aju.

Gaju menganggukkan kepalanya.

Aju terdiam dan terlihat berpikir. Setelah beberapa saat dia menggelengkan kepalanya.

"Aku juga. Aku belum sampai ke kondisi itu. Aku masih belum sanggup untuk menghabisi rekan-rekanku," jawab Gaju.

"Tapi, ada beberapa kandidat yang sudah melakukan itu. Gama, Koma, Koga, dan Gasa. Merekalah sebenarnya musuh kita yang paling berbahaya. Mereka sudah pernah membunuh," kata Tian melengkapi penjelasan Gaju.

"Dari keenam pemegang ranking tertinggi, Koma menolak bergabung dengan Koga. Kalian bertiga menolak bergabung juga. Hanya tinggal Gama yang kita tidak tahu statusnya. Kalian lah yang menjadi ancaman terbesar bagi grup yang dibentuk oleh Koga. Suatu saat, bentrokan antara kelompok kita dengan mereka tak akan dapat dihindari," kata Gaju.

"Dan dia punya kelebihan, dia pernah membunuh dan bisa melakukannya lagi," lanjut Tian.

Aju dan Adel melihat Tian dan Gaju bergantian dengan wajah sedikit keheranan.

"Kalian berdua kenapa bisa kompak dan saling melengkapi gitu sih? Aneh tahu ngelihatnya!" sungut Adel.

Mereka berempat lalu tertawa kecil.

"Oke, oke. Sedari tadi, mungkin cuma aku yang masih belum paham dengan rencana kita. Jadi tolong bisa diulangi lagi?" tanya si Keling.

Melihat ekspresi si Keling, Gaju, Tian, dan Adel hanya tertawa saja.

"Dasar Otak Mesum, hanya khayalan jorok aja yang ada di otakmu," cibir Adel ke arah soulmate-nya.

"Solusinya sederhana. Kita tinggalkan Komplek untuk bertahan hidup," jawab Gaju.

"Kita tinggalkan Komplek? Lalu kita akan kemana?" tanya Aju.

"Ke Hutan," jawab Tian pendek dan tegas.

"Hentikan!!" teriak Adel.

"Aku pusing melihat kalian berdua seperti itu," sungut Adel.

Tian tertawa penuh kemenangan, "Pusing atau Iri? Sudah kubilang kan? Aku dan Gaju sudah sehati, kami berdua tahu apa yang kami pikirkan masing-masing. Mau mendapatkan Gaju? Humph!! Silakan bermimpi!" kata Tian sadis.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel