Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Day-1

Gaju menyerahkan hasil test tertulisnya dengan 10 soal yang dia kerjakan dengan salah secara sengaja. Gaju ingin terlihat ‘normal’ seperti rekan-rekannya yang lain. Tapi dia belum tahu definisi ‘normal’ karena ini adalah test pertama mereka.

Kenapa Gaju ingin terlihat ‘normal’?

Alasannya hanya satu, Gaju ingin tetap bertahan hidup di Pulau. Dia tidak tahu apakah anak-anak yang lain juga mengetahui apa yang dia ketahui, tapi Gaju ingat sekali pengalaman malam itu.

Di tempat ini, di Pulau, tidak ada sama sekali penunjuk waktu yang memberitahu Gaju dan Kandidat yang lain tentang penanggalan saat ini. Gaju dan kawan-kawannya sama sekali tidak tahu bulan apa sekarang atau tahun berapakah sekarang ini.

Para Pengurus memberitahu mereka untuk menggunakan hari kedatangan mereka sebagai acuan penanggalan mereka sendiri. Mereka menyebut hari itu sebagai Day-1.

Dan apa yang Gaju alami di Day-1 itulah yang membuatnya menjadi anak yang mudah curiga dan selalu menutup diri untuk bergaul dengan para Kandidat yang lain. Semata-mata karena pengalaman yang dia ingat di hari itu, hari pertama kali Gaju dan kawan-kawannya tersadar dan tiba di Pulau ini.

Seorang bocah merasakan sedikit rasa sakit di lengannya, tapi tak lama kemudian kepalanya terasa sakit sekali seperti mau meledak. Dengan reflek dia memegangi kepalanya dan berguling-guling diatas kasur yang sama sekali dia tidak tahu ada dimana.

Seorang yang menggunakan baju perawat dan mengenakan topeng berwarana putih polos dengan dua lubang kecil di bagian matanya mendekati bocah kecil itu dan memegangi tangannya, “kamu sudah sadar ya? Tenang ya? Rasa sakitnya hanya akan terasa sebentar saja,” suara seorang perempuan muda terdengar dari balik topeng itu, rasa iba dan kasihan jelas terdengar dari nada suaranya.

Bocah kecil itu masih terus merintih dan berguling diatas kasurnya, tapi dia masih bisa menangkap ada banyak suara lain yang mirip dengan dirinya di sekelilingnya, suara rintihan dan jeritan anak-anak yang seusia dengannya terdengar bergema dalam ruangan yang luas ini.

Di tengah suara hiruk pikuk jeritan dan tangisan anak-anak kecil itulah si bocah mendengarkan suara seorang laki-laki terdengar bergema dari sudut pojok ruangan, “biarkan mereka berlatih sekeras-kerasnya. Biarkan mereka saling menumbuhkan perasaan di antara mereka. Pada akhirnya mereka semua harus saling membunuh untuk menentukan siapa yang terkuat.”

Si bocah merasakan sakit di bagian kepalanya bertambah makin kuat setelah mendengar suara laki-laki itu sebelum akhirnya bocah kecil itu jatuh tak sadarkan diri.

Setelah itu, hal berikutnya yang dia ingat saat Day - 1 adalah ketika seorang perawat yang menggunakan pakaian dan topeng yang sama dengan sebelumnya kini sudah duduk di sebelah ranjangnya.

“Kamu sudah sadar ya?” tanya si perawat bertopeng itu dengan nada datar.

Saat itulah si bocah tersadar, perawat berseragam sama dan menggunakan topeng yang sama itu ternyata dua sosok yang berbeda, si bocah tidak lagi mendengar suara penuh kekuatiran dari perawat yang pertama sebelum dia pingsan tadi.

Dan si bocah akhirnya mendapatkan pengalaman berharga keduanya di tempat ini setelah dia tersadar. Mereka tak diharapkan untuk membangun hubungan personal apapun dengan orang-orang yang mengenakan topeng itu. Dia juga tak akan pernah tahu apakah orang yang mengenakan topeng itu masih orang yang sama atau akan berubah saat perjumpaan berikutnya.

Mereka adalah sebuah fungsi, ada hanya untuk memenuhi tugasnya, bukan sebuah keberadaan personal dimana mereka seharusnya bisa diajak untuk berinteraksi. Dan si bocah pun akhirnya memutuskan menyerah untuk mendekati orang-orang bertopeng itu, di hari pertamanya berada di Pulau.

Si bocah hanya terdiam dan melihat ke arah lubang yang seharusnya untuk mata si Perawat.

Si Perawat hanya mendenguskan napasnya, “aku tak peduli. Namamu Tiga Tujuh. Umurmu 8 tahun. Tempat ini disebut Pulau. Mulai sekarang kamu akan tinggal disini. Sebelum ini kamu sudah menerima suntikan serum genetis yang bernama Memory Eraser. Itulah yang membuatmu sakit kepala dan pingsan tadi.”

“Jadi jangan terlalu berharap untuk bisa mengingat masa lalumu. Mulai sekarang, kamu adalah Tiga Tujuh dan kamu adalah salah satu Kandidat dari empat puluh orang yang kami pilih untuk Program ini,” lanjut si Perawat itu dengan nada datar dan tanpa ekspresi, seolah-olah dia hanya membaca sebuah teks berita.

Tanpa menunggu konfirmasi dari bocah kecil yang sekarang bernama Tiga Tujuh itu, si Perawat bertopeng meninggalkan si bocah yang masih terbengong sendiri di atas ranjang dalam kamar yang berwarna serba putih itu.

Gaju mendapatkan dua pengalaman berharganya di Day-1. Karena itu, Gaju akan melakukan apapun demi survival. Termasuk berpura-pura bodoh dan lemah sekalipun. Tapi nanti pada saat waktunya diperlukan dia akan menyerang balik dengan kekuatan penuh, membuat semua musuh-musuhnya kalah tanpa persiapan.

Gaju sama sekali tidak menyadari bahwa kemampuan analisa dan berpikirnya jauh melebihi kapasitas yang seharusnya dimiliki oleh anak berusia 8 tahun. Dan Gaju juga belum menyadari kalau di test pertamanya ini dia akan membuat sang Pemimpin tertinggi di Pulau tertarik kepada dirinya.

Gaju berjalan pelan meninggalkan ruangan tempat test tertulis diadakan. Gedung itu bernama Classroom. Gedung satu lantai yang terdiri dari beberapa ruangan terpisah dan terletak ditengah-tengah Komplek Utama.

Ada beberapa ruangan lain di Classroom seperti Lab, Workshop, Audio Room dan berbagai ruangan yang memiliki fungsinya masing-masing. Tapi bagi para Kandidat yang baru berada selama dua bulan di Pulau, ruangan-ruangan itu seperti sebuah tempat yang masih belum saatnya mereka rambah.

Gaju berjalan di sebuah koridor panjang yang menyambungkan antara Classroom dengan bangunan yang berada di sebelah kirinya, Canteen. Sesuai namanya, Canteen adalah tempat dimana para Pengurus menyediakan makanan untuk para Kandidat.

Canteen dipimpin oleh seorang tukang masak yang bernama Koki. Sama seperti Pengurus yang lain, Koki juga menggunakan topeng untuk menutupi wajahnya. Selain si Koki, di Canteen juga terdapat lima orang Pelayan yang membantu Koki untuk melaksanakan fungsinya. Semua Pelayan itu juga menggunakan topeng mereka.

Setelah dua bulan, para Kandidat termasuk Gaju, sudah terbiasa dengan keberadaan Pengurus dan topengnya. Mereka menganggap manusia-manusia bertopeng itu seperti sebuah robot atau sebuah pintu, meja ataupun kursi. Mereka ada karena fungsinya.

Ketika kita ingin duduk, kita cari kursi. Sama seperti dengan mereka, ketika mereka lapar, para Kandidat akan pergi ke Canteen dan mencari si Koki dan Pelayan untuk memberikan makanan. Takkan ada penolakan, kapanpun, seberapapun. Sama seperti sebuah kursi yang tak akan pernah menolak dan memilih siapa yang mendudukinya.

Aturan itu juga berlaku untuk semua Pengurus yang ada di Komplek Utama. Para Penjaga, Para Guru, Dokter dan Perawatnya, semuanya. Mereka adalah fungsi.

Karena itu, Gaju yakin, seandainya dia melanggar larangan dan melawan para Penjaga, mereka akan menembak dirinya tanpa ampun. Karena fungsinya memang seperti itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel