Salah Paham
Keesokan harinya, pukul 11 siang Shila meminta Sam untuk mengantarnya ke SMA.
Di mana ia hendak mengambil ijazah dan menyerahkan buku untuk disumbangkan ke perpustakaan.
Sam dan Shila berangkat menuju ke SMA dengan mengendarai mobil brionya.
"Nanti paman tinggal aja enggak papa, takutnya nanti Shila lama," katanya pada Sam.
Sam menoleh sekilas, tersenyum tipis dan manis.
Tangan kekar kanannya kini meraih paha kiri Shila.
"Paman akan menunggumu sampai selesai sayang," katanya sembari mengusap- usap lembut paha Shila.
Entah kenapa usapan tangan Sam pada pahanya mampu membuat perut Shila terasa begitu geli dan jantungnya berdebar begitu hebat sekali.
"Paman di sini lama kan?" tanya Shila untuk mengalihkan rasa gugupnya saat ini.
"Tentu sayang," jawabnya sembari sesekali memainkan paha Shila.
Shila hanya manggut- manggut lalu mengalihkan tatapannya keluar jendela untuk menutupi rasa gugupnya saat ini.
Selang beberapa menit, mereka telah sampai di SMA.
Shila mengedarkan pandangannya untuk menemukan sahabatnya.
"Kenapa sayang?" tanya Sam yang mana kini tangan kanannya beralih untuk mengusap puncak kepala Shila.
"Sahabat aku mana ya?" gumamnya yang sedikit malu untuk masuk ke dalam sana sendiri.
"Bagaimana jika paman temani masuk ke dalam?"tawarinya membuat Shila langsung menoleh dan melayangkan tatapan tajamnya.
"Paman ingin tebar pesona?" Sam yang mendengar hal itu tak bisa menahan tawanya.
"Siapa yang mau tebar pesona sayang, paman hanya ingin menemanimu," elaknya dengan gemas sembari mengusap rambut belakang Shila.
"Enggak perlu, Shila bisa sendiri. Teman Shila banyak yang genit," katanya dengan ketus sembari mengedarkan pandangannya untuk melihat keberadaan sahabatnya.
Sam lagi- lagi tertawa mendengar ucapan Shila.
"Kenapa kamu begitu menggemaskan, hmmm?" tanyanya sembari meremas paha atas Shila dengan gemas.
Shila mengetatkan giginya untuk menahan suaranya.
"Udah, Shila mau masuk dulu," katanya hendak membuka pintu namun Sam menarik tangannya.
Shila menelan ludahnya kala wajahnya begitu dekat dengan Sam.
"Ada yang lupa sayang," kata Sam membuat alis Shila terangkat sebelah.
Shila melebarkan kedua matanya kala Sam mengecup singkat bibirnya.
"PAMAN!" tekannya sembari melihat kanan kiri dengan panik membuat Sam terkekeh.
"Bagaimana jika ada yang melihat? Ini di sekolahan," katanya pada Sam.
"Siapa yang peduli, aku melakukannya pada wanitaku," jawabnya dengan santai sembari mencium sekilas tangan Shila.
Shila memalingkan wajahnya kala mendengar hal itu.
"Kamu tidak ingin memberikan kecupan sebagai balasannya sayang?" tanyanya memberikan kode pada Shila.
Shila langsung menarik tangannya dari genggaman Sam.
"Aku tidak memintanya tadi," katanya yang langsung bergegas keluar dari dalam mobil.
Sam yang melihat hal itu hanya bisa tertawa dan sedikit kecewa kala ia tak mendapatkan balasan dari Shila.
"Kenapa sulit sekali mendapatkan sentuhan darinya," gumam Sam heran.
Sembari menunggu Shila, kini Sam mengaktifkan ponselnya untuk melihat keadaan kantornya.
Tuk tuk
Sam menoleh kala kaca jendelanya diketuk.
Betapa terkejutnya ia kala melihat Hiro di luar mobilnya.
Dengan cepat Sam keluar dari dalam mobilnya.
"Hiro? Bagaimana bisa kau di sini?" tanyanya dengan sedikit panik dan sesekali melihat ke arah gerbang sekolah.
"Kau lupa, aku memasang chip di semua mobilmu?" tanyanya balik pada Sam.
Sam berdecak merasa seperti buronan saat ini.
Sam langsung menarik Hiro sedikit menjauh dari mobilnya.
"Apa yang kau lakukan di sini? Apa kau tahu, mama sangat mencemaskanmu," katanya dengan sedikit kesal kala melihat Sam pergi jauh untuk menghindari perjodohan ini.
Sam menghembuskan napas panjang.
"Kau tahu sendiri, aku tak ingin menikah dengan Aluna. Aku ingin menikah dengan wanita pilihanku sendiri. Jadi, tolong jangan terus paksa aku untuk menikah dengan Aluna," tegas Sam mengungkapkan rasa hatinya.
Hiro menatap Sam dengan lekat dan wajah yang datar.
"Kau sungguh baik- baik saja?" tanya Hiro membuat Sam mengerutkan keningnya.
"Apa aku terlihat gila?" tanya balik Sam membuat Hiro menghembuskan napas kasar.
"Ayo kita pulang, mama sungguh mencemaskanmu," bujuk Hiro membuat Sam menyipitkan matanya.
"Jangan bilang jika kau sengaja kemari untuk kau laporkan pada mama? Aku akan mengulitimu secara hidup- hidup saat kembali ke Milan nantinya," ancamnya pada Hiro.
"Apa kau kira aku secepu itu? Jika mau aku sudah kemari sejak kemarin, sayangnya aku sangat mencemaskan mama," katanya dengan tulus dan jujur.
"Wah kau terdengar seperti putra yang baik, apa aku sebenarnya anak pungut? Sikapmu lebih baik dariku," ketus Sam yang terdengar cemburu dengan Hiro.
"Apa kak Andre tinggal di daerah ini?" tanya Hiro sembari mengedarkan pandangannya membuat Sam mengangguk sekilas.
"10 tahun kau menembunyikan keberadaannya. Bagaimana cara kalian berkomunikasi tanpa mama tahu?" gumam Hiro heran.
Sam hanya menghembuskan napas berat dan mengingat bagaimana 10 tahun ini ia berkomunikasi dengan Andre secara diam- diam dari mamanya.
Sam hanya tak ingin Andre merasa bersalah atas kematian papanya.
Dan sebenarnya juga bukan salah Andre atas kematian papanya.
Mamanya saja yang salah paham dengan Andre.
Hingga Sarah memutuskan hubungan dengan Andre.
Di sisi lain ada Shila dan Abel yang baru saja selesai mengambil ijazah.
"Apa kamu akan kembali ke Blossom?" tanya Shila yang tampak berat untuk berpisah dengan Abel.
"Ya, sementara waktu ini aku akan kembali ke Blossom, ibu semakin parah," katanya dengan nada suara yang pilu membuat Shila langsung memeluknya.
"Jika aku punya waktu, aku akan datang bersama ayah dan ibu nantinya," katanya sembari mengusap lembut punggung Abel.
Abel hanya mengangguk dan menguraikan pelukan Shila.
"Aku harus cepat kembali, ayah akan berangkat kerja untuk shif malam. Kasihan ibu enggak ada yang jaga," katanya yang terlihat terburu- buru untuk pergi.
Shila hanya mengangguk di mana ia menggenggam erat tangan Abel enggan melepasnya.
"Tenang saja, kita masih bisa telponan, jika sempat aku juga akan sering main ke sini," kata Abel sembari melepas pelan tangan Shila.
Mata Shila sudah berkaca- kaca membuat Abel yang hampir menitikkan air mata bergegas untuk pergi sebelum air matanya keluar.
Shila memperhatikan Abel yang menaiki bus menuju kota.
Bersamaan dengan itu, cairan bening turun dari pipi Shila.
"Ah kenapa aku menangis," gumamnya sembari menyeka air matanya.
Shila lalu bergegas untuk menghampiri Sam yang mungkin sudah terlalu lama menunggunya.
"Dengan siapa paman berbicara?" gumam Shila kala melihat Sam berbicara dengan Hiro.
Shila lalu menghampiri Sam.
"Ayo pulang sekarang, mama sangat mencemaskanmu. Jika kau tak ingin menikah dengan Aluna sekarang, kau bisa menundanya, lagian perjodohan kalian sudah direncanakan sejak lama," kata Hiro yang terus membujuk Sam untuk kembali ke Milan.
Brugh
Sam dan Hiro menoleh kala Shila tak sengaja menjatuhkan ijazahnya.
"Shila," gumam Sam terkejut.