Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Mencari Sam

Di Milan

Keesokan pagi ada Mira yang termenung di meja makan.

Tatapannya terlihat sangat kosong sekali di mana ia tengah memikirkan banyak hal.

"Kemana dia pergi?" gumamnya yang tengah mencemaskan dan memikirkan keberadaan Sam saat ini.

Sudah kesekian kalinya Mira menelpon Sam namun tak ada jawaban sama sekali.

"Tidak biasanya ia pergi seperti ini, biasanya ia akan pulang pagi hari. Lalu kemana ia sekarang?" gumam Mira yang tak bisa berhenti was- was.

Bahkan semalaman suntuk Mira sulit untuk tidur hanya memikirkan keberadaan Sam.

"Ma," Mira dengan reflek langsung menoleh kala mendengar panggilan tersebut.

Ternyata Hiro.

"Kamu Ro, mama kira Sam," katanya yang terdengar sedikit kecewa.

Hiro lalu duduk di depan Mira.

"Apa kamu akan ke kantor?" Hiro mengangguk membuat Mira menghela napas gusar.

Hiro bisa melihat bagaimana cemasnya Mira saat ini.

"Mama tenang aja, Hiro bakal cari Sam sama temen- temennya nanti," katanya mencoba menenangkan Mira agar berhenti was- was.

Mira menatap Hiro dengan sendu.

"Menurutmu apa Sam marah sama mama?" tanya Mira akan pendapat Hiro.

Hiro menggelengkan kepalanya sembari menuangkan air ke dalam gelas.

"Dia tak akan marah, mungkin ia sedang pergi untuk menenangkan diri," jawabnya sembari menyodorkan segelas air pada Mira.

Mira menenggak segelas air putih itu untuk menenangkan dirinya.

Hingga ia teringat akan sesuatu yang mengejutkan.

"Ro," panggilnya dengan pelan dan mata yang sedikit terbuka.

"Ya?" sahut Hiro yang sedikit memajukan tubuhnya.

"Jangan- jangan Sam menghampiri Andre?" tebaknya yang tepat sekali di mana hal itu juga baru terpikirkan oleh Hiro.

"Bisa jadi ma," kata Hiro membenarkan.

Mira memijit pelipisnya sembari mencoba mengingat sesuatu.

"Tapi di mana ia tinggal sekarang? Sudah 10 tahun mama tidak mendengar kabarnya lagi, mungkin Sam pernah cerita sama kamu di mana Andre tinggal?" tanya Mira berharap Hiro tahu sesuatu tentang Andre.

Hiro menggeleng dengan pelan membuat Mira lagi- lagi membuang napas beratnya.

"Mama tenang aja, Hiro akan berusaha untuk mencari tahu di mana Andre tinggal sekarang," katanya yang langsung beranjak dari kursinya.

Mira hanya mengangguk pelan dan berharap penuh pada Hiro saat ini.

"Cepat hubungi mama jika kamu menemukan sesuatu tentang Andre," pesannya pada Hiro.

Hiro hanya mengangguk dan bergegas pergi keluar.

"Entah kenapa aku merasa takut saat ini. Aku sangat penasaran dengan siapa wanita yang akan dia bawa pulang ke rumah," gumam Mira yang mengingat ucapan Sam malam itu tentang wanita yang akan ia bawa pulang.

Hingga timbul rasa takut dalam diri Mira kala ia baru mengingat sesuatu yang sejak dulu ia khawatirkan.

"Kuharap apa yang kupikirkan tidak akan terjadi," gumamnya sembari menggelengkan kepalanya pelan.

•••

Desa Pinus

Ada Sam yang kini sudah bergulat di dapur sejak tadi pagi.

Di mana ia dengan semangat dan penuh antusias untuk masak pagi ini.

PRAK

BRUGH

Sam menoleh dengan kaget kala mendengar suara keras dari arah kamar Shila.

Dengan cepat ia mematikan kompornya dan berlari untuk memeriksa Shila.

Sam masuk ke dalam kamar Shila dan terlihat Shila sudah duduk di lantai dengan handuk yang melilit tubuhnya.

"Paman," rengeknya dengan wajah yang lucu saat Sam menghampirinya.

Sam dengan raut wajah yang cemas dan panik langsung mendekati Shila.

"Apa kamu terluka? Bagaimana kamu bisa jatuh?" omelnya sembari mengangkat tubuh Shila untuk di bawa ke ranjang.

Sam mendudukkan Shila di atas ranjang di mana ia baru sadar akan sesuatu.

Paha mulus Shila yang terekspos dengan sempurna kala ia mendudukkan Shila.

Sam baru sadar jika Shila bukan mengenakan jubah mandi melainkan handuk sebatas dada hingga paha bagian atas.

"Tadi lantainya licin banget," adu Shila sembari melihat lututnya yang merah.

Sam berdeham dan memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Paman kenapa?" tanya Shila saat Sam hanya diam tak mengatakan apapun.

"Apa di rumah tidak ada jubah mandi?" tanya Sam sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar Shila demi menghindari sesuatu yang menggoda imannya.

"Ada sih, cuma sama ibu belum dicuci, jadi aku pakai handuk ini aja, emang kenapa?" tanya Shila yang belum menyadari keadaan sekarang.

Sam menatap Shila dan sekilas tatapannya tertuju pada paha mulus yang terlihat putih bersih seperti susu tersebut.

"Lain kali gunakan jubah mandi saat tidak ada orang di rumah, kamu paham?" pesannya pada Shila.

Shila dengan bingung hanya mengangguk ragu.

"Paman boleh minta tolong ambilkan kaos Shila di almari? Lutut Shila sakit banget," pintanya yang diangguki oleh Sam.

Dengan cepat Sam mengambil baju untuk Shila.

Tak lama ia kembali dengan kaos oblong warna putih dan celana panjang.

"Paman akan obati lututmu sebelum kau memakai celana," kata Sam sembari meletakkan bajunya di tepi ranjang dan mencari kotak obat.

Sam lalu kembali dengan kotak kecil yang berisi obat- obatan.

"Lain kali perhatikan jalanmu, jangan sampai tergelincir lagi. Atau gunakan sandal rumah mengingat lantai kamarmu sangat licin," beritahu Sam pada Shila sembari meneteskan obat merah pada lutut Shila.

Shila yang mendengar hal itu hanya tersenyum.

"Pantas saja wanita di luaran sana berebut untuk menjadi istri paman, siapa yang tidak jatuh cinta dengan sikap manis paman seperti ini," kata Shila membuat Sam tersenyum tipis.

"Lalu apa kamu jatuh cinta dengan paman atas sikap manis ini?" tanyanya sembari sesekali meniup lutut Shila.

Shila menelan salivanya, rasa dingin dari tiupan Sam mampu membuat bulu kuduk Shila berdiri hingga ia tak bisa berkata apa- apa.

Sam mendongak, menatap Shila dengan lekat kala tak ada jawaban apapun darinya.

"Kenapa, kamu berubah pikiran?" tanya Sam dengan rasa cemas dalam dirinya.

Shila mendekatkan wajahnya pada Sam.

"Aku sudah menaruh rasa pada paman sejak awal paman kemari, lalu bagaimana mungkin aku berubah pikiran," katanya memberitahu Sam.

Sam yang mendengar hal itu mencoba mencari kebohongan dalam manik mata Shila.

Namun nihil, ia tak menemukan kebohongan itu.

Sam langsung merengkuh tengkuk Shila, melumat brutal bibir tipis yang selalu menarik perhatiannya tersebut.

Ciuman itu semakin dalam di mana Sam enggan untuk memberikan kesempatan Shila bernapas.

Perlahan tangan Sam mengusap lembut lutut Shila hingga merambah ke atas.

"Akhhh...," desah Shila kala Sam meremas sekilas pahanya.

Shila membuka kedua matanya kala Sam menghentikan ciumannya.

Keduanya saling beradu pandang sembari mengatur napas masing- masing.

"Entah kenapa semua yang ada dalam dirimu begitu candu dan memabukkan, sepertinya paman mulai serakah untuk bisa memilikimu," gumamnya pelan membuat Shila tersipu malu.

"Apa paman yakin dengan hubungan ini?" tanya Shila untuk kesekian kalinya yang mana hal itu membuat Sam geram.

Cup

Jantung Shila berdebar kala mendapatkan kecupan singkat dari Sam.

"Berapa kali paman harus memberitahumu, paman akan melakukan apapun untuk kita bisa bersama," katanya sembari membelai pipi Shila.

"Melakukan apa?" tanya Shila dengan wajah yang terlihat menggemaskan di mata Sam.

"Segalanya. Termasuk menabur banyak benih dalam rahimmu," jawabnya sembari mendorong Shila untuk berbaring.

Sam kembali melumat bibir Shila dengan tangan yang bergerilya bebas di paha mulus keponakannya.

Shila yang mendengar jawaban Sam barusan antara malu dan ingin tertawa.

Meski mustahil entah kenapa Shila merasa yakin dengan ucapan Sam barusan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel