Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Apa Bisa?

Lama Sam terdiam dengan permintaan Shila barusan.

"Kenapa, paman tidak mau?" tanya Shila saat Sam hanya diam enggan menjawab.

Sam berdeham dan memalingkan wajahnya untuk menghilangkan rasa panas pada telinganya.

"Cuma tidur doang kok," rengeknya sembari menarik- narik dengan lucu kemeja hitam Sam.

"Tapi Shil...," Shila langsung memotong ucapan Sam.

"Yaudah kalau pamn enggak mau, Shila akan tidur sendiri," rajuknya yang langsung berbaring dan membelakangi Sam.

Sam menghembuskan napas panjang hingga ia naik ke atas ranjang.

"Baik, akan paman temani kamu tidur," katanya sembari ikut berbaring di belakang Shila.

Sam menepuk pelan punggung Shila agar ia cepat tertidur.

"Paman," panggilnya yang tiba- tiba saja berbalik menghadap Sam.

Jujur Sam sedikit terkejut dengan hal itu, apalagi jarak mereka sangat dekat sekali.

Bisa dihitung berapa kali Sam menelan salivanya sejak tadi.

"Kenapa paman tadi mengatakan pada mereka semua jika aku calon istrimu? Bagaimana jika mereka mempercayainya?" tanya Shila sembari memainkan kancing kemeja Sam.

Sam hanya diam dan mengagumi kecantikan Shila saat ini.

"Syukurlah jika mereka mempercayainya," jawab Sam membuat Shila memukul dada bidang Sam.

"Mereka akan meledekku saat tahu jika kau pamanku," dumel Shila yang kesal dengan Sam.

"Oh jadi kau malu punya paman sepertiku? Baiklah, besok aku akan memberitahu mereka jika aku pamanmu, bukan calon suamimu," rajuk Sam yang mana hal itu membuat Shila tertawa.

Sam mengamati lekat wajah cantik Shila ketika tertawa.

"Kenapa paman tak kunjung menikah juga, cepat cari wanita dan menikahlah, agar aku bisa mempunyai kakak ipar yang bisa kuajak pergi berbelanja atau pergi ke salon," katanya pada Sam.

Sam membuang napasnya lega dan menatap Shila kembali.

"Sepertinya paman tidak akan menikah," Shila menyipitkan tatapannya.

"Kenapa begitu, paman sangat tampan dan berotot, pasti banyak wanita di Milan yang tertarik dengan paman," puji Shila sembari memainkan bahu kekar Sam yang begitu kekar tersebut.

"Tapi paman tidak tertarik dengan mereka," jawabnya membuat Shila berdecak kesal.

"Lalu beritahu Shila bagaimana kriteria istri paman, biar Shila carikan wanita di desa sini," katanya dengan lucu membuat Sam terkekeh.

Sam lalu berpikir sembari menatap arah lain.

"Ia lulusan SMA, cantik, pintar masak, baik, sangat peduli dengan orang lain, menjadi dirinya sendiri, dan terakhir ia bercita- cita ingin menjadi seorang desainer terkenal di kota Milan," jelas Sam sembari membayangkan seseorang.

Shila hanya diam saat kriteria yang terakhir mengarah padanya.

Tidak mungkin, tidak hanya Shila yang ingin menjadi desainer, banyak perempuan di luar sana yang juga memiliki cita- cita seperti itu.

"Ahh paman cari aja sendiri, Shila tidak bisa membantu," katanya pada Sam sembari asyik memainkan kancing kemeja Sam.

"Paman sudah menemukannya," kata Sam membuat Shila mendongak hingga tatapan mereka saling bertemu.

"Siapa?" tanya Shila dengan spontan membuat Sam sedikit mendekatkan wajahnya pada Shila.

Shila sedikit gugup saat ini kala ia bisa merasakan hembusan napas Sam.

"Kamu," jawabnya dengan lirih di mana mata mereka saling memandang satu sama lain dengan waktu yang lama.

"Ahh apa candaan pria dewasa seperti ini?" tanya Shila yang langsung diam saat Sam memegang tangannya.

Keduanya kembali bertatapan.

"Lain kali jangan mengajak pria dewasa untuk berbaring bersama di atas ranjang seperti ini," beritahu Sam pada Shila dengan jarak wajah yang tak hanya dekat namun hampir bersentuhan.

"Kenapa?" tanya Shila sekali lagi.

Sam memejamkan matanya kala hidung mereka bersentuhan.

"Siapa yang bisa menahan diri saat berbaring dengan gadis cantik sepertimu," jawabnya yang langsung menempelkan bibirnya pada bibir manis Shila.

Shila memejamkan matanya kala bibir Sam menempel pada bibirnya.

Sam langsung bangun membuat Shila membuka kedua matanya.

"Paman akan kembali ke kamar, panggil paman jika kamu perlu sesuatu," pesannya yang hendak turun dari ranjang.

"Apa bisa...?" tanya Shila membuat Sam berhenti.

Sam diam di tepi ranjang dan perlahan menoleh ke arah Shila.

"Apa kita bisa menjalani hubungan lebih dari sebatas keponakan dan paman?" tanya Shila melanjutkan ucapannya.

Sam yang mendengar hal itu antara tak percaya juga sedikit terkejut.

Ternyata Shila paham dengan maksud ucapannya barusan.

Shila mendekat pada Sam di mana hal itu sangat tidak aman untuk jantung dan hati Sam saat ini.

"Jangan bilang jika paman menyukaiku?" tebak Shila dengan penuh percaya dirinya.

"Kenapa kamu sangat percaya diri sekali? Paman hanya bercanda," elak Sam yang mana ia masih enggan untuk mengakui perasaannya.

"Oh ya? Lalu kenapa paman mengatakan pada mereka tadi jika aku calon istrimu dan hanya milikmu saat paman bisa mengatakan jika aku keponakanmu?" tanya Shila yang mana hal itu mampu membuat Sam terdiam.

Sam yang sejak tadi gagal fokus dengan bibir Shila, dengan spontan meraih tengkuk Shila dan melumatnya brutal.

Shila membulatkan kedua matanya, antara terkejut juga tersenyum tipis karena senang.

Sam membuka kedua matanya saat Shila menahan dada bidangnya.

"Paman belum menjawab pertanyaanku," kata Shila membuat Sam mencecap sekilas bibirnya yang terasa manis karena bibir Shila barusan.

Sam langsung mendorong Shila untuk berbaring dan menindih sebagian tubuhnya.

"Apa lagi yang perlu dijawab saat kamu mengetahui sendiri jawabannya," kata Sam sembari menciumi pipi Shila.

Shila tersenyum malu dan sesekali menggigit bibir bawahnya saat ia merasa gugup.

Cup

Shila terkejut saat mendapatkan kecupan singkat dari Sam.

"Dari mana kamu memiliki kebiasaan buruk seperti ini," gumam Sam sembari mengusap lembut bibir bawah Shila.

"Paman pasti punya kekasih kan di sana?" Sam menggelengkan kepalanya.

"Bohong, masak pria setampan paman tidak memiliki kekasih? Pasti mantan paman banyak kan?" Sam kembali menggeleng.

Shila yang geram dengan Sam spontan memukul dada bidangnya.

"Apa sayanggg?" tanya Sam dengan geram.

"Mana ada pria yang tahan tidak berhubungan dengan wanita, buktinya paman tadi bilang jika pria dan wanita tidak boleh sekamar apalagi seranjang bersama, bukankah Milan sangat bebas?" tanya Shila yang terlihat sangat kesal sekali yang mana hal itu membuat Sam semakin senang dan terkekeh pelan.

"Kamu sedang mengintrogasi paman? Percaya atau tidak kamu bisa menanyakan pada teman- teman paman nantinya, paman tidak pernah dekat atau berhubungan dengan wanita manapun," kata Sam menegaskan pada Shila.

"Dan untuk pria dan wanita yang seranjang, itu hanya berlaku untukmu sayang. Paman tidak bisa menahan diri saat berada di dekatmu, berbeda halnya dengan wanita lain, paman tidak tertarik atau terangsang oleh mereka sekalipun mereka telanjang di depan paman," katanya pada Shila.

Shila yang mendengar hal itu mendadak pipinya terasa sangat panas saat ini.

"Kenapa pipimu sangat merah? Apa kamu sakit?" goda Sam yang tahu jika keponakannya sedang tersipu malu.

Shila berdecak dan memalingkan wajahnya dengan senyum yang manis.

Sam yang melihat hal itu tertawa kecil dan mencumbui leher jenjang Shila.

"Tapi paman," ucapan Shila barusan sontak langsung menghentikan aktivitas Sam.

"Bagaimana jika ayah dan ibu tahu, mereka pasti akan sangat marah dengan kita," tanya Shila yang mencemaskan akan hal itu.

Sam membelai rambut Shila dengan lembut.

"Bagaimana jika kita sudahi saja sebelum berjalan lebih jauh?" tawari Shila yang mana ia langsung mendapatkan tatapan tajam dari Sam.

"Sekalipun harus menentang mamaku atau orang tuamu, paman akan melakukannya selagi bisa bersamamu," kata Sam sembari menempelkan keningnya dengan kening Shila.

Shila memejamkan kedua matanya merasa bimbang dengan perasaannya sendiri saat ini.

"Lalu apa yang harus kulakukan disaat aku sudah terlanjur menaruh perasaan pada paman?" gumam Shila bertanya membuat hati Sam yang mendengarnya berdebar begitu cepat sekali saat ini.

"Paman akan melakukan apapun untuk kita bisa bersama," katanya yang kemudian kembali melumat bibir Shila dengan lembut.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel