Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Permintaan Shila

Warung Pak Hasan

Shila langsung mencari keberadaan Lion di tengah banyaknya anak muda yang berkumpul.

"SHILA!" panggil pak Hasan.

Shila langsung berlari menghampiri pak Hasan.

"Cepat Shila, bawa pergi Lion, ia menghajar semua orang yang ada di dekatnya," kata pak Hasan sembari menarik tangan Shila masuk ke dalam warungnya di tengah banyaknya para anak muda yang nongkrong.

Shila melihat Lion menghajar warga sekitar hingga babak belur.

Dengan cepat ia langsung melerainya.

"Lion!" panggil Shila keras membuat Lion berhenti memukuli warga tersebut dan menoleh.

"Shi-la," gumamnya terbata sembari berusaha untuk bangun.

"Kamu kemari? Untuk mencariku?" tanyanya sembari memegangi kedua tangan Shila dengan senyum yang lebar dan senang.

Shila yang sedikit takut dengan Lion kini hanya bisa mengangguk.

Lion langsung memeluk erat Shila dengan senyum sumringahnya.

Brugh

Shila terperanjat kaget saat seseorang mendorong Lion hingga terhuyung ke belakang.

"Kau kira kau siapa hah, main hajar semua orang aja? Jangan kau kira karena kau berandalan sekolah dan sedang mabuk, kau bersikap sok jagoan dan menghajar warga di sini," kata laki- laki jangkung berambut ikal tersebut.

Shila langsung menghadang Lion yang hendak menyerang pria jangkung tersebut.

"Lion tolong tahan diri kamu, jangan berantem," kata Shila melerai.

Brugh

Lion mendorong ke samping Shila, matanya sudah buta dengan amarah saat ini.

Keduanya baku hantam diikuti anak buah yang lainnya.

Kini suasana menjadi riuh dan sangat kacau.

Shila menutup kedua telinganya dengan rasa takut saat ia berada di tengah mereka yang sedang baku hantam.

Ia tak bisa keluar.

Ia sangat takut dengan mereka semua.

Shila harus apa?

Brugh

Shila terjerembab di lantai sembari memegangi telinganya dengan takut dan menahan tangisnya.

DOR

Shila terperanjat kaget saat mendengar suara tembakan begitu juga dengan mereka semua yang langsung berhenti bertengkar.

Terlihat Sam menodongkan pistolnya pada mereka semua sembari mengedarkan pandangannya untuk menemukan Shila.

Sam langsung berjalan menghampiri Shila yang duduk di lantai sembari menutupi kedua telinganya.

Mata tajam Sam mengarah pada penampilan Shila yang hanya mengenakan celana pendek dan hoodie.

Sam menatap biang kerok dari ini semua di mana tatapannya tidak salah tertuju pada Lion dan laki- laki jangkung yang sudah babak belur tersebut.

"Polisi akan menjemput kalian besok," kata Sam pada mereka berdua lalu mengangkat tubuh Shila.

Lion yang melihat hal itu langsung menahan lengan kekar Sam.

"Siapa kau? Kenapa kau membawa Shila? Ia akan pulang denganku, dia kekasihku," kata Lion memberitahu Sam.

Sam menatap datar Lion dan melihat penampilannya yang begitu berandalan.

Lalu tatapan Sam beralih pada Shila yang terlihat begitu ketakutan dengan Lion.

"Jangan temui atau meminta Shila kemari, atau aku akan mematahkan tangan dan kakimu, kau paham?" peringati Sam pada Lion.

Lion tersenyum meremehkan sembari meludah karena bibirnya yang berdarah.

"Kau tua bangka tahu apa urusan anak muda, pulang dan urus saja istrimu," kata Lion yang mana hal itu mengundang gelak tawa seisi warung.

Sam mencoba sabar dan masih memegang erat pistolnya sembari memegang erat tubuh Shila.

"Yaaa, kau ingin masuk kantor polisi?" tanyanya pada laki- laki jangkung itu.

Laki- laki jangkung itu menggelengkan kepalanya.

"Pegang tangan dan bungkam mulutnya!" perintahnya pada laki-laki tersebut.

Dengan cepat ia langsung memegang kedua tangan Lion dibantu temannya untuk membungkam mulutnya.

Sam lalu mendekat dan melemparkan senyum smirk pada Lion.

Lion sedikit melebarkan pupilnya kala merasakan pistol Sam menempel pada perut sebelah kanannya.

"Jangan lagi menemui atau meminta Shila kemari, sebelum aku meledakkan perutmu dengan pistolku, kau paham?" Lion dengan ketakutan mengangguk dengan sangat antusias.

Sam tersenyum remeh kala melihat wajah tengil Lion yang kini begitu ketakutan.

Sebelum keluar dari warung Hasan, Sam mengatakan sesuatu pada mereka semua yang ada di sana terutama untuk Lion.

"Dia calon istriku! Dia hanya milikku!" klaim Sam di hadapan mereka semua membuat Shila yang sejak tadi memeluk erat leher Sam sedikit terkejut dengan pernyataan tersebut.

Kini mereka berdua sudah sampai rumah.

Di mana Shila lebih takut saat ini karena Sam yang hanya diam saja sejak perjalanan tadi.

Sam membawa Shila ke kamar tanpa mengatakan apapun.

"Di mana kotak obatnya?" tanya Sam setelah mendudukkan Shila di atas ranjang.

Shila hanya menunjuk meja belajarnya membuat Sam langsung mengambilnya.

Sam kembali ke ranjang dan mengobati punggung tangan Shila yang tadi terkena pijakan mereka saat baku hantam.

"Bagaimana paman bisa tahu jika aku di sana?" tanya Shila pelan untuk menghilangkan rasa canggung dan takutnya saat ini.

Sam melihat sekilas Shila lalu meniup punggung tangan Shila yang baru saja ia olesi obat merah.

"Kata tetangga sebelah kau berlari begitu cepat menuju ujung jalan, kemana lagi jika bukan ke warung kopi yang banyak anak mudanya itu," jawabnya dengan datar dan sedikit ketus.

Shila diam- diam tersenyum tipis.

"Pati mereka mengira jika paman seorang polisi," kata Shila dengan tawa kecilnya membuat Sam menyipitkan tatapannya.

Shila langsung berhenti tertawa kala melihat tatapan pamannya.

"Kau masih bisa tertawa sekarang setelah terluka?" tanyanya dengan sedikit ketus dan galak.

Shila langsung diam dan menatap tangan Sam yang memegang tangannya.

"Bagaimana bisa kamu pergi ke sana sendiri tanpa memberitahu paman, apa kamu tahu jika mereka adalah predator yang bisa menerkammu kapan saja? Lihat penampilanmu, pakai celana pendek lagi. Kau kira tadi paman tidak tahu jika tatapan mereka semua tertuju padamu?" omelnya pada Shila dengan panjang lebar.

Shila hanya diam dan fokus menatap punggung tangannya.

Sam menghembuskan napas pelan lalu kembali meniup punggung tangan Shila.

"Maaf jika ucapan paman sedikit keras dan kasar," kata Sam yang merasa bersalah dan takut jika Shila membencinya.

"Kenapa paman minta maaf seharusnya kan Shila yang minta maaf," gumamnya lirih.

Sam tersenyum tipis lalu terbesit di pikirannya untuk menanyakan hal tadi.

"Apa kamu ke sana karena berandalan itu yang memanggilmu? Karena dia kekasihmu?" Shila menggelengkan kepalanya keras sembari menatap Sam.

Dan entah kenapa hal itu membuat hati Sam terasa lega dan jantungnya berdebar begitu hebat saat ini.

"Dia bukan kekasihku, sudah 3 tahun sejak SMA ia terus mengklaimku sebagai kekasihnya, ia bahkan pernah menghajar teman laki- lakiku, tak hanya itu, terkadang ia juga sangat kasar saat aku menolak pulang bersamanya," adu Shila pada Sam.

"Udah tahu dia gila kayak gitu kenapa kamu samperin tadi? Cowok enggak jelas kayak preman gitu aja diladenin, jangan lagi mau dekat atau bertemu dengannya, ia sangat berbahaya," peringati Sam yang terlihat sangat marah sekali saat mendengar pengakuan Shila barusan.

"Karena kalau aku enggak dateng, ia akan terus menghajar semua orang yang ada di sana, mau enggak mau aku harus datang untuk mencegah keributan yang ia lakukan," bela diri Shila membuat Sam membuang napas gusar sembar menutup kotak P3K nya.

"Apa ayah dan ibumu tahu?" tanya Sam yang curiga jika kakaknya tidak tahu soal ini.

Shila hanya diam dan menatap Sam dengan sendu.

"Tolong jangan beritahu ayah ibu, aku tidak mau mereka terus kepikiran tentangku," mohonnya sembari memegang tangan Sam.

Sam kembali menghembuskan napas pelan.

Sam lalu merengkuh Shila ke dalam pelukannya dan mengusap lembut punggungnya.

"Paman akan melindungimu," gumamnya pelan sembari menciumi lembut puncak kepala Shila.

Shila menguraikan pelukan Sam dan menatapnya dengan dekat.

"Temani Shila tidur malam ini," pintanya sedikit berbisik membuat Sam diam tertegun menatap Shila.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel