Minta Tolong
Ceklek
Glek
Sam langsung memalingkan wajahnya saat melihat keponakannya hanya mengenakan kaos oversize dan celana pendek sebatas paha.
"Maaf paman kira kamu masih tidur," ujar Sam yang terlihat sedikit gelagapan.
Shila yang melihat kehadiran pamannya terperangah bukan main.
"PAMAN!" pekik Shila yang langsung berhambur ke pelukan pamannya.
Brugh
Shila memeluk erat Sam dengan sedikit berjinjit.
Sam sedikit terkejut dengan pelukan mendadak Shila lalu detik kemudian ia tersenyum tipis sembari mengusap punggung keponakannya.
"Paman kapan datang?" tanya Shila yang langsung menarik tangan Sam untuk masuk ke dalam kamarnya.
Sam sedikit gugup juga canggung saat ini kala Shila mengajaknya duduk di atas ranjang.
"Mana istri paman?" tanya Shila sembari melihat ke arah ambang pintu.
Sam berdecak dan mengacak- acak rambut Shila.
"Paman belum menikah, kenapa kalian bertiga begitu menyebalkan sekali, kenapa terus menanyakan istri sejak tadi," dumelnya membuat Shila tertawa kecil.
"Oh ya, ini untukmu," kata Sam sembari memberikan paper bag warna hitam itu pada Shila.
"Wah, apa ini hadiah? Apa isinya?" tanya Shila yang begitu antusias dalam membuka paper bagnya.
Shila terdiam saat melihat isinya, laptop dan ponsel.
Dan keduanya merupakan keluaran terbaru.
"Paman, ini sungguh untuk Shila?" Sam mengangguk dengan tulus di mana senyumnya tidak pudar sedikitpun sejak tadi.
Shila langsung memeluk erat Sam dan terus mengucapkan kata terima kasih.
Sam berusaha menetralkan detak jantungnya yang begitu berisik sekali saat ini.
"Kamu tidak sekolah?" tanya Sam yang langsung menguraikan pelukannya kala detak jantungnya semakin tidak terkontrol saat ini.
"Shila baru saja lulusan kemarin hari, kini tinggal menunggu ijazahnya keluar," jawabnya sembari mengamati ponsel barunya.
Sam manggut- manggut pelan.
"Shila Sam, ayo kemari. Waktunya kita sarapan," teriak Maura dari meja makan.
Dengan cepat mereka bergegas menuju meja makan di mana Sam sedikit terganggu dengan celana pendek Shila.
"Ayah ibu, apa kalian tahu paman membelikanku apa?"tanya Shila mencoba meminta ayah ibunya untuk menebak.
Andre dan Maura tampak berbinar dan menatap Sam sekilas lalu menatap Shila.
"Ponsel dan laptop keluaran terbaru," sorak Shila dengan girang membuat Sam tertawa kecil sedangkan Andre dan Maura tampak menghela napas gusar.
"Kenapa kau begitu memanjakannya, kau tidak perlu membelikan sesuatu yang mahal untuknya, ia sudah besar, ia sudah bisa mencari uang sendiri," beritahu Maura pada Sam.
"Enggak papa kali kak, cuma sekali aja," jawabnya sembari mengambil nasi.
Tuk
"Aww," ringis Sam kala Maura memukul tangannya dengan sendok.
"Sekali katamu, lalu bagaimana dengan motor dan sepeda yang dulu kau belikan untuknya yang baru masuk kelas 1, hah? Kau bahkan juga membelikan ia banyak mainan hingga aku lelah setiap jam membereskan rumah ini yang menjadi gudang permainan karena ulahmu," omel Maura membuat mereka bertiga tertawa bersama.
"Udah- udah ayo kita makan, keburu siang. KIta harus pergi ke kebun juga hari ini," kata Andre melerai agar sarapan cepat berlangsung.
Sam terlihat begitu bahagia sekali di sini, sejak tadi senyumnya tak sedikitpun pudar dari bibirnya.
Terlebih ia begitu mengagumi keponakannya yang kini sudah tumbuh besar dan cantik jelita.
"Oh ya Sam, berapa hari kamu di sini?" tanya Andre yang baru teringat sesuatu.
Sam mengunyah makanannya sembari berpikir tentang hal itu.
"Tergantung, mungkin bisa lebih lama," jawabnya dengan santai sembari menganggukkan kepalanya dengan senang saat merasakan betapa lezatnya masakan Maura.
"Kalau begitu kakak mau minta tolong sama kamu," kata Andre dengan serius membuat Sam menatap kakaknya.
"Apa?" tanya Sam dengan penasaran.
Andre meletakkan sendoknya dan menatap sekilas istrinya.
"Nanti malam kakak akan mengirimkan hasil panen ke kota, kami tidak bisa membawa Shila, apa kamu mau menjaganya selagi kami pergi?" pintanya dengan sangat berhati- hati.
Sam membuang napas gusar dan meletakkan sendoknya.
"Kenapa kakak masih bertanya, tentu aku akan menjaganya sekalipun kakak tidak memintanya," jawabnya membuat Andre dan Maura tersenyum lega.
"Syukurlah, biasanya Shila akan menginap di rumah temannya saat malam hari, berhubung temannya sedang bepergian, jadi kami bingung harus meminta siapa untuk menjaganya," jelas Maura pada Sam.
Sam menatap sekilas Shila yang terlihat begitu cantik dan menggemaskan dari samping.
"Kakak pergi saja, kalau perlu gunakan mobilku untuk pergi, aku akan menjaga keponakanku dengan segenap hati," katanya dengan tulus dan sedikit berdrama membuat Andre dan Maura berdecak bersamaan.
Shila hanya tertawa kecil dan memegang tangan Sam.
"Ayah ibu tenang saja, Shila punya bodyguard sekarang, lihatlah ototnya, sangat besar dan kuat sekali," kata Shila sembari meraba tangan kekar Sam hingga naik ke atas bahu.
Sam yang merasakan rabaan itu mengepalkan tangan kanannya dengan rahang yang ia ketatkan.
Andre dan Maura hanya tertawa mendengar hal itu.
"Tapi lihatlah pamanmu ini, meski ia tampan dan berotot, entah kenapa ia belum juga punya istri, ibu enggak percaya jika di Milan tidak ada wanita yang tertarik dengan pamanmu, pasti banyak ya enggak sayang?" Shila mengangguk setuju dengan ucapan ibunya.
Sam hanya tersenyum sembari memainkan jemari Shila.
"Aku tidak akan menikah, semua wanita sama saja," katanya membuat Maura langsung mendelik kesal.
"Apa kau akan menjadi bujang tua? Mama pasti akan menggantungmu jika tahu hal ini," kata Andre yang diangguki oleh Maura.
Sam kembali tertawa dengan tangan yang sibuk memainkan jemari Shila.
"Dari aku usia 21 sampai 26 ini, mama selalu melakukan kontes perjodohan, jadi tak heran rasanya saat setiap tahun mama mengumpulkan banyak foto atau para model di rumah hanya untuk dijodohkan denganku, seakan hal itu sudah menjadi rutinitas setiap tahun yang akan mama lakukan tepat saat ulang tahunku," cerita Sam yang mana hal itu membuat mereka bertiga tertawa.
Mereka bercerita panjang lebar untuk menumpahkan rasa rindunya.
***
Malam harinya setelah Andre dan Maura berangkat, kini hanya menyisakan Shila dan Sam di rumah.
"Paman akan pergi ke depan sebentar ya untuk beli rokok?" Shila hanya mengangguk dan kembali fokus dengan tayangan TVnya.
"Kamu ingin makan sesuatu? Paman akan membelikannya," tawari Sam pada Shila.
Shila tampak berpikir hingga ia tersenyum lebar saat ia tahu harus makan apa disaat ayah dan ibunya tidak ada.
"Bagaimana jika kita makan mie kuah malam ini? Dicampur telur setengah matang?" tawarinya pada Sam.
Sam tampak berpikir dan hendak menolak namun hatinya luluh hanya karena melihat wajah menggemaskan Shila saat ini.
"Baiklah, tapi hanya untuk malam ini saja ya?" Shila bersorak girang dan mengangguk.
Sam tersenyum tipis dan bergegas pergi ke toko depan untuk membeli rokok dan mie.
Shila tampak bersenandung ria kala ia bisa makan mie.
Kringgg
Shila meraih ponselnya dan terlihat nama Lion di sana.
Dengan cepat Shila mengangkat ponselnya.
"Halo Lion, ada apa?" tanya Shila dengan rasa ragu dan sedikit takut.
"La cepat kemari, Lion mabuk," kata seseorang di seberang sana membuat Shila meremas bajunya.
Shila terdiam begitu lama hingga suara dari seberang menyadarkan lamunannya.
"Tolong La, cuma kamu yang bisa luluhin Lion, dia menghajar semua orang yang ada, dia buat keributan di warung pak Hasan," beritahunya pada Hasan.
Shila yang tahu bagaimana sikap Lion saat mabuk sontak langsung bergegas untuk beranjak dari sofa.
"Ya, aku akan ke sana sekarang," katanya sembari memakai hoodie oversizenya dan pergi begitu saja.