Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Desa Pinus

Prak

Brak

Pyar

"ARGHHHH!" teriak Aluna dengan keras di mana ia membanting semua benda yang ada di depannya.

"Sayang tolong tenangkan dirimu sebentar saja, papa ingin berbicara denganmu," kata Xavier mencoba membujuk Aluna untuk bisa tenang.

"Bagaimana bisa Aluna tenang setelah perjodohan tadi ditolak begitu saja oleh Sam? Mau di taruh di mana muka Aluna pa," teriaknya dengan frustasi di mana Aluna 10 tahun lamanya menunggu waktu indah ini tiba.

Sayang sekali Sam menolak dan membuat dirinya benar- benar hancur tak tak tertahan rasanya.

"Sayang tolong tenangkan dirimu, jangan lukai dirimu sendiri karena bajingan itu, masih banyak pria di luaran sana yang ingn bersamamu, tolong dengarkan ucapan papa ya sayang," kata Xavier yang mencoba mendekati putrinya.

"Tidak, Aluna hanya ingin menikah dengan Sam, Aluna tidak ingin pria lain pa," tolaknya sembari menggelengkan kepalanya dan perlahan mundur ke belakang menjauhi Xavier.

Sesekali Xavier memejamkan matanya tak tega dan merasa teriris saat kaki Aluna menginjak pecahan kaca.

Jika Xavier bertindak gegabah, sama halnya dengan ia melukai putrinya sendiri, karena Aluna akan bertindak ceroboh saat dikuasai oleh amarah.

"Sean!" teriak Xavier pada pengawal pribadi Aluna.

Tak lama datanglah Sean dengan napas yang sedikit memburu.

"Ya tuan," jawabnya sembari mengatur napasnya.

Xavier hanya diam sembari menatap Aluna yang duduk di lantai dan menangis sesegukan.

Sean menatap prihatin pada Aluna.

"Tolong urus putriku, aku ada urusan sebentar," pesannya yang diangguki oleh Sean.

Setelah Xavier pergi, Sean tidak langsung mendekati atau menolong Aluna.

Ia mengambil sapu dan membersihkan pecahan kaca dan membereskan semua make up yang kini bersebaran di mana-mana.

"Kenapa ia melakukan hal itu padaku? Apa yang kurang dariku?" gumam Aluna pada dirinya sendiri.

Sean hanya diam dan fokus dengan sapunya.

"Kira- kira wanita mana yang akan dia nikahi? Apa ia secantik aku? Apa ia sesempurna aku? Apa ia sungguh akan menikahinya? Bukankah dari dulu ia sangat anti dengan pernikahan? Kenapa tiba- tiba saja ia berkeinginan menikah disaat akan dijodohkan denganku?" tanya Aluna pada dirinya sendiri sembari memeluk erat kakinya.

Sean yang mendengar hal itu hanya diam dan bisa mendengar dengan jelas setiap kata yang keluar dari mulut Aluna.

Setelah membersihkan semuanya Sean baru mendekati Aluna.

Ia berdiri di samping Aluna yang masih menangis sesegukan.

"Saya akan mengobati luka nona," kata Sean memberitahu Aluna.

Aluna diam sejenak dan mengusap kasar air matanya.

Ia mendongak menatap Sean dengan sedikit ketus.

"Kau sebagai pria, apa yang kau lihat dariku? Kenapa Sam bisa tidak tertarik denganku? Katakan padaku apa yang kurang, aku akan memperbaikinya agar Sam mau menikah denganku," tanyanya pada Sean.

Sean hanya diam dan menatap datar mata sembab Aluna.

Sekilas Sean menatap telapak kaki Aluna yang sudah mengeluarkan darah.

"Nona sempurna," katanya memuji sembari berjalan ke laci untuk mengambil kotak P3K.

Sean meletakkan kotak P3K nya di atas ranjang.

Ia lalu kembali menghampiri Aluna.

Aluna sedikit terkejut saat Sean mengangkat tubuhnya menuju ke ranjang.

Dengan sangat hati- hati Sean mendudukkan Aluna di tepi ranjang.

"Kau berbohong bukan soal aku yang sempurna? Lalu jika aku sempurna kenapa Sam tidak tertarik?" tanya Aluna membuat Sean menoleh di maa jarak wajah mereka bukan hanya dekat namun hampir bersentuhan.

Aluna menelan salivanya saat ia bisa merasakan hembusan napas Sean.

Lama Sean diam hingga ia membuka suara dengan suara serak basahnya.

"Saya tertarik."

•••

Desa Pinus

Ada Andre yang baru saja bangun tidur.

"Jam berapa sekarang?" gumamnya saat matanya silau karena sinar matahari.

Andre bangun sembari mengedarkan pandangannya untuk mencari istrinya.

"Kenapa ia tidak membangunkanku," gumam Andre yang langsung menuju kamar mandi dan menemukan istrinya.

Andre keluar kamar dan sudah disuguhi dengan pemandangan yang selalu membuat dirinya bungah dan sumringah.

Pemandangan saat Maura masak.

"Sayang, kenapa kamu tidak membangunkanku?" tanyanya dengan manja sembari menghampiri Maura di dapur.

"Kau terlihat sangat pulas sekali, lagian juga masih pagi, apa kamu akan langsung pergi ke kebun?" tanya Maura sembari menumis sayurannya.

Andre memeluk istrinya dari belakang dan mengecupi leher jenjangnya.

"Andre!" tekan Maura saat Andre terus menggodanya dengan mengecupi leher jenjangnya.

"Kenapa tubuhmu selalu membuatku candu, aku sampai terngiang- ngiang akan aroma tubuhmu," bisiknya tepat di samping daun telinga Maura.

Maura menahan senyumnya dengan tangan yang asyik menumis dan menaburkan beberapa bumbu.

"Dari dulu sampai sekarang ucapanmu selalu manis," olok Maura membuat Andre kembali mengecupi leher jenjang hingga beralih ke dada depan.

"Ini masih pagi, bisakah kalian menahan diri untuk tidak mengumbar kemesraan ini?" sontak Andre dan Maura langsung menoleh.

"SAM!" pekik mereka berdua terkejut.

Sam yang melihat reaksi kakak angkatnya itu hanya tersenyum tipis.

Andre langsung berlari berhambur ke pelukan Sam.

"Kenapa kau baru kemari, hah? Apa kau tidak tahu jika aku merindukanmu?" tanya Andre sembari memukuli bahu kekar Sam.

Sam hanya tertawa kecil dan memeluk erat Andre.

"Aku sangat merindukan kalian," ucapnya sembari mengusap- usap punggung Andre.

Maura mematikan kompornya dan menghanpiri adik iparnya tersebut.

"Kau suda tua sekali sekarang," ejeknya pada Sam.

Sam hanya tertawa dan memeluk sekilas Maura.

Andre dan Maura dengan kompak melihat kanan kiri Sam.

"Yaa, mana istrimu? Kau datang sendiri kemari?" tanya Andre yang diangguki oleh Maura.

Sam tertawa mendengar pertanyaan tersebut membuat Andre memukul sekilas dada bidangnya.

"Kenapa kau tertawa?" tanyanya dengan kesal dan geram.

"Aku belum menikah, istri mana yang kakak tanyakan?" katanya dengan tawa kecilnya.

Andre dan Maura saling bertatapan seakan tak percaya dengan apa yang barusan Sam katakan.

"Kau sedang bercanda? Terakhir kali kita pernah melihat beritamu tentang hubungan asmaramu dengan seorang aktris, jangan coba- coba membohongi kami," kata Andre yang msih belum percaya dengan ucapan Sam barusan.

"Dia hanya rekan kerja, wartawan saja yang terlalu gegabah dalam menyimpulkan," kata Sam membantah sembari berjalan ke meja makan saat matanya melihat beberapa hidangan yang khas orang desa dengan aroma yang begitu menggoda.

Andre dan Maura langsung ikut duduk bersama Sam.

"Oh ya, mama bagaimana? Sehat kan?" tanya Andre dengan pelan- pelan.

"Tentu," katanya sembari beranjak dari kursinya untuk mengambil sesuatu dari mobilnya.

Tak lama Sam datang dengan banyak paper bag dan barang- barang lainnya.

"Apa kau berniat untuk pindah kemari? Apa yang kau bawa?" tanya Andre saat Sam meletakkan semua paper bag itu di mana hampir memenuhi meja makan.

"Ini dari mama untuk kakak," bohong Sam di mana semua itu ia beli sendiri untuk kakak angkatnya tersebut.

Andre tampak berbinar dan langsung membuka paper bag untuk melihat isinya.

Maura yang melihat hal itu ikut tersenyum bahagia saat melihat ekspresi suaminya.

"Oh ya, di mana Shila? Apa ia sudah berangkat sekolah?" tanya Sam sembari mengedarkan pandangannya saat ia tidak melihat keponakannya tersebut.

"Ada di kamar, kau pergi saja ke sana untuk melihat keponakanmu yang kini sudah tumbuh besar dan cantik seperti ibunya," kata Andre membuat Sam tertawa kecil dan langsung membawa paper bag hitam itu khusus untuk keponakannya.

Sam langsung pergi menuju ke kamar Shila dengan jantung yang berdebar.

Ceklek

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel