Kantor
Kantor SM Company
Ada Sam yang saat ini tengah sibuk dengan urusan kantornya.
Semua orang menjulukinya anjing gila.
Ya karena ia memang segila itu dengan pekerjaan.
Tuk tuk
"Masuk!" serunya tanpa mengalihkan tatapannya yang fokus membaca jurnal kantor.
Terlihat Hiro, asisten pribadinya masuk ke dalam dengan menenteng beberapa kantong plastik.
"Waktunya makan siang," soraknya dengan girang sembari mengangkat kantong plastik yang ia bawa.
Sam melihat jam tangannya dan memang waktunya makan siang meski kurang 5 menit lagi.
"Kenapa kau begitu cepat jika perihal tentang makanan? Apa pekerjaanmu selesai? Masih kurang 5 menit kau sudah makan siang," omel Sam membuat Hiro yang hendak menyuapkan potongan pizza ke dalam mulut berhenti sejenak.
"Perutku sudah keroncongan, telat makan 5 menit aku bisa mati kelaparan," beritahunya pada Sam.
Sam membuang napas gusar sembari menutup jurnal yang ia baca.
Ia menatap makanan yang Hiro beli.
"Kenapa pola makanmu sangat tidak sehat sekali? Makan siang seharusnya kau makan sayur- sayuran, kenapa malah makan- makanan seperti itu?" komentarnya pada semua makanan yang Hiro beli.
Hiro tak memedulikan hal itu di mana ia sibuk dengan makannya mengingat ia sangat lapar sekali.
Sam beranjak dari kursinya dan menghampiri Hiro.
"Jangan mencicipi apalagi memakannya!" peringati Hiro saat Sam baru saja membuka box pizza.
Sam berdecak dan mengurungkan niatnya untuk mngambil sepotong pizza milik Hiro.
"Oh ya aku hampir lupa, nanti malam kau harus pulang, tante Mira mengundang keluarga Xavier untuk ke rumah," beritahu Hiro yang baru ingat akan pesan Mira semalam.
Sam berdecak kala ia tahu apa niat dan tujuan mamanya mengundang keluarga Xavier.
Yaps benar, perjodohan antar keluarga pebisnis.
Hiro menelan kunyahannya lalu menatap Sam yang tampak diam.
"Kau pasti lelah kan dengan perjodohan ini?" Sam menatap datar Hiro.
"Menikahlah dengan Aluna agar kontes perjodohan ini berakhir," ledeknya pada Sam.
Sam berdecak dan meraih rokok milik Hiro.
"Aku tidak berniat untuk menikah sampai tua nanti," beritahunya pada Hiro.
Hiro langsung tersedak karena ucapan Sam barusan.
"Apa kau berniat untuk membunuhku? Aku sedang makan, jangan mengatakan sesuatu yang tak terduga," dumelnya yang kembali minum untuk menghilangkan rasa panas dalam tenggorokannya.
"Bagaimana jika kau saja yang menikah dengan Aluna?" tawari Sam pada Hiro.
Hiro dengan mulut yang penuh menatap garang Sam.
"Tidak, meski ia cantik jelita aku tetap memilih keponakanmu, Shila. Sampai kapanpun aku akan memilih Shila," katanya dengan kekeh.
"Percayalah, ia akan takut saat melihatmu," ketus Sam pada Hiro.
Hiro menggelengkan kepalanya sembari asyik mengunyah jungfoodnya.
"Setelah aku selesai bekerja denganmu dan sudah kaya, aku akan langsung melamarnya detik itu juga," kompori Hiro yang mana hal itu membuat Sam memicingkan matanya.
"Aku sangat penasaran dengan rupanya sekarang, terakhir kali kita bertemu saat dia masih remaja, apa kini ia sudah menjadi gadis yang cantik jelita?" gumam Hiro yang sangat penasaran dengan rupa keponakan Sam.
Sam tampak berpikir dan mengingat.
"Sepertinya ia kelas XII SMA, terakhir kali aku bertemu dengan kak Andre 9 tahun yang lalu, tepat papa meninggal," gumamnya yang kembali mengingat kejadian hari itu.
"Kenapa dia tidak kembali ke kota saja, sekarang di mana ia tinggal? Padahal tewasnya om Sarcotragus tidaklah ada hubungannya dengan dia, kenapa ia merasa bersalah seperti itu," gumam Hiro membuat Sam menatapnya dengan perasaan yang berkecamuk.
"Aku tahu harus kemana," gumam Sam yang tiba- tiba beranjak dari sofa dan melenggang pergi begitu saja.
Malam harinya Mira tengah menunggu kedatangan keluarga Xavier.
Di mana ia sudah tak sabar untuk membahas tentang pernikahan putra- putri mereka.
Mira tampak mondar- mandir di ruang tamu membuat para maid serta pengawal yang melihatnya ikut merasa gelisah
"Hiro dan Sam kemana sih, kenapa mereka belum juga datang padahal sekarang sudah pukul 8 malam," dumelnya yang beberapa kali menelpon Sam atau Hiro untuk meminta mereka segera pulang sebelum keluarga Xavier datang.
Mira menoleh dengan terkejut saat mendengar suara mobil.
Fiuhh
Mira bernapas lega kala melihat mobil Sam yang terparkir di depan teras.
Dengan senyum yang sumringah dan lebar Mira bergegas untuk menyambut putranya.
"Sayang," sapanya yang langsung merentangkan kedua tangannya saat melihat Sam keluar dari mobil.
Sam langsung memeluk mamanya dengan paper bag yang ia bawa.
"Kamu sangat tampan sekali, jangan bilang jika kamu diam- diam mempersiapkan diri juga untuk malam ini kan?" tebak Mira yang ikut gembira kala melihat penampilan rapi putranya.
Sam hanya tersenyum dan memberikan hadiah untuk mamanya.
"Ini untuk mama," katanya sembari merangkul pundak mamanya untuk masuk ke dalam mansion.
"Ah kenapa kamu sangat manis sekali," puji Mira yang merasa tersentuh dengan sikap manis putranya.
Tak lama keluarga Xavier datang.
Mira tampak antusias dalam menyambut kedatangan mereka.
"Ayo masuk," ajak Mira pada Aluna dan Xavier.
Sam yang tengah duduk di ruang tengah beberapa kali menghembuskan napas gusarnya.
Jika bukan karena Sam sayang pada mamanya, ia enggan untuk menemui keluarga Xavier terlebih membicarakan hal tentang perjodohan.
"Hei Sam, ayo sapa Aluna dan om Xavier," panggil Mira saat Sam tak kunjung beranjak dari sofa untuk menyambut kedatangan mereka.
Sam langsung bangun dan menyambut mereka dengan berjabat tangan.
Mira langsung mengajak mereka untuk makan malam lebih dulu.
Selesai makan, Mira mulai membuka obrolan seriusnya.
"Langsung saja pada intinya ya, untuk malam ini bagaimana jika kalian berdua langsung bertukar cincin? Kita langsungkan pernikahannya minggu depan, bagaimana? Kalian berdua setuju kan?" tanya Mira pada Aluna dan Sam.
"Ya tante," jawab Aluna dengan tersipu malu.
"Tidak!" tolak Sam membuat semua mata tertuju padanya.
"Sam, apa yang kamu katakan?" tanya Mira sembari memegang punggung tangan Sam.
"Aku benci pernikahan dari perjodohan khususnya pernikahan politik. Jadi aku menolak untuk menikah dengan Aluna," tegas Sam memberitahu Mira dan Xavier.
Mira terlihat sangat panik saat ini kala Sam bertindak di luar dugaan.
"Tapi aku mencintaimu Sam," kata Aluna mengungkapkan perasaanya tanpa merasa sungkan atau malu dengan papanya dan Mira.
"Tapi aku tidak mencintaimu, pernikahan dilangsungkan jika kedua belah pihak saling mempunyai rasa dan disetujui keduanya, bukan hanya dilakukan oleh sepihak," tegas Sam dengan geram pada Aluna.
"Kau sudah berani menolak lamaranku, itu artinya kau menyatakan putusnya kerja sama kita," tekan Xavier yang sejak tadi diam kini menatap tajam dan merah Sam.
"Putuskan saja kontrak anda dengan perusahaan saya jika anda merasa dirugikan. Dari awal papa juga tidak setuju dengan pernikahan politik seperti ini, tapi anda begitu memaksa untuk bisa menikahkan saya dengan putri anda dengan menawari kerja sama, sekarang saya ingin hidup bebas tanpa terikat oleh kontrak ataupun perjodohan yang anda rencanakan," tegas Sam dengan panjang lebar pada Xavier.
Mira yang melihat dan mendengar ucapan Sam entah kenapa seakan ditampar oleh kenyataan.
Ia diam membisu tanpa berani ikut buka suara atau membantah.
Sam beranjak dari meja makan dan menatap mamanya.
"Mama bilang Sam boleh menikah dengan wanita pilihan Sam sendiri kan, jika Sam sudah memiliki keinginan untuk menikah?" Mira dengan sedikit bimbang mengangguk.
"Tunggu saja, Sam akan membawa wanita itu ke hadapan mama," pesannya sebelum meninggalkan meja makan.