Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Umpan nikmat

Setelah pertunjukkan emosional di dalam mobil, Pingka dan Alex melangkah bersama menuju rumah makan, tangan mereka saling menggenggam erat. Meskipun di satu sisi Pingka tidak mampu menolak, hatinya masih menimbang perasaan terhadap Alex yang tercampur aduk. Sementara itu, Alex seolah menganggap Pingka sebagai sosok yang ia sayangi layaknya keluarga.

Begitu tiba di tempat makan, mereka memesan hidangan favorit mereka, lalu beristirahat sejenak di area peristirahatan yang disediakan – sebuah panggung papan yang nyaman, tempat para pelanggan dapat bersantai sejenak. 

Meskipun tempat istirahat itu tidak sebanding dengan kemewahan yang ada di rumah Alex, namun, dia merasa jauh lebih tenang dan bahagia – terutama karena kepalanya kini bersandar lembut di paha Pingka. Pingka yang awalnya merasa lelah dan mengantuk, kini tiba-tiba semangat dan terjaga. Seakan ada tugas baru yang harus diemban yaitu membuat pria yang berada dalam dekapannya itu merasakan ketenangan dan kenyamanan yang tak terhingga.

Tangan kirinya Pingka di pakai untuk mengusap ujung kepala Alex, sementara tangan kanannya di genggam erat oleh tangan Alex, lalu di simpannya di bagian dada bidangnya Alex.

"Kak, ngga papa kan ?" tanya Alex bak remaja yang malu - malu kucing.

"Santai aja, ungkapan kasih sayang sebagai ipar saja kok !" jawab Pingka.

Meskipun Pingka terkesan santai, namun perasaannya itu tidak sesantai fisiknya. Pingka merasa sedang di mabuk cinta melihat Alex rebahan di pahanya, dan tangan Alex menggenggam tangannya. Hatinya berbunga - bunga, dia ingin berteriak mengungkapkan apa yang ia rasakan, tapi dia mampu menahannya, secara dia sudah menjadi wanita yang dewasa, umurnya sudah tidak muda lagi, dan saat ini dia sudah berumur 29 tahun.

Mungkin banyak yang bertanya kenapa dia belum menikah, dan apakah dia jelek, atau gimana ?

Pingka itu cantik, andaikan saja tidak cantik mana mau Alex rebahan di pahanya itu, selain cantik, dia sudah termasuk pekerja keras. Hanya saja dia belum bisa move on dengan adik iparnya itu. Bahkan Pingka pernah mengungkapkan perasaannya kepada Alex, tapi Alex memilih untuk jujur, bahwa dia mau setia dengan istrinya. Tapi lama kelamaan, Alex seolah menjilati ludahnya sendiri, meskipun Alex tidak ada perasaan, tapi bisa saja membuat Pingka memiliki harapan.

Tidak lama kemudian sang pelayan rumah makan mengantarkan makanan mereka.

"Kak, mau makan di situ atau di meja saja ?" tanya sang pelayan dengan ramah.

"Di sini saja mba !" jawab Pingka.

Alex mengakhiri rebahannya itu, lalu dia bersiap menyantap makan siangnya.

"Habis ini kita langsung balik aja, soalnya nanti malam kita mau ketemu sama yang punya bangunan !" ujar Pingka.

Alex menyetujuinya, dan setelah makan siang, mereka melanjutkan perjalanan menuju kediaman Pingka. Saat ini Pingka tinggal di sebuah apartemen miliknya, meskipun masih dalam tahap cicilan. Bukannya tidak mampu bayar cash, tapi menurutnya, kenapa harus gengsi untuk kredit, lagi pula uang lebih baik di putar dan keuntungan dari situ bisa di bayarkan cicilannya.

Tepat pukul 16.00, akhirnya mereka sampai di apartemen milik Pingka.

"Mampir dulu Lex !" penawaran dari Pingka.

"Kalau ada susu mau aja sih, tapi kalau ngga ada berarti aku pulang saja, kebetulan susu di rumah lagi menantiku juga !" jawab Alex.

"Yeyyy, maunya, enak banget minta susu sana sini, dasarrrr!" timpal Pingka.

"Nanti kita ketemu di cafe tadi !" lanjut Pingka.

"Jadi ngga usah di jemput nih ?" tanya Alex.

"Ngga usah, nanti info aja kalau pemilik tadi sudah mau ketemu!" jawab Pingka.

Setelah itu, Alex dalam perjalanan pulang menuju rumahnya, dia merasa hari ini kurang beruntung, nafsunya seolah di gantungkan. Sesampainya di rumah, dia kembali di sambut oleh salah satu asisten rumah tangganya yang tidak lain adalah Santi.

"Kok wajah tuan lesu amat ?" tanya Santi.

"Belum mandi aja !" jawab Alex ketus.

"Non Azizah lagi pergi jalan - jalan sama Marissa !" timpal Santi.

"Dari tadi ?" tanya Alex.

"Baru saja Tuan !" jawab Santi.

Alex kemudian melanjutkan langkahnya, namun Santi mengikuti Alex dari belakang.

"Kamu kok malah ikut juga ?" tanya Alex saat dia hendak menaiki anak tangga pertama.

"Ehhh, anu tuan, saya tadi pagi dapat ini di keranjang cucian, !" ucap Santi sambil memperlihatkan celana dalam miliknya Alex.

"Kok tuan tega main dengan prempuan lain, saya tau non Azizah lagi datang bulan, jadi saya bisa menarik kesimpulan kalau tuan jajan di luar !" lanjut Santi.

"Itu urusan saya, dan kamu tidak perlu ikut campur !" ucap Alex, dia sebenarnya merasa kalau dia tertangkap basah, namun Alex mencoba membuat Santi menjadi terpojok.

"Mas kok mau aja jajan di luar, bahaya banget loh !" timpal Santi mulai gugup.

"Kalau lagi ke pengen, tapi istri lagi ada halangan gimana, mau ngocok dosa, ngga di tuntaskan jadi pusing, !" ujar Alex.

Santi yang merasa kalau inilah kesempatan untuk membuat majikannya bisa menikmati tubuhnya, dia mendekat lalu tangannya langsung hinggap di balik celananya Alex.

"Di rumah ini hanya ada kita berdua kok, jadi kalau tuan minat, aku siap melayani juga !" ucap Santi.

Spontan Alex terkejut melihat keberanian Santi, namun Alex bisa melihat tanda -tanda di wajah Santi, kalau dia memang wanita hyper.

Tap!

Alex sejenak menepis tangan Santi, lalu kembali menampakkan ekspresi kesal.

"Sekali lagi kamu kurang ajar seperti ini, saya akan langsung memecatmu !" ucap Alex penuh penekanan, lalu dia kembali melanjutkan langkahnya untuk naik ke lantai dua.

Alex memasuki kamarnya, dengan perasaan gunda gulana, di mana saat ini dia seolah ingin di puaskan, namun dia malah menolak keinginan asistennya tadi.

Alex terus mondar mandir di dalam kamarnya, dia gelisah, memikirkan apa yang harus dia lakukan saat ini. Dia ingin turun kebawah, namun merasa gengsi,  di sisi lain rudalnya itu sudah mengamuk - ngamuk di balik celananya, dan itu sebagian efek dari tangan Santi sebelumnya.

Namun di sisi lain Alex punya cara untuk memancing ulang asistennya. Dia melepas pakaiannya menyisakan boxernya saja, lalu dia turun ke lantai satu menuju kolam renangnya.

"Bi, bikinin susu !" pinta Alex ketika melihat Santi sedang sibuk di ruang dapur. Setelah itu Alex melanjutkan tujuannya ke kolam renangnya itu.

Perasaan Santi yang tadinya kecewa di selingi rasa malu, kini mulai ia pungkiri, dan dia menganggap bahwa inilah waktu yang tepat untuk kembali menggoda majikannya itu.

Byuuuurrrr byuuuurrrr byuuuurrrr! 

Alex langsung terjung masuk ke dalam kolam yang berisi air, dia bergerak liar di dalam air merilekskan tubuhnya yang terasa kaku akibat menyetir tadi. Di sela olahraganya itu, dia terus kepikiran bagaimana untuk menuntaskan birahinya.

Selang beberapa menit saja, Alex kembali mengeringkan tubuhnya menggunakan handuk, lalu dia rebahan di kursi pantainya. Tidak lama kemudian Santi membawakan segelas susu untuk Alex, dan ketika Santi hendak berlalu, tiba - tiba Alex memanggilnya.

"San, masih bisa ngga ?" tanya Alex, dia tidak memanggilnya dengan panggilan formalitasnya, melainkan memanggil nama saja.

"Ngga jadi tuan, saya tadi cuman ngetes doang !" jawab Santi, dia seolah ingin membuat Alex merasakan apa yang dia rasakan tadi.

"Ohh, ya udah, sekarang kemas barang- barangmu, karena saat ini juga saya memecatmu !" ujar Alex tidak mau menanggung rasa malunya.

Santi yang mendengar itu tentunya syok, namun dia sudah sangat tau watak Alex yang gampang di rayu, jadi dia menghampiri Alex, lalu tangannya spontan memegang rudalnya di balik handuk Alex.

Seketika Alex beranjak dari setengah rebahannya, Alex berdiri dan langsung menjamah tubuh Santi dengan liarnya.

Alex menundukkan tubuhnya, lalu dia menyingkap pakaian atas Santi, hingga dada Santi berada tepat di depan wajah Alex.

Sluuuurrrppp sluuuurrrppp sluuuurrrppp sluuuurrrppp! 

Alex seolah tidak percaya melihat bentuk dada Santi yang ternyata sangat menggiurkan menurutnya, dia mengira tubuh Santi sudah pada turun mesin, ternyata di luar ekspektasinya yang buruk. Dia seolah tidak merasa rugi berselingkuh dengan Santi.

Sluuuurrrppp sluuuurrrppp! 

Sembari memainkan dada Santi, Alex juga mulai menyingkap rok Santi, dan ternyata Santi memang tidak memakai celana dalam. Hal itu memang sudah di rencanakan oleh Santi juga, sebelum Santi mengantar segelas susu, dia sudah melepaskan dalamannya.

Alex yang tidak mau berlama - lama ingin merasakan liang Santi, dia melepaskan semua permainannya, lalu dia menunggingkan tubuh Santi dengan bertumpu di sandaran kursi.

Saat ini Santi masih memakai pakaian lengkap, kecuali celana dalam, tapi baju, bra, dan roknya sudah tersingkap meninggalkan tempat asalnya.

Alex membuka bokong semok milik Santi sampai dia melihat liang di baliknya.

Alex sejenak meludahi telapak tangannya, lalu dia sapukan di liang Santi.

"Aahhhh, tuan, jangan langsung masuk !" sanggah Santi, dan dia mulai mendesah ketika Alex menyapu bibir liang Santi menggunakan telapak tangannya.

Mendengar permintaannya Santi, Alex kembali memutar tubuh Santi, lalu dia melepaskan lilitan handuknya.

"Astagggaaaaa, besar banget !" ucap batin Santi.

Tangan Santi sampai gemetar ketika Alex mengarahkan untuk mengocok rudalnya.

Alex kemudian menekan kedua pundak Santi, untuk jongkok di depannya. Santi sudah tau keinginan Alex yang sebenarnya, namun dia masih ingin melihat lebih jelas bentuk rudal itu.

Lingkar tangan Santi tidak mampu melingkar, hal itu membuat Santi bergidik, dia membayangkan bagaimana jika rudal Alex sampai masuk di liangnya, dan pastinya dia akan merasakan dua rasa berbarengan, sakit dan nikmat.

Meskipun ragu, nafsunya Santi seolah menuntutnya untuk membuat Alex kenikmatan. Santi menjulurkan lidahnya, lalu menjilati lubang kecil yang ada di ujung itu, sementara kedua tangan Santi bekerja sama mengocok rudal panjang Alex.

Ceklet ceklet clock clock clock clock! 

"Ssshhhht, aaahhh!" Alex mulai menikmati permainan Santi.

Sluuuurrrppp! 

Santi mulai mengulum bagian kepala rudalnya Alex.

Sluuuurrrppp sluuuurrrppp sluuuurrrppp! 

Santi semakin bersemangat, lalu dia menjilati setiap sisi rudalnya Alex, dan setelah itu, dia kembali menungging seperti posisi awal.

"Silahkan nikmati jamuan tubuh saya tuan, semoga suka !" ucap Santi dengan nada yang begitu membuat Alex tambah bergairah.

Alex mendekat, dia mulai mengarahkan rudalnya tepat di bibir liang Santi. Dia melakukan sedikit penetrasi dengan menggesek- gesekkan di bagian luarnya.

Plokkk! 

Plokk! 

Alex menggesekkannya seolah sudah melakukan pompaan.

Hasil dari gesekan itu membuat liang Santi semakin becek, dan membuat sisi rudal Alex semakin licin.

"Ohhh, tuan panjang banget !" ucap Santi, dia melihat kalau rudal Alex sampai tembus kedepan.

Kedua tangan Alex membuka bongkahan bokong Santi, lalu mengarahkan di lubang kenikmatannya Santi.

"Akkkkk !" pekik Santi ketika bibir liangnya mulai terbuka paksa oleh rudal Alex.

Jleb! 

"Uhhh, sempit banget m*mek kamu, San !" ucap Alex ketika bagian kepala rudalnya sudah terjepit di bibir liang Santi.

Tangan Alex berpindah ke bagian depan Santi, dia mulai meremas dada Santi sekedar membuatnya terangsang.

Di sela permainan Alex di dada Santi, Alex mulai menekan pinggulnya hingga berhasil masuk seperdua. Alex merasa sangat sempit di dalam sana, ada perasaan ngilu, jadi Alex menarik kembali sebatas kepala lagi, dan dia tekan lagi, beberapa kali dia ulangi gerakan itu, lalu

Bleeesssss! 

"Aawwwww, awwww, ugggg !" pekikkan Santi.

Santi membuka lebar langkahnya untuk membuat liangnya terbuka lebar, namun tetap saja dia merasa kesakitan saat ini.

Apalagi Alex tidak mau berdiam, dia mulai menarik ulur perlahan, sampai Santi mulai beradaptasi dengan besarnya rudal Alex.

"Ohhhhh, enak banget, San !" ucap Alex, dia mendongakkan kepalanya, dan tubuhnya mulai dia tegakkan.

Plok plok! 

Alex mulai bergerak pasti, dan menekannya lebih dalam lagi, sampai membuat Santi histeris.

"Errrgggg, ohhhhh, aaakkk, aduhhh, aduhhh, sakitt tuaann, aaw!" racau Santi, tapi di balik rasa sakit itu, dia sesekali merasakan rasa nikmat akibat gesekan dinding liangnya dengan sisi rudal Alex.

Alex orang pertama yang masuk paling dalam di liangnya Santi, dan hal itulah yang membuat Santi susah untuk beradaptasi dengan waktu yang singkat.

Plokk! 

Alex menghentakkan pinggulnya lebih dalam lagi sampai mentok, lalu dia dekap tubuh Santi.

Alex berdiam sejenak, lalu meraih tubuh Santi untuk berdiri.

Alex memeluk Santi dari arah belakang, dan Alex mulai memompanya.

Plok plok plok plok plok plok! 

Pompaannya mulai menimbulkan ritme sedang, meskipun tidak terlalu panjang tarikannya, tapi ini membuat Santi mulai merasakan kenikmatan ketimbang rasa sakitnya.

"Ssshhhht, fuuccckkk, errrgggg, aaahhhh, dalam banget, ttuuaaann, ooohhhh!" racau Santi, urat - urat wajahnya sampai muncul, wajahnya memerah padam.

Plokk plok plok plok plok plok plok! 

Alex mempercepat pompaannyanya, dia simpan wajahnya di samping wajah Santi, lalu kedua tangan Alex meremas keras kedua gumpalan kenyal milik Santi.

"Uggg, fuckkk, fuckkkk!" umpat kenikmatan Santi, dia merasakan ada cairan puncak yang akan segera membludak.

Sloop sloop, plokkkk plokkk plokkk plokkk, sloppp! 

Seketika pompaan Alex terdengar becek dan basah, dan tidak lama kemudian,

Serrrrr serrrrr serrr serrrr serrrr serrrr! 

Alex terpaksa mencabut rudalnya, akibat desakan cairan yang begitu membludak.

Santi kembali menungging dan bertumpu, dan di sela pahanya terlihat cairannya masih keluar.

"Aaahhhh, aahhh, tuaann, ini terlalu cepattt, ohhh, nikmat bangettt !" racau Santi, dia ikut menunduk melihat cairan yang keluar dari liangnya.

"Banyak banget San !" ucap Alex spontan.

"Tuan, lanjuttt, aku masih mau merasakan ini lagi !" pinta Santi.

Di sela permainan mereka berdua, tanpa mereka sadari ada sebuah kamera ponsel yang merekam mereka, dan sepasang mata seseorang. Yah, saat ini pak Herman diam - diam merekam siaran langsung permainan Santi dan Alex, sambil merekam, pak Herman memainkan miliknya dengan mengocoknya juga.

"Gila, itu k*ntol besar amat dah, bikin ngiri aja !" batin Pak Herman.

Blesssss! 

"Ohhhhggg, iniiii terlalu enaaakkkk tuaaann!" teriakan Santi tanpa rasa sungkan, ketika Alex langsung melesakkan rudalnya sampai mentok di pangkal.

"Sshhht, aku mulai, San !" ucap Alex memburu.

Plokk plokk plokk plokk plokk! 

Alex langsung mengambil ritme sedang, karena merasa liang Santi sudah beradaptasi dan sangat becek, meskipun begitu tetap saja Santi merintih saking besarnya benda tumpul yang keluar masuk di liangnya.

Plokk plokk plokk plokk plokk! 

"Aaahhh, awww, aadduhh, enakk, eggghhh, fuckkk fuckkkk, yesssstttt, orrgggghh, fffffuuuckkk!" racau Santi terus mengumpat, dia kebanyakan nonton film semi, maka dari itu dia sudah kebiasaan mengungkapkan rasa nikmatnya dengan umpatan.

Plokk plokk plokk plokk plokk! 

Alex yang mendengar racauan asing itu, membuatnya sangat bersemangat, dia seolah menganggap sedang menggauli wanita asing juga.

Plaaakkkkk, plakkkkk, plakkkk!

Alex menampar bokong semok milik Santi, beberapa kali hingga membuat bokongnya memerah padam.

Plokkkkkkk plookkk plokkk plokkk plokkk! 

Alex semakin bersemangat hingga mengambil beberapa pompaan hentakan,

"Yeesss, yezzzzz, yezzzz, owwww fucckkkk, eeggghhh, ohhh, ohhhh, yeeahhh fuuuckk babyyy!" racau Santi.

Plokkkkkkk serrrrr plokk serrrr plokkkkkkk! 

Seketika pompaan Alex di aliri cairan squ!rt Santi. Santi meronta belingsatan, pinggulnya bergerak liar, namun Alex berusaha untuk menahan gerakan liar itu, dan terus memompa.

Plokk plokk plokk plokk plokk!

"Ahhhsssds, ssstttt, ohh, uhhhh, nikmat banget,!" desah kenikmatan Santi.

Serrrrr serrrrr serrr serrrr serrrr!

"Aaahhhhhhhhhh, oooohhh myyy gooooddddd!" teriak Santi histeris, ketika dia kembali mendapatkan puncak susulan untuk ketiga kalinya.

Plokk plokk plokk plokk plokk plokk! 

Alex semakin menggila, dia angkat satu kakinya Santi dan memompanya dari arah samping.

Plok plok plok plok plok! 

"Aaaahhh, aaampunnnn, tuaaannn, hentikan, hentikaannnn, aaahhhhhhh !" teriakan Santi.

Serrrrr serrrrr serrr serrrr serrrr! 

Squ!rt untuk keempat kalinya, tubuhnya tidak mampu untuk berdiri, namun di tahan oleh Alex

Plokkkkkkk plookkk plokkk plokkk! 

Alex semakin gila, karena dia akan segera mendapatkan puncak kenikmatannya juga,

Crooot croooottt croooottt croooottt croooottt! 

Alex menekan lebih dalam untuk sodokan terakhirnya, dan akhirnya Alex menumpahkan lahar panasnya di dalam liang Santi.

******

Malam harinya, Alex, Pingka kembali bertemu dengan pemilik bangunan, namun kali ini bukan hanya Sarah saja, melainkan dia juga mengajak sang suami.

Benar saja Sarah bisa menyelesaikan semuanya dalam waktu kurang lebih sehari saja. Saat itu juga mereka langsung deal, Alex mentransfer uangnya, dan Sarah menyerahkan menyerahkan sertifikat bangunan dan beberapa dokumen lainnya.

Kali ini mereka tidak langsung beranjak, melainkan menikmati makan malam bersama.

"Kalian suami istri atau mba Pingka asisten pribadinya pak Alex ?" tanya Ridwan, dia suaminya Sarah.

"Lebih tepatnya kakak ipar, mas !" jawab Alex.

"Woww, jadi Mba Pingka belum nikah?" tanya Ridwan.

"Belum pak !" jawab Pingka.

"Maaf nih, bukannya mau melawan takdir, tapi biasanya kalau adik menikah lebih duluan, biasanya kakaknya susah dapat jodoh loh, keculali sang adik sudah wafat. !" ujar Ridwan.

Pingka yang mendengar itu sempat menghentikan acara makannya, namun dia bisa mengerti dengan ucapan Ridwan tadi.

"Adik saya sudah wafat, pak !" jawab Ridwan.

"Alhamdulillah!" ucap Ridwan.

Seketika Pingka kembali meletakkan sendoknya,

"Jadi maksudnya jodoh saya tidak susah lagi kan pak ?" tanya Pingka.

"Insyaallah, rajin - rajin ibadah, dan pagi harinya kalau bangun langsung buka tirai jendela atau buka jendela, lalu niatkan dalam hati (Robbi hablii milladunka zaujan thoyyiban, wayakuuna shoohiban, lii fiddiini wa dunyaa wal aakhiroh.!" jawab Ridwan.

"Hehehe, kok sampai bahas itu sih ?" sahut Sarah.

"Jangan - jangan mba Sarah amalin itu juga, untuk gait hatinya pak Ridwan?" timpal balik Pingka.

"Bisa jadi, hahahha !" ucap Ridwan, sejenak tertawa lepas.

Namun di balik keakrapan mereka berempat, Alex dan Sarah merasakan ketegangan. Di mana Sarah sedari tadi menyenggol - nyeggol kaki Alex, dan Alex ikut meresponnya.

Mata Alex menatap mata indah Sarah, dan Sarah tidak bisa memungkiri bahwa dia takluk dengan tatapan mata Alex.

Tepat pukul 21.30 mereka menutuskan untuk mengakhiri pertemuan mereka, dan mereka langsung meninggalkan cafe tadi.

"Mau langsung balik ?" tanya Alex ketika melihat Pingka hendak membuka pintu mobilnya.

"Iya, mau kemana lagi?" tanya balik Pingka.

"Nongkrong yuk, sekedar merangsang lambung !" ucap Alex.

"Di mana ?" tanya Pingka.

"Club malam dong, masa di hotel !" timpal Alex.

"Boleh deh, tapi jangan kebanyakan, ingat besok kita mulai restorasi tempatmu loh !" ujar Pingka.

"Iya, sekalian ngobrol itu juga, lagi pula kita ngga akan turun tangan kok, nanti kita tinggal cari arsitek khusus!" timpal Alex.

Mereka berdua akhirnya menuju ke salah satu club malam lagi, tapi malam ini Alex sengaja mendatangi club yang cukup terkenal dan populer di kalangan atas.

Sesampainya di ruangan club, mereka kemudian langsung duduk yang di depannya ada meja bundar dan salah satu pelayan menghampiri mereka sambil menyodorkan menu minuman. Dari arah depan, sudah banyak pasangan yang sedang di mabuk asmara dalam goyangan dansanya. Namun di baliknya hampir semua pasangan sedang berciuman, menikmati alunan musik slow.

Tidak lama kemudian, pesanan mereka di bawakan oleh pelayan.

"Lex, kenapa harus di sini ?" tanya Pingka sambil meminum minuman yang sudah di tuangkan oleh pelayan tadi.

Untuk gelas pertama, mereka tidak perlu menuangkan sendiri masuk ke dalam gelas, tapi untuk gelas kedua mulai di ambil alih oleh Pingka.

"Menurutku tempat ini lebih cocok untuk kita !" jawab Alex.

"Hmmmm, kamu memangnya tau berdansa ?" tanya Pingka.

"Ngapain, mendingan langsung masuk ke dalam !" ucap Alex.

"Di dalam memangnya ruangan apa ?" tanya Pingka.

"Hihihi, tempat untuk melepas penat !" jawab Alex cekikikan.

"Isshh, ngga !" ucap Pingka menolak, meskipun Pingka menolak dari segi ucapan, namun hatinya seolah ingin berteriak untuk menerimanya.

Selang beberapa menit berlalu, mereka sudah menghabiskan tiga pithcer minuman, dan mereka mulai kehilangan kesadaran.

"Udah lama banget yah ngga minum bareng, aku rindu banget masa - masa ini Lex !" ucap Pingka dengan pandangan yang begitu sayup.

Saat ini Alex memandang Pingka seolah wanita di hadapannya adalah Pingki yang tak lain adalah almarhum istri Alex yang pertama, dan spontan tangan Alex memegang tangan Pingka yang sedari tadi berada di atas meja.

"Aku juga rindu banget dengan momen ini !" ucap Alex.

Kini kedua tangan Alex seolah memegang tangan Pingka dengan lembutnya.

Pingka kemudian menarik Alex untuk berdiri, dan mereka langsung berpelukan mesra.

Pingka kemudian menuntun tangan Alex berpindah untuk memegang pinggangnya, lalu kedua tangan Pingka menggelantung di leher Alex. Saat ini mereka seolah ikut berdansa, mengikuti alunan musik, tapi kali ini mereka sudah sama - sama lupa dengan status mereka.

Alex merapatkan bagian bawahnya, hingga Pingka bisa merasakan bahwa kepemilikan Alex sudah tegang di bawah sana. Otomatis Pingka juga melakukan gerakan di bagian bawahnya, seolah ikut menggesek- gesekkan bagian depannya.

Pingka sedikit memundurkan wajahnya, lalu dia mendongak, kedua rangkulan tangannya menekan tengkuk leher Alex untuk membuatnya tunduk. Sejenak mereka saling menatap sayup, perlahan Alex semakin menunduk hingga bibir mereka saling rapat.

Cup! 

Mereka saling mengecup.

Smooooccchhh! 

Alex menghisap bibir Pingka, dengan lembutnya.

"Mmmhhh!" gumam lirih Pingka.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel