Mencoba untuk merubah kebiasaan
Pagi harinya Alex terbangun dengan sangat bersemangat, berbeda dari pada hari sebelumnya, karena hari ini dia akan mulai berurusan dengan dunia bisnis.
"Umi, masih belum bersih ?" tanya Alex ketika dia sudah bersiap untuk berangkat.
"Heheh, mungkin dua hari lagi, Abi !" jawab Azizah dengan senyuman yang begitu khas.
"Ya udah, tapi kalau misalnya udah bersih, umi kasih yang terbaik yah, ?" ucap Alex.
"Iya, iya, Abiku sayang, cintaku padamu, love you !" ucap Azizah.
Alex kemudian mengecup kedua belah pipi Azizah, lanjut kening, terakhir bibirnya.
Sluuuurrrppp sluuuurrrppp sluuuurrrppp!
Tidak mau membuang momen indah, Alex langsung melumat bibir Azizah, dan Azizah seoalah wajib untuk membalasnya.
Setelah itu, Alex berangkat menggunakan mobil sportnya, karena dia akan menjemput seorang wanita yang tidak lain adalah Pingka.
"Bi, tolong ambil cucian di kamar, sekalian benahin tempat tidur !" pinta Azizah kepada asistennya itu, lalu Azizah kemudian menuju kamarnya Marissa.
"Baik non, !" jawab Santi.
Meskipun Santi terlihat sangat sopan menjawabnya, namun di balik kesopanan itu, dia menggerutu.
"Nasib - nasib, belum tua amat udah di panggil bibi !" gerutu batinnya.
Tap tap tap!
Santi kemudian menaiki tangga menuju lantai dua, dia merasa pinggulnya masih terasa kaku akibat permainan pak Herman yang begitu liar. Meskipun dia juga lebih liar, tapi tetap saja dia kalah telak, karena Santi kebanyakan squ!rt.
Klek!
Santi membuka pintu kamar, dan mulai membenahi tempat tidur terlebih dahulu,
"Hmmm, cantik - cantik tapi buang pembalut sembarangan !" ucap Santi lirih, ketika mendapatkan pembalut di bawah ranjang.
Lanjut Santi mengambil pakaian kotor, dan hidungnya itu sempat berkerut, ketika dia mencium bau aneh tapi membuat gairahnya sedikit terpancing.
Untuk memastikannya dia mencari - cari pakaian yang berbau khas itu, dan seketika dia mendapatkan asal bau itu, ternyata dari dalamannnya Alex.
"Istrinya datang bulan, tapi celana dalem suaminya kok bisa ada lendir cowok dan cewek di sini, ?" tanya batin Santi.
Untuk memaksimalkan perkiraannya, Santi kembali mengendus, dan mencium celana dalam milik Alex, bahkan dia mulai merapatkan celana dalam itu di hidungnya. Spontan tangannya mengelus liangnya di balik rok payungnya itu.
"Oh my good, tuan, aku padamu, !" ucap lirih Santi, dia semakin mendalami penciumannya.
Klek!
Tiba - tiba seseorang membuka pintu, spontan Santi kaget, dan celana dalam milik Alex di sisipkan di bokongnya.
"Udah selesai, Bi ?" tanya Azizah tanpa menyimpan rasa curiga.
"U - udah non, ini mau lanjut mencuci !" jawab Santi sedikit gagap karena jantungnya seolah ingin copot.
Santi kemudian berlalu pergi dan tujuannya untuk mencuci pakaian kotor itu. Setelah dia menggiling cucian, dia langsung menuju kamarnya.
Di dalam kamar dia langsung mengunci pintu, jangan sampai pak Herman kembali menyelinap.
Santi yang di buru pekerjaan dan nafsu, dia langsung melepas roknya dan celana dalamnya juga, lalu dia rebahan membuka lebar pahanya. Satu tangannya mengusap - usap liangnya, dan satunya lagi merapatkan dalaman milik Alex di hidungnya.
Ceklet ceklet ceklet!
Dia mulai menusuk masuk liangnya menggunakan jari telunjuk dan jari tengahnya.
"Hooooommmmm, aaahhhh !" desah tertahan Santi.
"Ohh, tuan, jangan bilang kamu menyelingkuhi Non, dia wanita sempurna, tapi kalau main sama aku ngga papa deh tuan, masukkan lebih dalam lagi, ohhhh !" racau lirih Santi, kembali berfantasi kalau Alex yang sedang menyodoknya.
*****
Kini Alex sudah dalam perjalanan bersama dengan Pingka. Hari ini Pingka terlihat mengagumkan di mata Alex, di mana pagi ini Pingka berpenampilan tidak seperti sebelumnya. Dia memakai rok selutut di padukan blazer, namun di balik blazernya dia hanya memakai tanktop, jadi belahan dadanya bisa terlihat jelas.
"Aku sudah dapat beberapa lokasi, tinggal kunjungan langsung saja, kalau cocok langsung putuskan hari ini juga !" ucap Pingka.
"Makasih kak, sudah mau membantuku !" kata Alex.
"Santai aja lah, kamu itu bosku loh !" jawab Pingka.
Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di bangunan pertama. Sejenak mereka memantau dari luar saja.
"Ngga sesuai ekspektasi, cancel !" ucap Pingka.
"Tapi di sini lumayan rame sih !" timpal Alex.
"Kurang waow aja menurutku !" jawab Pingka.
Alex kembali melajukan mobilnya, karena menurutnya dia harus mendengarkan perkataan Pingka. Selang beberapa menit, mereka kembali singgah di sebuah bangunan.
Bangunan itu terlihat sangat sempurna, cocok untuk showroom mobil, karena sebelumnya memang di jadikan showroom.
"Ini sistem sewa Lex, tapi menurutku bagus sih !" ucap Pingka.
"Aku maunya yang bisa di beli langsung, kalau sewa ngga jadi aset soalnya !" kata Alex.
Mereka kembali mengurungkan niatnya untuk bangunan kedua ini. Mereka kembali melanjutkan perjalanan, sampai ketika mereka melihat bangunan yang lebih strategis lagi. Kali ini mereka turun dari mobil, dan memantau secara langsung.
Bahkan Pingka menghubungi pemilik bangunan itu setelah mendapatkan persetujuan dari Alex juga.
Namun sang pemilik bangunan tidak mau memutuskan harga di balik telpon, dan akhirnya mereka memutuskan untuk bertemu di cafe terdekat dari bangunan itu.
Alex dan Pingka memilih untuk menunggu di dalam saja. Sambil menunggu Pingka mulai searching di internet beberapa brand mobil dan beberapa perusahaannya.
Tidak lama kemudian meja mereka di hampiri seorang wanita, yang tidak lain dialah pemilik bangunan tadi.
Alex dan Pingka sontak berdiri, dan menyambut ramah wanita itu. Setelah mereka sama - sama duduk, mereka saling mengenal, dan ternyata wanita itu istri dari pemilik bangunan tadi.
"Kebetulan paksu lagi sibuk mba, jadi saya saja yang akan mewakilinya!" ucap Sarah.
Meskipun Sarah termasuk wanita yang sudah berumur, bahkan sudah memiliki penerus, dua putri dan satu putra, namun tetap saja mampu membuat Alex menegak ludahnya, tapi memang watak Alex lebih terkesan sebagai pria jelalatan. Tidak bisa di pungkiri juga, Sarah memang pandai merawat tubuhnya, dan memiliki tubuh yang proporsional, sintal, montok, kulitnya itu terlihat sangat glowing.
"Pembeliannya bisa cicil juga kok, nanti pengurusannya lewat bank, tapi kalau mau cash harganya tentu lebih murah, kebetulan lagi butuh banget uangnya !" ujar Sarah.
"Ngga kurang lagi dari harga satu setengah milyar?" tanya Pingka.
"Kalau cash hari ini juga, satu milyar aja, !" jawab Sarah.
Saat Alex hendak menimpalinya, Pingka menginjak kaki Alex, dan Alex kembali mengurungkan niatnya. Tentu saja Alex ingin menyetujui harga yang di berikan, tapi Pingka belum puas untuk melakukan negosiasi.
"Bisa saja cash hari ini Mba, tapi kalau bisa di turunin tiga puluh persen, ?" tanya Pingka.
"750 juta, kalian terima beres, hari ini juga bangunan itu milik kalian. Untuk pengurusan balik nama dan yang lainnya, akan saya urus hari ini juga, dan nanti malam kita kembali ketemu di cafe ini, sekedar terima jadinya !" ujar Sarah.
"Deal !" ucap Alex, dia langsung berdiri dan mengulurkan tangannya.
Mendengar Alex sudah menyetujuinya, Pingka akhirnya menyetujuinya saja.
Pertemuan singkat mereka berakhir, karena Sarah akan mengurus beberapa surat - surat pembeliannya, sementara Pingka dan Alex masih berunding di cafe itu.
"Lex, aku dapat perusahaan mobil yang jaraknya paling dekat dari posisi kita. Kira - kira kamu siapkan budget berapa untuk modal utama ?" ujar Pingka.
"Modal tenang aja, untuk lebih jelasnya ajak salah satu dari mereka untuk ketemu dulu !" timpal Alex.
"Kita ke kantornya saja, supaya kamu juga bisa melihat unitnya secara langsung!" ucap Pingka.
Pingka mendapatkan salah satu alamat kantor perusahaan brand mobil, jadi dia mengajak Alex untuk ke tempatnya langsung.
Mereka pun meninggalkan cafe tadi, dan mulai menempuh perjalanan sampai dua jam. Sesampainya di kantor salah satu brand mobil, mereka langsung di antarkan untuk bertemu dengan pemilik perusahaan.
"Selamat siang pak, perkenalkan nama saya Pingka, dan ini bos saya, namanya Alexander bin Halil !" ujar Pingka, sambil menyalami pria yang tengah duduk santai itu.
"Siang juga, Robert Pantoyota Lasing, pemilik perusahaan ini !" ucap Robert, lalu menyalami Pingka dan Alex.
"Begini pak, bos saya ini mau memulai membuka showroom, tujuan kami cuman mau melakukan kerja sama dengan perusahaan bapak !" ujar Pingka.
"Baru mulai yah, kalau punya modal gede ngga ribet sih, saya bisa saja memberikan mobil dengan harga lebih murah tapi sistem cash. Tapi kalau lama kelamaan penjualan semakin meningkat, saya akan menguruskan untuk kerja sama penyiapan unit di showroom anda. !" ujar Robert.
"Maaf nih pak, kami cuman modal nekat dan uang, kami belum banyak pengalaman tentang mobil, kira - kira apa saja yang perlu di lakukan untuk pemula ?" tanya Pingka.
Sementara Alex, hanya mendengar, menyimak, sampai - sampai matanya terkatup - katup, karena sudah menjadi kebiasaannya banyak tidur.
"Strategi promosi yang efektif dan efisien, dalam artian kalian harus memiliki jejaring sosial yang luas, tapi itu kami bisa membantu juga, dan kami juga akan menyediakan sales promotor yang lebih handal, untuk tiga bulan kedepannya. Setelah itu terserah perpanjangan kontraknya mau lanjut atau tidak!" jelas Robert
"Terus untuk menentukan bahwa mobil ini pasti akan laku dalam tahun ini gimana pak ?" tanya Pingka.
Nyiuuutt!
Seketika Pingka mencubit pinggang Alex, karena melihatnya sudah tertidur.
"Deal, saya setuju !" ucap Alex tidak nyambung.
Namun pak Robert yang orangnya malas tau, hanya menggelengkan kepalanya.
"Enak banget masih mudah udah jadi bos muda, lah aku umur empat puluh tahun baru di panggil bos !" batin Robert.
Sebenarnya Alex mendapatkan kekayaannya itu dari harta peninggalan istrinya, Seftia. Dulunya Alex hanya seorang perantau, yang hendak mengadu nasib.
Alex mulai memperbaiki duduknya, namun matanya seolah di usap - usap oleh beberapa wanita cantik, jadi dia begitu terlalu nyaman untuk terkatup.
"Minimal pembelian mobil di awal sebanyak lima unit sistim cash, tapi kalau misalnya ada mobil yang keluaran terbaru dan melihat pasaran lebih laku, maka perusahaan akan mengganti unit dengan harga yang setara juga, dan jangka waktu lounching produk barunya tidak menentu, maka dari itu fungsi promotor akan di pergunakan saat itu, di mana setiap bulannya di berikan target penjualan !" jelas Robert.
"Jadi kami tidak perlu mencari karyawan lagi pak ?" tanya Pingka.
"Tinggal cari karyawan di bidang management aja, untuk sales, perusahaan yang tanggung. Sebagai bentuk rasa terimah kasih karena sudah mau bekerja sama. Untuk gajinya selama tiga bulan di awal akan di tanggung perusahaan ini, dan untuk selanjutnya tergantung mau cari karyawan pengganti atau tetap karyawan dari perusahaan ini, tapi untuk gaji bulan keempatnya mulai di tanggung kalian !" jelas Robert lagi.
Mereka masih tetap lanjut mengobrol tentang asuransi pembeliannya, kerjasama antar bank, dan masih banyak yang lainnya sampai ketika mereka kembali keluar dan di tawarkan beberapa unit yang baru lounching serta lagi trend pada saat ini.
Tanpa banyak basa- basi, setiap mobil yang di tawarkan oleh sales sales, Alex setuju saja, dan mereka kembali ke dalam ruangan pak Robert.
"Pak, kami sebenarnya baru memilih tempat hari ini juga, kemungkinan showroom kami akan sedikit di renovasi dan beberapa persiapan lainnya. Jadi untuk pembayarannya, kami akan selesaikan di saat semuanya selesai, dan unit di antarkan di showroom kami !" ujar Pingka.
"Siap - siap, senang bekerja sama dengan anda dan bos anda itu !" ucap pak Robert, namun dia seoalah menyinggung Alex.
Harga dari kelima mobil yang di pilih oleh Alex masing - masing berbeda tingkatan ada yang seratus lima puluh jutaan, dua ratus jutaan, empat ratus jutaan, dan yang paling mahal enam ratus jutaan. Dari kelima mobil itu, Alex harus mempersiapkan modal kurang lebih satu setengah milyar.
Sebelum pamit, pak Robert menunjukkan beberapa foto di galeri ponselnya, dan ternyata itulah foto beberapa sales yang ada di perusahaannya.
"Kalian bisa memilih tiga sales !" ucap Robert.
Alex yang melihat layar ponsel Robert seketika matanya terbelalak melihat beberapa foto wanita cantik, seksi dan sangat ideal.
Alex langsung menunjuk tiga foto dan semuanya wanita.
"Ngga mau ambil sales cowok, bos ?" tanya Robert, dia seolah mulai sedikit sopan dengan Alex, karena Robert sudah mengetahui bahwa Alex adalah satu pewaris keluarga PT BRJ atau menantu dari Brata Jaya, yang tak lain Ayah kandung Seftia.
"Cewek aja pak, sepertinya pembeli lebih nyaman kalau salesnya cewek !" jawab Alex.
"Huuu, bilang aja mau cuci mata tiap hari !" seruan Pingka, namun dalam batinnya saja.
"Padahal tidak selamanya customernya laki - laki bos, tapi tidak papa juga sih !" timpal Robert.
Setelah itu, Alex dan Pingka berpamitan kepada Robert, untuk pulang.
Brummmm!
Alex langsung tancap gas, dan ketika dia sudah berada di jalan raya yang tidak terlalu padat kendaraan, Alex memegang tangan Pingka. Sontak Pingka kaget, karena dia sedang memejamkan matanya.
Pingka tidak menepis pegangan tangan Alex, namun dia menoleh ke arah Alex.
"Makasih kak, udah banyak membantuku, dan aku mau minta maaf karena sudah merepotkanmu !" ucap Alex, dan pegangan tangannya berubah menjadi elusan di punggung tangan Pingka.
"Sama - sama Lex, bagiku ini belum sebanding dengan bantuan yang kamu berikan padaku juga !" jawab Pingka.
"Kak, kita singgah makan siang dulu yah, apalagi perjalanan masih sejam lebih !" ucap Alex.
"Boleh deh, kalau bisa cari tempat rumah makan di pinggir jalan aja, mau istirahat juga soalnya !" kata Pingka sambil beberapa kali menguap.
Di sela obrolan mereka itu, tangan mereka malah saling menggenggam.
Tidak beberapa lama kemudian, akhirnya mereka sampai di rumah makan, dan mereka terpaksa melepas pegangan tangan mereka.
"Jangan Pingka, dia sudah punya istri !" ucap batin Pingka seolah berusaha untuk menepis perasaannya itu.