Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4. Alasan Ngekos

Di depan bangunan berpetak-petak Ryan hentikan langkahnya, di bagian petakan bangunan paling ujung sebelah kanan, ia terlihat membuka pintu bangunan itu kemudian masuk dan merebahkan diri di ranjang. Itulah tempat kos nya yang ruangannya hanya berukuran 3 x 3 meter, pada saat itu biaya sewa kos-kosan di tempatnya hanya Rp. 20.000,- / bulannya beserta lampu.

Sementara tempat mandi serta mencuci pakaian terletak di bagian belakang, hanya berupa ruang yang disekat dengan seng dan airnya berasal dari sumur galian, untuk mendapatkan air harus ditarik dulu menggunakan tali yang disangkutkan pada katrol, wajar saja jika biaya sewa kosnya itu tergolong murah, dan memang pada masa itu belum terjadi moneter seperti saat sekarang ini, hingga harga sewa kos-kosan dan seluruh kebutuhan hidup pada masa itu sesuai dengan nilai tukar uang yang beredar.

Untuk menuju ke sekolah, Ryan biasa menggunakan angkot dengan ongkos Rp. 200,- yang selalu hilir mudik di jalan raya depan gang masuk ke kos-kosannya itu, sementara jika berangkat menggunakan bus kota hanya Rp. 100,- sampai ketujuan sekali jalan. Selama satu catur wulan sudah itulah Ryan selalu melaksanakan rutinitasnya ke sekolah menggunakan angkot maupun bus kota itu, kadang masuk pagi terkadang pula masuk siang seperti yang telah menjadi keputusan pihak sekolah untuk bergantian antara kelas A1 dan A2.

Awalnya Ryan melanjutkan sekolah ke SMEA Negeri di Kota P, sebenarnya tidak dianjurkan oleh kedua orang tuanya untuk ngekos di kota itu, karena di sana ada Om Ramlan yang masih ada pertalian saudara dengan Ayah Ryan, meskipun Om Ramlan bukan saudara kandung se Ayah dan se Ibu dengan Ayahnya Ryan, namun hubungan persaudaraan mereka boleh dikatakan cukup dekat, karena Kakek Ryan merupakan adik kandung dari Ayahnya Om Ramlan.

Dua minggu sejak Ryan mendaftar masuk di SMEA Negeri tempat ia menutut ilmu sekarang, Ryan sempat tinggal bersama Om Ramlan di rumahnya yang cukup mewah di kota itu, Om Ramlan sangat sayang padanya bahkan segala keperluan mulai dari seragam sekolah hingga buku-buku, Om Ramlan itu yang membelikannya. Namun berbeda dengan istri Om Ramlan yang bernama Dewi, Tantenya itu terbilang pelit dan judes.

Bahkan Ryan merasa tidak betah tinggal dirumah yang bergelimang kemewahan itu, karena Tante Dewi hanya baik dan bermanis-manis kata saat Om Ramlan berada di dekat mereka, begitu Om Ramlan tidak di rumah karena dari pagi hingga sore berada di perusahaan karet miliknya, Tante Dewi terlihat sinis dan kerap melakukan hal-hal yang membuat Ryan merasa terhina.

Pernah suatu ketika saat Ryan pulang dari sekolah, Tante Dewi hanya menyediakan di meja makan kerak nasi yang di remas-remas, serta secuil sambal tanpa ada lauk-pauk. Karena lapar Ryan pun tetap memakan nasi kerak perasan itu dengan mata yang berkaca-kaca, seumur hidup baru kali ini ia mengalami hal yang begitu pelik, sementara sesusah-susahnya hidup di desa, ia dan kedua orang tuanya tetap bisa makan nasi dengan lauk-pauk bahkan sayur-sayuran yang mereka tanam serta tumbuh subur di perkarangan rumah.

Tante Dewi memang melakukan hal itu dengan sengaja, agar Ryan tak betah berlama-lama tinggal di rumah Omnya itu, dengan alasan ingin hidup mandiri akhirnya Ryan di perbolehkan Om Ramlan untuk mencari dan tinggal di kos-kosan. Di tempat kosnya itulah Ryan baru merasakan kenyamanan, meskipun segala sesuatunya harus dikerjakan sendiri, mulai dari mencuci pakaian hingga memasak.

Kedua orang tua Ryan tak mengetahui hal itu, karena Ryan memohon pada Om Ramlan untuk tidak memberi tahu kedua orangnya di desa. Lagi pula jika dipaksakan bertahan di rumah milik Omnya, bukan tidak mungkin suatu saat tampa diduga-duga Om Ramlan mengetahui akan sifat dan kelakuan Tante Dewi pada keponakannya itu, belum lagi rasa segan Ryan pada kedua orang anak Tante Dewi yang keduanya wanita, yang paling sulung Sandra tengah di kuliah di perguruan tinggi, sementara yang bungsu Cintya sekolah di SMA saat ini duduk di kelas 2.

Pak Ardi Ayahnya Ryan bekerja sebagai penyadap karet milik sahabatnya yang bernama Syamsul orang terkaya di desa Ryan. Sementara Ibunya Ryan yang bernama Hesti di samping mengurus rumah tangga, ia pun menyelingi waktunya untuk berkebun di belakang rumah yang perkarangannya cukup luas memanjang. Ryan tiga bersaudara yang kesemuanya berjenis kelamin laki-laki, kedua adiknya masing-masing duduk di bangku SMP kelas 1 dan SD kelas 3, tentu biaya sekolah yang akan dicari Pak Ardi tidak cuma untuk Ryan sendiri, tapi juga untuk kedua adiknya.

Keluarga Ryan memang tergolong keluarga yang miskin, karena Ayahnya hanya buruh tani penyadap karet yang bukan miliknya sendiri, hasil dari pekerjaannya itu musti dibagi dua dengan Om Syamsul, namun semangat keluarga itu cukup tinggi untuk dapat menyekolahkan putra-putranya.

Ryan sendiri dituntut berhemat karena setiap bulannya Pak Ardi hanya bisa mengirim uang Rp. 50.000,- Pak Ardi sendiri hanya mengetahui uang Rp. 50.000,- itu hanya terpakai Rp. 20.000,- untuk uang SPP Ryan percatur wulannya, sementara sisanya Rp. 30.000,- untuk keperluan sehari-sehari seperti ongkos angkot ke sekolah dan jajannya. Padahal kenyataannya Ryan setiap bulannya harus mengeluarkan Rp. 40.000,- untuk SPP dan sewa kos, hingga sisa Rp. 10.000,- itulah yang ia pakai untuk ongkos dan membeli beras yang pada masa itu masih Rp. 2.000,- / liternya serta keperluan untuk membeli bahan-bahan yang akan dibuat sambal.

Ryan terpaksa menahan untuk tidak jajan di sekolah, karena memang sisa uang yang hanya Rp. 10.000,- itu tidak akan cukup jika ia memaksakan diri untuk tetap menggunakan uangnya itu untuk jajan di sekolah maupun di lingkungan kosnya.

Sosok Ryan juga tak mau meminta-minta meskipun sesekali waktu Om Ramlan mengunjunginya ke kos-kosan dan memberinya uang, bulan pertama uang pemberian Om Ramlan memang ia terima, setelah itu Ryan mengatakan jika Om nya itu ingin berkunjung ke kos tak perlu memberikannya uang lagi, ia mengatakan uang yang dikirim Ayahnya sudah cukup untuk keperluannya mulai dari bayar kos, uang SPP dan keperluan makan minumnya sehari-hari serta ongkos angkot ke sekolah...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel