Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Besar sebelah

Rina yang jauh dari keluarga, memilih merantau ke kota besar untuk mengubah hidupnya. Kegagalan rumah tangga, membuat dia enggan untuk menjalin hubungan serius dengan pria, tapi hanya ingin menikmati status yang sangat menyenangkan baginya.

Rumah tangga pertama hanya bertahan satu tahun, yang kedua hanya enam bulan. Dia benar-benar terpuruk karena kebodohannya, terlalu percaya pada pria muda yang mengaku sebagai pengusaha, ternyata pengangguran kelas berat.

Rina telah mengemasi barang-barang nya sebelum dua jam, seperti yang di katakan Bu Inggit, dia sudah berada di luar kosan untuk memberi kunci kamar pada wanita gendut yang masih menunggu di ruang tamu kosan.

Rina merasa kesal karena dia sama sekali tidak memiliki uang sebanyak itu untuk menyambung kamar kos sebagai pilihannya, yang di fasilitasi kantor tempat dia bekerja.

Dengan mata yang masih terasa basah, Rina meninggalkan rumah besar dan mewah itu untuk selamanya.

Perlahan tapi pasti, Rina melanjutkan perjalanan nya dengan tujuan yang tidak jelas. Iya melihat handphone nya, mencari nomor telepon seseorang yang dapat membantu agar bisa memberikan nya tempat tinggal.

Matanya tertuju pada nomor, "Aaagh ... Pasti Bang Ibhen mau membantu ku ..."

Rina mengalihkan pandangannya di taman kota, untuk segera beristirahat di sana. Perlahan menghela nafas panjang, sedikit dapat bernafas lega, sambil menunggu kabar dari pria yang bernama Ibhen.

Matanya teralihkan pada sosok pria yang seusia dengannya, duduk sendiri sambil memeluk boneka kecil berwarna coklat. Rina mendengus dingin ...

"Hmm pasti dia merupakan pria gemulai yang di tinggal mati kekasihnya ...!" tawanya dalam hati.

Rina duduk termenung sendiri, sesekali matanya mengarah pada gedung-gedung pencakar langit yang indah gemerlap di terangi cahaya lampu kala malam. Kembali matanya menatap layar handphone, mengusap lembut dengan lemah.

"Hmm aku harus kemana ...? Uang ku sama sekali belum di transfer oleh Bang Tham. Aaagh ...!" sesalnya.

"Kan enggak mungkin aku tidur di sini ... Bisa-bisa kenak perkaos bergilir aku sama pemuda setempat ...!"

Rina menoleh kearah lain, melihat-lihat seputaran taman, sedikit khawatir akan mendapatkan perlakuan tidak senonoh. Iya masih berharap pada pria yang di hubungi nya itu.

Matanya sekali lagi melirik kearah pria yang masih duduk terdiam, memperbesar pupil mata untuk melihat laki-laki yang tidak peduli dengan keberadaan nya itu dengan seksama. Namun dia gagal, karena Ibhen membalas pesannya lebih dulu, pria lebih tua dan mapan dari Thamrin, yang selalu bersedia melakukan apapun untuk Rina.

Bibirnya tersenyum sumringah, karena sebentar lagi Ibhen akan menjemput janda muda tersebut, setelah mengirim lokasi keberadaan nya.

Wajah murung berubah bahagia, karena di lindungi oleh pria baik walau sudah berumur dan beristri.

Tak selang berapa lama, mobil sedan mewah berhenti di pinggir jalan, membunyikan klakson dua kali sebagai isyarat bahwa pria yang di tunggu-tunggu telah datang menjemput.

Dengan perasaan bahagia, Rina membawa tas ransel besar miliknya bak bule yang akan berkelana jauh mencari kebahagiaan.

Sontak pemandangan itu menjadi kejutan luar biasa bagi pria yang duduk di kursi taman tersebut, setelah melihat mobil itu berlalu pergi, membawa serta wanita bernama Rina di dalamnya.

Rina tersenyum sumringah merangkul erat lengan Ibhen sedikit kecupan kecil dengan perasaan manja.

"Kok enggak ngomong sama Abang tadi sore. Biar bisa Abang transfer langsung ke kamu," kecupnya di kening Rina.

Rina merengek dengan suara khas serak-serak basah, membuat drama tak kalah menyedihkan dari sinetron ikan terbang, "Hmm aku enggak mau ganggu Abang. Kan Abang sibuk, tapi malam ini Abang pulang ke rumah saja, yah? Jujur aku capek, stresshh ..."

"Iya sayang, malam ini Abang hanya membawa kamu ke apartemen. Dua hari lagi Abang datang. Karena besok subuh Abang mesti ke luar kota dulu. Nanti Abang transfer untuk kebutuhan kamu, langsung. Karena sudah seminggu Abang tidak pulang, sibuk mengurus proyek yang akan segera di bangun minggu depan."

Rina tersenyum bahagia, hatinya seketika berbunga-bunga 'Dewi Fortuna' telah berpihak padanya.

'Hmm ... Syukurlah. Jadi aku bisa istirahat dulu merawat kue apem dari serangan Bang Tham, sekaligus mencari pekerjaan untuk menyambung hidup ku, agar menjadi wanita kaya raya ...'

Ibhen mengusap lembut paha Rina yang terasa padat, mengelus-elus mengharapkan sesuatu yang dapat di pahami oleh janda cantik tersebut.

Rina menatap sendu juga manja kearah Ibhen, berbisik pelan ketelinga pria itu, "Abang mau apa, hm?"

Tanpa pikir panjang, Ibhen menunjuk kearah bawah agar membantu nya untuk menyelesaikan hasrat yang terpendam.

Rina memeluk tubuh yang masih terlihat sedap di pandang mata itu, mengusap pelan dada bidang dengan jari telunjuk yang melentik di seputar dada hingga perut, "Nakal igh ... Besok saja, Bang! Aku lagi enggak enak badan. Nanti Abang enak, aku bagaimana?"

Ibhen mengangguk setuju, "Bener yah ...! Dua hari lagi, Abang tagih."

Rina mengangguk nakal, mengecup lembut pipi pria yang sudah membawanya di apartemen Royal Mediterania.

"Hmm wait, Abang transfer dulu."

Ibhen meraih handphone mahal miliknya, mencari nomor account wanita yang ada di sebelahnya, sesekali menatap penuh gairah dan hasrat yang tak kuasa untuk di tahan.

Namun malam ini, Ibhen harus kembali ke mansion miliknya, karena baru saja mendapat sedikit masalah dari sang istri mengenai putra kesayangannya.

"Sudah sayang. Abang transfer 20 juta. Kamu baik-baik yah? Jaga diri, ingat jangan nakal. Minta saja kunci ke kantor pengelola, nanti mereka akan mengantarkan kamu ke dalam. Jangan lupa, kalau ada apa-apa hubungi Abang, yah?" jelasnya dengan suara lembut.

Rina tersenyum bahagia, keberuntungan sedang berpihak padanya, dan dia harus memanfaatkan keadaan ini dengan baik.

'Enggak apa-apa deh, kehilangan Bang Tham. Masih ada Bang Ibhen yang memanjakan aku ..."

Rina mengecup bibir Ibhen, tanpa perasaan sungkan. Bagi janda cantik sepertinya Ibhen pria paling baik, namun Thamrin lebih bergairah.

"Makasih yah, Bang. Abang pergi jangan lama-lama. Nanti aku di comot orang, Abang yang nyesel," rungutnya manja.

Ibhen mengusap lembut kepala Rina, sedikit meremas benda kenyal yang sangat menantang dan dapat membangkitkan gairah pria yang telah memiliki istri yang sangat patuh padanya.

"Hmm, Abang jangan pegang satu, sebelah lagi dong, nanti besar sebelah bagaimana?" ucap Rina manja.

Tentu mendengar ucapan seperti itu, Ibhen menggenggam geram kedua gundukan kenyal yang sejak tadi menggoda nya, sehingga membuat sesuatu di bawah sana mengeerang ingin keluar mencari lembah milik Rina.

Rina membusungkan dadanya, agar dapat di kecup oleh Ibhen walau masih terbungkus benang, sebagai obat rindu 20 juta yang telah berada dalam genggaman.

Setelah cukup lama mereka saling merayu, Rina keluar dari mobil, melambaikan tangan pada Ibhen yang berlalu meninggalkan nya di loby apartemen.

Dia melangkah masuk ke dalam gedung apartemen, meminta card pada salah satu staf gedung tersebut dengan hati riang gembira.

Namun lagi-lagi, matanya tertuju pada sosok pria yang dia lihat beberapa waktu lalu saat di taman.

Mereka menunggu lift yang sama, di temani pihak apartemen, yang hanya diam tanpa banyak bicara.

Rina mengikuti langkah staf gedung tersebut, di susul oleh pria muda dan tampan yang masih memeluk boneka coklat itu dalam pelukannya.

Rina sempat berfikir, 'Apakah pria ini gila ...? Atau lari dari rumah? Aaagh sudah lah. Yang penting malam ini aku bisa tidur nyenyak, dingin, dan nyaman. Terimakasih Bang Ibhen ...'

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel