Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4. Masalah Mila

Anton tertidur lelap setelah aktifitas panasnya bersama Mila. Sementara Mila sedang mencari udara segar di rooftop tepi kolam.

Aldi pun menghampirinya dengan membawakan secangkir kopi. Setelah mengetahui sedikit masalah yang dihadapi Mila, Aldi pun mencoba untuk bertanya.

"Ta tanya apa pak silahkan?" Ujar Mila.

"Tenang saja Mila ini bukan soal tunggakan uang kos kok, cuma akhir-akhir ini saya perhatikan Mila sepertinya sedang banyak beban ya?"

"Ohh iya pak mohon maaf soal uang kos, papa saya lagi kena musibah soalnya jadi agak terlambat. Iya memang agak banyak pikiran sih pak akhir-akhir ini"

"Maaf ya Mila boleh kah di sharing sama saya"

Mila hanya diam dan tak kuasa menahan air matanya karena merasa diperhatikan. Di samping Aldi dia kembali meneteskan air matanya itu.

Namun dia tidak mungkin menceritakan yang sebenarnya terjadi. Dia merasa terlalu memalukan bagi orang lain mengetahui masalahnya tersebut.

Setelah menenangkan diri, Mila pun mulai bercerita.

"Saya sedang terbelit hutang pak, karena kebutuhan yang kurang bisa saya kendalikan, awalnya saya hanya hutang dengan nilai kecil untuk mengikuti arisan mahasiswa, namun lama-lama semakin besar karena acara-acara komunitas yang diadakan"

"Sebelumnya saya pikir kalau saya kekurangan bapak di kampung mungkin masih bisa usahakan sesuatu, tapi ternyata kondisi bapak juga semakin buruk".

"Sekarang saya harus cari uang sendiri buat bisa lanjut kuliah sama biaya hidup saya" ujar Mila.

"Mmm begitu ya, kira-kira sampai berapa itu hutangnya Mila?"

"Ndak yakin saya pak, mungkin sampai 20 jutaan"

"Oh 20 jutaan, ya lumayan banyak ya" ujar Aldi, namun ekspresinya menunjukkan itu bukanlah angka yang cukup besar baginya.

"Mila yakin itu masalahnya Mila?" Tanya Aldi kembali.

Mila sedikit terkejut karena berpikir apakah pak Aldi tahu apa masalah dia sebenarnya "iya pak itu masalah saya karena itu saya sampai telat 3 bulan di bapak"

"Oh oke oke kalau teman mbak Mila yang tadi menginap disini itu siapa?"

Deg, sekali lagi Mila merasa apa pak Aldi tahu sesuatu? "Dia teman komunitas saya pak, lagi ada masalah di rumahnya, orang tuanya sering bertengkar jadi dia minta nginap disini malam ini" jawab Mila.

"Oh kebohongan ditutupi kebohongan lainnya, hati-hati Mila kamu bisa tenggelam. Mungkin karena dia terlalu malu menjelaskan yang sebenarnya, baiklah kalau begitu" ujar Aldi dalam hati.

"Oh begitu, baiklah ndakpapa semoga mbak Mila bisa segera dapat solusi atas masalahnya" ujar Aldi

"Iya pak Amin"

Aldi mendekatkan sedikit wajahnya pada Mila dan membisikkannya sesuatu "kalau mungkin mbak Mila kepepet banget dan sudah mentok, jangan malu buat minta tolong ke saya ya mbak. Saya khawatir mbak Mila malah tenggelam lebih dalam" ujar Aldi.

Mila pun terkejut, air yang ditawarkan untuk memadamkan api yang sedang membakar terdengar begitu menyejukkan. Namun tidak mungkin Mila seketika mengambil tawaran itu, dia terlalu malu.

"Oh aduh iya pak saya berterima kasih sekali sama pak Aldi, tapi saya ndak boleh ngerepotin lebih jauh pak. Saya jadi malu padahal saya masih ada tunggakan ke bapak" jawab Mila.

"Ndakpapa Mila, seriusan jangan ragu ya. Saya kasihan sama kamu kalau kamu malah jatuh semakin jauh"

"Iya pak Aldi terima kasih pak, saya akan usaha dulu dan kalau sudah mentok baru saya hubungi bapak"

"Nah begitu, oke maaf kalau begitu saya mau kembali ya. Hawanya sudah mulai dingin"

"Iya pak siap terima kasih banyak kopinya pak, nanti saya kembalikan gelasnya"

Aldi pun kembali ke ruang kerjanya di lantai 2 dan mempersiapkan rencana kegiatan untuk esok harinya.

"Ketemu sama marketing perusahaan interior ya? Leonard ngajak aku lagi nih? Katanya suruh istirahat kurangi kerjaan" gumam Aldi.

Setelah selesai membuat agenda kegiatan dan rencana kerjanya, tak terasa waktu berlalu begitu cepat.

Jam dinding digitalnya telah menunjukkan pukul 23.00 namun rasa kantuk sama sekali belum menghinggapi Aldi.

Dia pun mencoba menghibur diri dengan koleksi novel di rak bukunya. Novel terbaru yang dibelinya berjudul hati untuk kebebasanmu.

Aldi pun menyandarkan dirinya di kursi pijat dekat dengan jendela kaca besar tak jauh dari meja kerjanya.

Keesokan harinya Aldi memulai hari seperti biasa, dia melihat agenda untuk bertemu dengan marketing interior masih sekitar 3 jam lagi di tempat yang tidak jauh dari kediamannya.

Sembari menyantap roti untuk sarapan, Aldi juga melangkah di atas treadmill di ruang latihannya.

Di depan kos seorang gadis berpakaian rapi sedang melangkah memasuki pekarangan kost.

Dia melihat-lihat area kost dari depan dengan penataan bunga yang rapi, lalu memasuki lantai dasar hanya terhampar parkiran yang luas dan 1 kamar untuk penjaga.

Melangkah dengan melihat-lihat sekitarnya wanita itu tampak menyukai penataan tempat tersebut.

DI ujung basement terdapat 2 elevator. 1 untuk penumpang dengan ukuran yang lebih kecil, sedangkan di sebelahnya khusus untuk barang dengan ukuran yang besar.

Menaiki 1 lantai gadis itu melihat ada ruangan kamar yang terbuka, DIa pun melihat interior ruangan dengan kombinasi warna yang menarik.

Kemudian gadis itu melangkah naik melewati elevator hingga ke rooftop. Melihat pemandangan mini garden, kolam renang dan pool side membuatnya merasa tempat itu sangat nyaman.

"Cari siapa mbak?" Sapa pak Darmi.

"Oh ndak pak maaf saya dari bagian marketing interior sudah ada janji sama pak Aldi"

"Oh pak Aldi, mbak panggil saja bel rumahnya. Biasanya selalu. da orang DI dalam.

"Baik terima kasih pak" ujar wanita itu.

Wanita itu pun berdiri depan rumah pak Aldi setelah menekan bel di pintunya.

"Ya dengan siapa ya?" Ujar Aldi melalui intercom .

"Saya Evelyn pak yang mau ketemuan di Nova house nanti. Ini saya duluan kesini karena penasaran sama bangunan ini"

"OHh berarti ndak jadi nanti ketemuannya? Ketemu sekarang saja ya?" Jawab Aldi

"Oh tetap jadi pak, ini saya diluar schedule cuma mau riset"

"Oke oke silahkan masuk mbak"

DI dalam kediaman Aldi, pencahayaan modern menghiasi setiap ruangan dengan perabotan yang minimalis dan pemilihan bahan yang berkualitas.

"Wah wah selera pak Aldi ini tinggi juga ya ternyata, kagum saya" ujar Evelyn.

"Ahhaha ndak kok mbak biasa saja".

"Maaf apakah boleh saya berkeliling sebentar pak?"

"Oh boleh monggo ayo saya temani"

evelyn pun melangkah menuju ruang utama, dapur, naik ke lantai 2, ada ruangan kerja dan  ruang FItnes dengan pemandangan kota dan pool.

"Wah rumahnya benar-benar luar biasa ya pak Aldi"

"Ahhaha ndak lah mbak biasa saja lah"

"Oh ya yang belum aku lihat adalah kamar tidur ya pak, mohon ijin apakah boleh bapak.

"Boleh boleh silahkan mari saya antar"

Sekali lagi Evelyn dibuat takjub oleh desain interior di dalam kamar tersebut.

Di dalam kamar Evelyn pun melucuti pakaiannya satu per satu.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel