Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7. Jujur Ya!

Aldi terkejut karena wanita yang selama ini selalu dihindari olehnya justru berdiri tepat di hadapannya. Satu tahun sejak mengetahui Lugia juga membuka usaha di komplek ruko yang sama dengannya, Aldi selalu berusaha agar tak sampai bertemu dengan wanita itu.

Lugia menatap Aldi datar dengan sedikit malu-malu, pandangannya tidak fokus menatap wajah Aldi dan suasana terasa begitu canggung. Demikian dengan Aldi yang juga seperti salah tingkah menyapa mantan istrinya tersebut.

“Aldi?” sapa wanita itu.

“Eh Gia, apa kabar?” balas Aldi.

“Baik, habis makan disini? sendirian aja?”

“Ii-iya, eh enggak maksudnya tadi aku habis makan bareng temen. Kamu sendiri, habis makan disini?”  tanya Aldi mencoba mengakrabkan diri.

“Nggak, aku parkir disana tadi ada perlu dan mau ke ruko depan.”

“Oh ii-iya, ng aku juga mau balik ke ruko depan,” sahut Aldi tanpa sadar.

“Oh toko kue itu ya, itu punya kamu kah Al?” Aldi terkejut oleh pertanyan itu karena tak menyangka Lugia mengetahuinya.  “Sekarang sudah mulai rame ya, selamat ya Al padahal nggak mudah jualan disini,” imbuh Lugia.

“Itu, enggak juga sih. Ng maksudnya iya, aku buka usaha itu bareng sama temenku. Kamu kok tahu ?” tanya Aldi penasaran.

“Iya aku beberapa kali liat kamu seperti cek-cek sesuatu di depan, waktu aku mampir untuk coba beli cake disitu mereka juga kebetulan lagi bicarain kamu. Aku juga lihat kamu datang sama cewek cantik rambut panjang, dia istri kamu ya?” tanya Lugia penasaran.

“Itu, iya dia istri aku. Berarti kamu sudah lama tahu kalau aku buka toko disitu ya?” tanya Aldi terkejut.

“Ya lumayan, tapi aku nggak pernah ada kesempatan buat nyapa kamu. Seperti biasa kamu selalu kelihatan sibuk.” Celetukan Lugia itu terdengar seperti sebuah sindiran yang mengingatkan Aldi pada penyebab perceraian mereka.

Keduanya lantas berjalan bersama kembali ke ruko, rupanya Aldi dan Lugia sama-sama saling memperhatikan selama ini, hanya aja ada suatu perasaan yang menghalangi keduanya untuk saling bertegur sapa. Setelah seharian mengalami mood yang buruk, tak disangka pertemuannya dengan Lugia cukup membawa suasana hati yang lebih baik bagi Aldi.

Dari percakapan mereka yang canggung, Aldi mengetahui jika Lugia masih tidak ingin menjalin hubungan dengan seorang pria, dia hanya ingin fokus mengurus orang tua dan usahanya. Ada rasa simpati namun juga senang mengetahui wanita yang pernah mengisi hatinya itu menjalani hidup dalam kondisi yang baik.

Pertemuan pertama mereka pasca 3 tahun bercerai rupanya membawa kerinduan yang terlihat jelas dari bahasa tubuh masing-masing. Keduanya berjalan perlahan mencoba mengulur waktu lebih lama untuk sampai ke ruko tempat usaha mereka. Percakapan yang mulanya begitu canggung itu perlahan mencair, Aldi menceritakan sedikit perjalanan hidup yang membawanya sampai membuka perusahaannya sendiri.

Di sisi lain tentu Lugia pun bahagia mengetahui mantan suaminya itu menjalani hidup lebih baik walau tanpa kehadirannya. Banyak hal yang ingin diceritakannya namun, mengingat kini pria itu sudah memiliki pendamping yang baru, Lugia merasa dirinya harus menjadi orang lain dan menjaga jarak dengannya.

Mendekati ruko, Lugia memutuskan untuk melangkah lebih dulu agar tak menimbulkan kesalahpahaman bagi siapapun yang mungkin mengenal mereka.

"See you ya Al, oh ya cake-cake di tempatmu rasanya enak. Aku sepertinya mulai jadi langganan sekarang."

"Oh hehe iya itu yang bikin aku berani inves buat buka toko itu," jawab Aldi dengan rasa bangga terhadap Mila yang memproduksi semua cake tersebut.

Pertemuan singkat mereka pun diakhiri dengan senyuman hangat dan lambaian tangan, dalam hati Aldi merasa senang akhirnya bisa menyapa kembali mantan istrinya itu setelah sekian tahun mereka berpisah.

Setelah cukup tenang Aldi kembaii melanjutkan pekerjaannya di kantor. Belum lama duduk di kursinya, dering ponsel Aldi berbunyi di atas meja, sebuah panggilan dari Leonard sahabatnya yang belakangan semakin jarang dia temui.

"Hei halo bro?" jawab Aldi meletakkan ponselnya dan merubah suaranya menjadi loudspeaker.

"Hei bro, sory sory repot nggak bro mau minta tolong nih aku," ucap Leonard yang terdengar cukup serius.

"Hmm minta tolong apa nih?"

"Gini bro, kamu tau kan adek angkatku yang di kampung. Dia kan kuliah managemen bro dan lagi mau tugas magang, nah dia itu maksa buat magang di kantorku bro, minta tolong aku buat masukin kesana."

"Hmm, adek? emang iya kamu punya adek angkat? kok nggak inget aku kamu pernah cerita bro," sahut Aldi bingung.

"Ah masa sih, kamu yang lupa kali. Ya gitu lah pokoknya, nah intinya aku nggak mau bro dia masuk kesini, tau sendiri lah gimana Bapak kita, bisa-bisa dijadiin selir tar sama dia, soalnya adekku ini bening banget bro," jelas Leonard.

"Oke oke terus kamu mau masukin dia di tempatku? Biar tar deketnya sama aku gitu? kamu mau bunuh aku pelan-pelan kah bro?" sindir Aldi.

"Ya nggak bro, aku tahu lah gimana Ae Rin, maksud aku kira-kira bisa nggak bro kalo di tempat dia? Kan aman tuh nggak ada kucing garongnya, selain itu tempat Ae Rin juga perusahaan gede, bisa buat rekomendasi bagus kalau dia sudah lulus nanti," pinta Leonard.

Aldi merenungkan sejenak permintaan Leonard tersebut, jujur saja sahabatnya itu jarang sekali meminta bantuan padanya. "Aku nggak janji apa-apa ya bro coba nanti ku info dia kira-kira mau terima nggak."

"Oke-oke siap makasih banyak ya bro, kalau boleh nanti aku traktir ke Beehill Mansion lagi bro, kita seneng-seneng lagi, hahaha," ujar Leonard.

"Dasar gila, ya udah sana sana."

***

Sepulang kerja sesuai permintaan Aldi, dia menjemput Ae Rin di kantornya. Setelah menyapa petugas di pos keamanan, Aldi melanjutkan menuju Lobby dimana Ae Rin sedang melangkah keluar. Wanita cantik dengan tubuh tinggi semampai itu melangkah dengan senyuman yang merekah menyambut sang suami.

“Hai sayang, udah lama kah nunggunya?” sapa Aldi.

Ae Rin merunduk melongok ke dalam melalui pintu mobil. “Udah dari kemarin, hehe .”

“Ya ampun iya maaf ya, yuk yuk kita halan-halan.” Keduanya pun melanjutkan acara makan malam mereka di tempat favorit Ae Rin sebagai ucapan maaf Aldi karena telah meninggalkannya semalam.

Wajah Ae Rin begitu menawan dengan senyuman hangat yang selalu ditebarnya, tak sedikitpun terlihat ekspresi curiga, negatif thinking, dan lainnya. Aldi juga tak merasakan sikap yang berbeda dari istrinya, walau sejujurnya ada perasaan yang aneh dalam hati Aldi namun, dia berusaha menerima sikap istrinya yang seakan tak ada apa-apa tersebut.

“Oh gimana kemarin dinnernya sama orang Skyloft, lancar sayang? siapa aja yang datang?” tanya Aldi mencoba mencairkan suasana.

“Oh ya lancar kok, mereka ada General Manager, Operasional Manager, IT, Marketing dan Warehouse Manager. Aku ditemani sama Viona doang sih tapi aman mereka orangnya pada asik banget kok. Eh lusa

kita harus ketemu mereka lagi di lokasi ya sayang buat liat perkembangan pembangunannya,” sahut Ae Rin.

“Lo aku juga ikut? Bukannya kamu aja sayang?”

“Iya dong kan kamu drafternya sama kakak, berhubung dia nggak disini jadi harus kamu yang datang sayang.”

“Oke deh kalau begitu aku atur jadwal dulu.”

Setelah selesai menghabiskan waktu bersama diluar, keduanya pulang dengan suasana hati yang sangat baik. Aldi sama sekali tidak merasakan perbedaan sikap pada istrinya, dia merasa sangat lega karena merasa masih memiliki kepercayaan penuh dari istrinya.

Menjelang waktu tidur keduanya bersantai di atas ranjang, saling membelai dan menunjukkan kasih sayangnya masing-masing. Aldi merasa begitu bersyukur hal buruk yang dibayangkan olehnya tidak sampai terjadi namun, perasaan lega itu mulai terganggu ketika Ae Rin tiba-tiba menatap mata Aldi dengan tajam.

Sorot matanya begitu dalam dipenuhi tanda tanya, keduanya membatu sesaat sebelum Ae Rin melontarkan sebuah pertanyaan. “Aku pengen tanya sesuatu, tolong kamu jawab jujur ya!”

“Glek!”

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel