Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

# Berusaha Kabur

Kapten Tan sangat terkejut saat mendengar suara gaduh itu dengan segera pria tampan bergelar kapten itu menyalakan lampu kamarnya.

Hal itu dimanfaatkan oleh Laluna untuk segera berlari secepat mungkin keluar dari kamar sang kapten.

“Hei, siap itu? Jangan lari!” Teriakan sang kapten membuat seluruh penghuni markas geger seketika.

“Penyelundup itu masih berada di dalam markas kita, Jenderal!”

Mendengar laporan dari sang anak buah Jenderal tampan itu kemudian mengumpulkan kembali anak buahnya. Menyebar ke beberapa titik agar merek berjaga. Sedangkan dirinya berusaha mencari sosok Laluna seorang diri.

“Itu dia!” teriak kembali salah seorang anak buah dari sang jenderal.

Semua prajurit itu bergerak ke arah bayangan yang dengan cekat berlari ke arah salah satu kamar asrama prajurit.

“Gila! Sepertinya dia bukan manusia!” komentar salah seorang prajurit yang berlari mengejar sosok Laluna.

“Menurutmu dia hantu?”

“Sepertinya siluman.”

Masih sempat-sempatnya mereka berbincang dalam keadaan sedang mengejar sosok Laluna.

“Tapi aku yakin dia wanita.”

“Tidak mungkin. Mana bisa wanita berlari melebihi laki-laki. Mungkin benar perkataanmu. Dia siluman. Manusia jadi-jadian.”

Perbincangan itu terus berlanjut sampai pada akhirnya sang jenderal berlari tak serah dengan mereka.

“Arghhh, sakit! Lepaskan!” teriak Laluna antara terkejut dan kesakitan.

Jenderal tampan itu seolah tak memprediksikan kesakitan yang dialami Laluna akibat dari tangannya menyeret perempuan muda tersebut.

“Sembunyi di sini!” tegas sang Jenderal.

Laluna mengangguk dengan meringis bahkan pria tampan yang ditakuti semua anak buahnya itu melihat ada air mata mengalir deras di pipi sang kekasih.

“Sakit?” Laluna mengangguk.

“Maafkan aku, Sayang. Tapi aku harus bertindak cepat untuk menyembunyikan ku. Kalau mereka sampai menangkapmu sangat berbahaya.” Lagi-lagi Laluna mengangguk.

Sang Jenderal kemudian m dudukkan Laluna di dalam lemari bajunya. Alangkah terkejutnya dia saat melihat salah satu kaki gadis kesayangannya tersebut berdarah dan terluka.

“Kaki kamu terluka parah. Harus segera diobati,” ucapnya panik. Namun baru saja sang jenderal berdiri untuk mengambil P3K tiba-tiba ada panggilan dari luar.

“Jenderal! Apakah Anda ada di dalam?” Sang akenderal dengan cepat menutup bibir Laluna yang masih meringis kesakitan.

Hening beberapa detik. “Sepertinya penyelundup itu berhasil meloloskan diri dari markas besar kita.”

“Luke! Kembali ke markas saja. Biar kami yang memback up ini semua.”

“Baik, Kapten. Laksanakan!”

Sang Kenderal di dalam kamar asramanya menarik napas lega dengan kedatangan sang kapten.

“Sepertinya Jenderal sedang mencari di luar markas. Semoga penyelundup itu bisa secepatnya tertangkap. Karena ini akan berpengaruh pada pemilihan Umum bulan depan. Takutnya ada opium atau teroris yang sedang mengincar markas kita.”

Anggukan dari anak buah yang bernama Luke itu membawa mereka berdua meninggalkan tempat tersebut.

Baik Jemderal dan Laluna sama-sama menarik

Napas lega.

“Berbaring di atas ya. Aku akan mengobati lukamu. Secepatnya harus segera dibawa ke dokter biar nggak infeksi.”

Laluna menatap kekasihnya itu dengan terharu. Tak menyangka karena ulahnya yang nekad masuk menyelundup ke markas besar kekasihnya akan membuat suasana jadi gaduh dan kacau balau.

“Maafkan aku, Tuan.” Sang Jemderal menatap sekilas ke arah Laluna yang juga menatapnya dengan wajah memelas.

Ada hembusan napas yang kembali menguar di hidung pria tampan itu.

“Sekarang katakan. Ada apa sampai kamu nekat menerobos penjagaan ketat yang dilakukan para prajurit itu. Apa ada yang penting? Atau kamu hanya mau minta uang jajan?” tanya Jenderal itu sambil membalut luka di kaki Laluna.

Laluna terdiam sejenak lantas kembali menatap sang kekasih. Kebetulan jenderal itu juga sedang menatapnya setelah selesai mengobati kaki Laluna.

“Sebenarnya aku ke sini untuk minta tolong bukan minta uang jajan.”

Jenderal itu kembali menatap wajah kekasihnya dengan begitu dalam. Meneliti dengan saksama wajah cantik Laluna. Terlihat serius dan memang tidak main-main apa yang dikatakan gadis itu.

“Minta tolong apa, Sayang? Kan kamu bisa mengirim pesan terlebih dahulu dan kita bisa bertemu di luar.” Laluna menunduk. Menyeka air matanya yang tersisa.

“Ini sangat urgent, Tuan. Mendadak juga.” Semakin serius Jenderal itu menatap kekasihnya.

“Katakan. Kamu minta tolong apa, Sayang? Setelah ini jangan diulangi lagi. Semua tindakan kamu ini sangat berbahaya. Bisa membuat nyawamu jadi taruhannya.”

Kali ini Laluna memberanikan diri menatap wajah kekasihnya. Masih terlihat tampan meskipun sepertinya pria tersebut marah.

“Nenek masuk ke ruang ICU. Harus segera dioperasi karena ada usus buntu. Aku nggak punya uang simpanan. Hanya uang jajan yang Tuan kasih minggu kemarin. Lagi pula nenek butuh wali untuk tanda tangan persetujuan. Kemarin aku mau tanda tangan tapi sepertinya dokter itu ragu dan memintaku mencari anak atau keluarga yang lebih dewasa.”

Sesungguhnya pernyataan Laluna itu sangat lucu terdengar di telinga sang Jenderal. Maklumlah gadis itu masih berusia 18 tahun. Baru saja menyelesaikan Sekolah Menengah Atasnya. Jadi masih terbilang remaja yang baru mau menginjak dewasa. Dan hebatnya mereka sudah pacaran semenjak beberapa bulan lalu itupun tanpa sengaja.

“Ya Tuhan. Maafkan aku, Sayang. Satu minggu ini aku sangat sibuk. Tak bisa mengabarimu bahkan aku sama sekali tak memegang ponsel.” Laluna mengangguk merasakan nyeri di kakinya.

“Kita harus segera ke rumah sakit. Tapi tidak bisa sekarang. Penjagaan begitu ketat. Sebelum subuh nanti baru bisa.”

Lagi-lagi Laluna mengangguk. Dia sangat mengerti posisi kekasihnya. Tak boleh memasukkan siapapun ke markas besar mereka karena itu sangat berbahaya. Tahu sendiri bagaimana posisi tentara. Bahkan selama ini semua orang tahunya sosok Jenderal itu memang tidak mempunyai pasangan setelah hampir 10 tahun berlalu. Akan terjadi geger dan kegemparan yang maha dahsyat kalau sampai semua prajurit itu menemukan pimpinan mereka bersama dengan gadis yang masih dibawah umur meskipun Laluna sudah berusia 18 tahun.

“Sekarang tidurlah. Aku akan menjagamu. Nanti subuh akan aku banguni kamu. Kita pergi dari sini.” Laluna mengangguk patuh.

Gadis itu segera memejamkan mata sepeti yang diperintahkan oleh kekasihnya meskipun dia merasakan sakit yang begitu sangat di kakinya. Bahkan sepertinya Sarah itu merembes dia rasakan.

“Arghh!”

Terdengar suara rintihan Laluna yang membuat sosok jenderal itu terkejut.

“Kenapa?”

“Sakit,” jawab Laluna lirih. Dengan cepat Jenderal memeriksa kaki sang kekasih.

“Kaki kamu berdarah lagi, Sayang. Aku minta maaf ya. Katerena panik aku seret kamu tadi.” Laluna hanya diam saja dengan mata terpejam merasakan sakit yang luar biasa.

Terdengar isak tangis gadis itu. Sang Jenderal dengan sigap memeluk tubuh mungil milik Laluna.

“Maafkan aku, Sayang,” ucap jenderal itu sambil mengecupi air mata yang keluar dari mata gadis itu.

Reaksi Laluna lain lagi. Mendapat perlakuan seperti itu gadis tersebut tidak menyia-nyiakan kesemutan. Rasa rindu sesama satu minggu tidak bertemu dengan sang kekasih rasanya ingin dia tuntaskan.

“Sayang,” desah jenderal itu sambil mengetatkan pelukannya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel