Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 5 Wilona Diculik?

Baik Wilona atau pun Gretcheel sangat jago bela diri. Semasa mereka masih tinggal di kampung, sang nenek menyuruh mereka untuk mengikuti kegiatan olah raga bela diri. Ternyata bela diri yang telah mereka kuasai itu sangat berguna, terutama saat mereka merantau di kota besar, seperti sekarang ini.

Setelah insiden di danau. Hampir dua minggu lamanya, Alex terus menghubungi Wilona. Namun gadis itu, tidak pernah menggubris panggilan telepon dan chat dari Alex.

Pagi ini, Wilona berjalan-jalan ke pasar dan mulai menanyakan jika ada pekerjaan untuknya. Mungkin nasib baik sedang berpihak padanya kali ini. Wilona melintas di sebuah super market kecil di sekitaran pasar. Tempat itu sedang membuka lowongan pekerjaan sebagai cleaning servis. Dia pun segera melamar di super market itu.

Dari arah jalanan, Alex melihat jika Wilona ingin melamar pekerjaan di super market tersebut.

Dia lalu menelpon seseorang yang ada di super market itu. Dengan seringai licik, Alex kembali mengendarai motor gedenya dan meninggalkan tempat itu.

Tanpa diduga, Wilona diterima bekerja di super market tersebut. Dia sangat girang bukan kepalang. Padahal Wilona tidak tahu, jika Alex lah yang membuat dirinya  diterima bekerja di situ dan sudah dapat memulai pekerjaannya besok pagi.

Saking senangnya Wilona mendapatkan pekerjaan, dia langsung ke menuju warung di mana Gretcheel dan Bude Rani berjualan. Wilona seakan tidak peduli dengan panasnya terik matahari yang menyinari Kota Jakarta siang itu. Dia melangkah dengan hati yang senang, ingin mengabari kepada Gretcheel jika dia telah mendapatkan pekerjaan.

Wilona akhirnya sampai juga di warung lesehan Bude Rani. Warung terlihat sangat rame dipadati para pelanggan. Gretcheel sampai kewalahan melayani para pembeli. Sementara Bude Rani juga sibuk menggoreng ayam.

Wilona segera mendekati Gretcheel. Dia sangat  kaget karena melihat.Wilona yang tiba-tiba mampir ke warung.

"Wilona, tumben kamu ke sini, ada apa?" Tanya Gretcheel penasaran.

"Nanti aku jelasin ke kamu, sini aku bantuin kamu membawa pesanan mereka," ujar, Wilona.

Dia lalu mulai membantu Gretcheel melayani para pelanggan di warung pecel ayam Bude Rani.

Setelah warung mulai sepi pelanggan, Gretcheel menyuruh Wilona untuk makan siang bersama dengan Bude Rani.

Setelah makan, Wilona pun memberitahukan, jika dia sudah mendapatkan pekerjaan di super market dekat yang berada di dekat pasar, sebagai cleaning servis dan mulai bekerja besok pagi.

"Beneran, Na?" Tanya Gretcheel, ikut senang.

Wilona menjawab dengan anggukan. Keduanya pun seketika saling berpelukan dan menguatkan satu sama lain.

Bude Rani juga merasa senang. akhirnya Wilona mendapatkan pekerjaan.

Disaat ketiganya asyik berbincang, bunyi decitan sebuah mobil mulai terdengar. Inge pun melongo, karena mobil itu terparkir di depan warungnya Bude Rani.

Dengan penuh kharisma, Gilbert keluar dari mobil dan menenteng satu kantong plastik berisi buah-buahan.

Dia pun mulai menyapa mereka, 

"Selamat siang semuanya. Siang Bude. Siang Nona-nona cantik, halo." Ujarnya bergantian kepada ketiganya. Lalu dia memberikan buah-buahan itu kepada Bude Rani.

"Bude, ini buah-buahan untuk Bude. Kebetulan sekali saya baru pulang dari luar kota. Jadi saya bawa oleh-oleh untuk, Bude." Ujarnya lagi, namun matanya tidak pernah lepas memandang ke arah Gretcheel, dan Wilona menyadari itu.

"Nak Gilbert, terima kasih ya oleh-olehnya, Bude jadi merepotkan mu." Seru Bude Rani, kepada Gilbert.

"Tak perlu sungkan Bude." Jawabnya.

Gilbert lalu memesan pecel ayam favoritnya dan lagi-lagi dia makan di situ.

Gretcheel yang terkesan cuek dengannya. Membuat Gilbert semakin penasaran. Ingin lebih dekat lagi dengan gadis itu.

Gilbert pun mendekati Wilona yang lagi duduk dan kebetulan lagi melihat ponselnya yang ada begitu banyak panggilan dan pesan dari Alex. Namun Wilona tidak menggubrisnya. Sejak kejadian di danau itu, dia mencoba menjaga jarak dengan Alex.

"Hai, nama gue, Gilbert. Boleh kenalan? Tanyanya.

"Gue, Wilona. Ada apa?" Ujarnya.

"Apa Lo temannya, Gretcheel?"

"Yap. Kami juga sepupu jauh." Jawab, Wilona.

"Wah, kebetulan sekali."

"Kebetulan bagaimana?  Ujar, Wilona.

"Kebetulan banget Lo sepupu Gretcheel, jadi gue bisa nanya-nanya tentang dia." Seru, Alex.

Gretcheel yang sedang cuci piring melihat kedekatan antara Wilona dan Alex, namun itu tidak ada pengaruh apa-apa dengannya.

"Jika Lo mau ajak Gretcheel pacaran. Jangan pernah bermimpi deh! Karena dia bakalan tidak mau, gue jamin itu. Karena tujuan kami datang ke Jakarta, untuk merubah nasib hidup, menjadi lebih baik lagi dan tidak pernah terlintas untuk memikirkan cinta." Ketus, Wilona.

"Jadi buang jauh-jauh pikiran Lo yang tidak berguna itu, dan satu lagi yang perlu Lo ingat, sekali gue lihat Lo berbuat jahat kepada Gretcheel. Lo akan berhadapan langsung dengan gue!" Seru Wilona, tegas.

Di seberang jalan,

Alex melihat Wilona yang sedang mengobrol dengan Gilbert. Seketika hati Alex  terasa panas dibuatnya. Akan tetapi dia tidak dapat berbuat apa-apa.

Tiga bulan sudah Wilona bekerja di super market itu. Diam-diam, Alex selalu memperhatikan kegiatan gadis itu.

Namun Alex tidak bisa mendekati Wilona lagi, karena ancaman dari ayahnya. Yang akan menghancurkan siapa pun gadis yang dekat dengannya.

Sebenarnya Alex berasal dari keluarga kaya raya. Namun keluarganya broken home. Ibunya yang telah lama meninggal. Membuat Ayahnya bergonta-ganti perempuan tanpa satu pun yang dirinya nikahi.

Suatu ketika, Ayahnya memintanya untuk bertunangan dengan seorang perempuan anak dari kolega ayahnya.

Namun perjodohan itu ditolak mentah-mentah olehnya. Alex tidak mau terikat oleh satu perempuan.

Selama ini, dia sudah mencoba berbagai jenis perempuan tanpa melibatkan perasaan sedikitpun. Namun entah mengapa sejak kejadian di danau itu, saat Wilona menolaknya. Membuat hormon adrenalinnya meningkat, ada sesuatu yang dia rasakan terhadap Wilona.

Sejak saat itu, Alex berhenti untuk menikmati tubuh wanita. Entah kenapa dia selalu terbayang dengan wajah galak Wilona jika hendak melakukan hal itu.  Sontak alat perangnya tiba-tiba menjadi loyo.

Seperti sore ini, Alex hanya dapat menikmati wajah Wilona dari kejauhan di balik kaca mobilnya yang hitam pekat.

Wilona yang sering melihat mobil tersebut setiap hari di jam yang sama pada sore hari. Sempat membuatnya curiga. Namun karena dia sibuk dengan pekerjaannya. Wilona tidak dapat menyelidiki mobil itu.

Berbeda dengan kisah Wilona dan Alex. Gretcheel dan Gilbert mulai terlihat akrab.

 Dengan berbagai cara Gilbert lakukan agar bisa akrab dengan Gretcheel. Akhirnya, gadis itu menerima uluran persahabatan dari Gilbert tanpa embel-embel apapun.

Gilbert bahkan membantu Gretcheel dan Wilona untuk dapat mengikuti ujian masuk perguruan tinggi  yang mereka ikuti dua Minggu lalu. Seminggu lagi adalah pengumuman kelulusan bagi mereka berdua.

Pada suatu malam,

"Cheel, tidak terasa seminggu lagi kelulusan kita di umumkan, semoga saja kita lulus ya." Seru, Wilona.

"Amin, Na. Aku juga berharap begitu." Ujar, Gretcheel.

Tiba-tiba pintu rumah Bude Rani di ketuk, ternyata yang datang adalah Gilbert.

"Nak, Gilbert." Sapa Bude Rani sesaat setelah dirinya membuka pintu.

 "Gretcheel ada, Bude?" Tanyanya.

"Ada di dalam, masuk saja, Nak Gilbert."

Gilbert pun melangkah masuk.

"Halo, Nona-nona, gue bawa ini untuk kalian," ujarnya.

Lalu meletakkan sekotak cup cake kesukaan Gretcheel.

Wilona segera membuka kotak makanan itu,

 "Ya, kalau ini sih, kesukaan Gretcheel." Serunya, kecewa. Sudah ah, gue cabut dulu, mau beli pulsa di warung depan." Pamit, Wilona.

Kebetulan malam itu, malam Minggu. Gretcheel terlihat sedang asyik menikmati cup cake darinya. Diam-diam Gilbert memperhatikan dirinya dari tadi.

"Kok dia cantik banget, sih! Bikin hatiku meleleh, saja! Aku bagai lilin yang kehilangan cahayanya." Gumamnya, dari dalam hatinya.

Gretcheel yang diperhatikan terus oleh Gilbert mulai merasa juga.

"Kamu kok lihatin aku terus, sih? risih, tahu." Ujarnya.

"Habis kamu cantik, Gretcheel. Serius deh," ujar Gilbert, yakin.

Namun Gretcheel hanya menjawab, dengan singkat,

 "Thanks."

"Cuek amat sih dia, terbuat dari mana hatinya? Kok dia sama sekali tidak terpesona denganku? Apakah wajahku kurang menawan?" Tiba-tiba Gilbert menjadi sewot karena Gretcheel yang masih dingin dengannya.

Sementara itu, Wilona yang sedang berjalan kaki menuju warung, seperti merasa ada yang mengikutinya dari belakang. Namun dia tetap waspada dan berjaga-jaga jika ada yang ingin berniat jahat kepadanya.

Jalanan gang agak sepi saat itu, tiba-tiba ada dua orang yang menangkap tangannya dan memasukkan wajahnya ke dalam karung, setelah itu menyeretnya masuk ke dalam sebuah mobil.

Mobil melaju kencang meninggalkan satu sendal miliknya yang tertinggal di jalanan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel