Bab 5 Mengerti Kebutuhanmu (18+)
Mobil Andrew meluncur mulus memasuki halaman rumahnya yang mewah. Maya merasakan hatinya hangat. Memandang berbeda ke rumah itu. Sekarang tempat ini akan menjadi sarang cintanya bersama Andrew. Andrew memberhentikan mobilnya di depan rumah, alih-alih membawanya ke garasi. Ia membuka pintunya sementara pintu Maya dibantu buka oleh sekuriti. Andrew menunggu Maya menghampirinya, lalu menggandeng tangannya bersama menaiki tangga. Albert telah menunggu di pintu utama, tersenyum lebar.
“Selamat datang Tuan dan Nyonya Collins. Saya kira Anda berdua akan lebih lama tinggal di hotel,” sapanya ramah.
“Nyonya Collins memohon padaku untuk dibawa pulang, Al,” jawab Andrew sambil terus masuk melewati pintu membawa Maya bersamanya.
Albert melempar senyum kepada Maya sementara Maya mengedipkan mata pada Albert.
“Perlu saya siapkan makan, Tuan?” tanya Albert mengikuti pasangan pengantin baru itu.
“Nanti. Dan berhenti mengikuti kami, Al” perintah Andrew dan Albert langsung berhenti di tempat.
Andrew melaju membawa Maya lantai dua dan berjalan lurus ke kamarnya. Membuka pintu untuk membawa Maya masuk, lalu menutup pintunya. Wajahnya datar ketika menatap Maya.
“Tuan, sepertinya Anda salah kamar,” goda Maya manja.
“Maya, berhenti menggodaku!” tukas Andrew sebal, meninggalkan Maya dan melaju ke tempat tidur sendiri. Maya mengejarnya, memeluk Andrew dari belakang.
Andrew menangkap tangan Maya yang ada di dadanya, menarik dan memutarnya. Sekarang Maya ada di depannya. Diciumnya Maya kuat-kuat. Tangan Maya yang masih dipegang, dilingkarkan ke punggungnya kemudian Andrew memeluk Maya erat tanpa melepaskan ciumannya. Maya pasrah, menyerah pada suaminya. Mengikuti gerakannya. Andrew maju membawa Maya ke tempat tidur. Menahan kepala dan punggung istrinya. Menidurkan di atas tempat tidur dan langsung menindihnya. Maya mendesah senang. Andrew mendorong tubuh Maya dengan tubuhnya sampai Maya di posisi yang benar. Di tengah tempat tidur. Baru Andrew melepas ciumannya. Maya terengah-engah. Sebagian karena gairah, sebagian karena berat suaminya yang menimpa tubuhnya.
“Apa maumu, Maya?” Desis Andrew. Dingin tapi tidak mengancam
“Bercinta denganmu. Sampai bosan sebelum Reynard mengambil alih,” jawab Maya lembut, di antara sengalnya.
“Kamu akan kelelahan.” Andrew masih mendesis. Maya menggeleng. Andrew menggeram dan meninggalkan Maya. Duduk di tepi tempat tidur.
“Kau bisa terluka,” keluhnya. Maya bangun dan memeluk Andrew dari belakang.
“Aku yang akan mengendalikanmu,” bisiknya mesra. Andrew menoleh ke arah Maya, matanya melebar.
“Kau memintaku bertindak seperti Reynard?” tanyanya dalam bisikan. Ada nada tidak percaya di sana.
“Tidak. Tentu saja tidak. Aku hanya mau bersamamu, Andrew. Tetapi, kita akan mencoba gaya berbeda,” jawab Maya menenangkan Andrew.
Maya melepas pelukannya dan duduk di samping Andrew, tapi badannya menghadap Andrew.
“Aku ingin bercinta denganmu di atas tempat tidur ini, Aku ingin bercinta denganmu di kamar sebelah, Aku ingin bercinta denganmu diatas sofa vinyl coklat itu. Sepertinya seru dan menyenangkan,” rayu Maya.
“Tentu saja akan sangat menyenangkan,” bisik Andrew
“Lalu?” tanya Maya. Mendesak Andrew.
“Aku takut terbawa suasana dan akan menyakitimu tanpa sengaja, Maya,” bisiknya lemah.
“Aku akan memberitahumu kalau kau terlalu kasar,” kata Maya menyakinkan Andrew.
“Maya, kau bahkan tidak sanggup berdiri setelah semalam bersamaku kemarin,” tukas Andrew berusaha mengingatkan Maya.
“Well, itu karena aku belum siap. Sekarang aku yang memintanya,” kata Maya bandel. Andrew menggeram dan langsung menyerang istrinya.
Bibir Andrew melumat bibir Maya sementara tangannya menangkap tubuh Maya dan memeluknya erat. Badannya mendorong Maya sampai kembali telentang di tempat tidur. Lalu, kedua tangan Andrew mengungkung Maya erat. Kedua sikunya mengunci di sisi tubuh Maya. Kakinya mendorong kaki Maya sampai menekuk dan menempel di sisi tubuh Andrew.
Pakaian Maya otomatis tertarik ke atas, memamerkan pahanya. Dengan kasar Andrew mendorong pakaian Maya melewati pantatnya. Masih mencium Maya dan menekan tubuhnya, Andrew bergerak membuka resleting celana dan mengeluarkan panjangnya. Bergerak cepat, menyisihkan celana dalam Maya, dan memaksa masuk ke dalam Maya. Wanita itu melepas bibirnya dari mulut Andrew dan meleguh keras ketika suaminya berhasil masuk.
“Oops... sepertinya kita akan bercinta di sini, Nyonya,” bisik Andrew dengan deru napas dan suara berat. Maya merengek tapi mengerang nikmat ketika Andrew mulai bergerak.
Merasakan istrinya tidak lagi melawan dan mulai menikmati temponya, Andrew mengurangi tekanan tubuhnya atas Maya. Maya menggeliat seksi dan memeluk leher Andrew.
“Sayang, aku ingin diatas,” pintanya manja. Andrew langsung bergerak menuruti istrinya.
Ditariknya tangan Maya. Ditahannya punggung wanita itu kemudian ia berputar. Posisi mereka berubah. Andrew di bawah dan Maya di atas. Andrew berhenti bergerak, menyerahkan kendali kepada Maya. Giliran Maya mengungkung Andrew, kedua tangannya menahan berat badannya dan ada di sisi kepala Andrew.
Maya membetulkan posisinya. Duduk sempurna di atas Andrew, milik keduanya masih menyatu. Andrew mengerang senang ketika Maya menggoyang pinggulnya. Maya menarik tangan Andrew yang sedang memegang pantatnya dan meletakkan tangan pria itu lurus di atas kepala, menyuruhnya memegang kisi tempat tidur. Andrew tunduk pada perintah Maya.
Maya membungkuk untuk mencium Andrew. Andrew pasrah. Dan, Maya mengangkat pinggulnya, melompat lalu meluncur turun dari tempat tidur. Andrew terkesiap.
Maya membuka laci di sisi tempat tidur, meraih anak kunci dan berlalu menuju pintu sambil merapikan pakaiannya.
“Maya! Fuck!” Andrew memaki keras, buru-buru bangun untuk mengejar Maya, tapi kesulitan menaikkan celana jeansnya apalagi resletingnya. Miliknya yang sudah ereksi sempurna tidak bisa dengan mudah dimasukkan kembali.
Andrew bergerak panik sementara Maya sudah menghilang dari pintu. Andrew tahu, Maya menuju kamar rahasia.
“Fuck! Fuck! Fuck!” Andrew terus bersumpah serapah sambil berusaha membenahi dirinya sendiri. Lalu melesat mengejar Maya.
Andrew membanting pintu di belakangnya dan bergegas mengejar Maya yang sudah lebih dulu masuk ke kamar tempat ia biasa menginap dulu.
Maya sedang berkeliling seperti yang pernah dia lakukan dahulu, ketika pertama kali kemari. Tapi sekarang lebih berani. Andrew menatapnya nanar, berusaha menata napasnya yang memburu.
“Maya,” panggilnya pelan. Pemilik nama yang dipanggil mengabaikannya.
Maya tersenyum, merasa sudah cukup menganggu suaminya. Mendekati Andrew yang masih terpejam kemudian memeluknya. Menyimpan kedua lengan Andrew di dalam pelukannya.
“Aku percaya padamu, Sayang. Kau tidak akan menyakitiku. Kau punya kebutuhan dan aku sebagai istrimu ingin memenuhi kebutuhanmu itu. Aku tidak masalah jika sesekali kau perlakukan berbeda dengan kepribadianmu yang lain. Karena buatku, kamu cuma satu, Andrew. Siapapun yang sedang mengisi kepalamu,” kata Maya lembut.
Andrew membuka mata dan memandang istrinya. Membebaskan lengannya dari kungkungan Maya dan menyelipkan rambut Maya ke balik kedua telinganya lalu merengkuh wajah istrinya.
“Bagaimana kalau Reynard menyakitimu?” tanyanya pelan. Suaranya parau, penuh keraguan.
“Reynard juga dirimu, Sayang. Ia mencintaiku sebesar kamu. Dia takkan menyakitiku dan aku takkan menyerah pada kalian berdua. Kita bisa melaluinya,” jawab Maya juga pelan. Tapi lebih optimis.
Andrew menghela napas lagi. Maya melihat Andrew masih ragu. Mungkin takut dan tidak percaya diri. Maya menjinjit dan mencium Andrew.
“Maaf, Sayang. Aku tadi meninggalkanmu begitu saja,” bisiknya ada nada geli di suaranya. Andrew mendengus tertawa.
“Kita lanjutkan urusan kita yang tertunda?” tanya Andrew. Suaranya sudah diliputi gairah.
“Di sini?” Maya balas bertanya dengan ceria.