Pustaka
Bahasa Indonesia

GAIRAH SUAMI POSESIF

8.0K · Ongoing
Lara Aksara
15
Bab
55
View
9.0
Rating

Ringkasan

WARNING 21+ SEASON 2 BUKU SATU MILIAR SAJA Kehidupan pernikahan Andrew dan Maya. Akankah berjalan lancar dengan Andrew yang memiliki kepribadian ganda? Lalu bagaimana mereka melewati masalah ketika Indah memutuskan untuk membalas dendam?

RomansaMetropolitanPresdiractionIstriPernikahanDewasaKepribadian GandaLove after MarriageRevenge

Bab 1 The Wedding Day

Hari ini adalah hari pernikahan Maya dan Andrew. Kedua keluarga beserta calon pengantin sudah berkumpul di SweetBells Hotel, tempat bersejarah bagi Maya Suharyo yang akan segera menjadi Maya Suharyo Collins dengan Andrew Wijaya Collins. Mereka ada di sana sejak malam sebelumnya.

Saat ini Maya sedang dirias di kamarnya oleh make-up artist terbaik di kotanya. Maya mengenakan baju pengantin putih berekor lebar. Seluruh bagian bawah rok dan sekitar pinggang dihiasi swarovski. Panjang lengannya hanya sedikit melewati siku, model leher shanghai. Rambut Maya digelung kebelakang, hanya menyisakan poni dan beberapa anak rambut yang lepas. Puncak kepalanya dihiasi jalinan bunga segar berwarna putih. Dia hanya mengenakan anting dan cincin pertunangan dari Andrew.

Dewi terus-terusan menghapus air mata jika melihat putrinya. Terharu, akhirnya Maya dan Andrew bisa mengikat janji setelah begitu banyak perdebatan tentang kepribadian ganda Andrew dan kesulitan yang menyertainya. Suharyo hanya tersenyum dan menggoda istrinya, mengingatkan bukankah dulu Dewi tidak menyetujui Maya menjalin hubungan dengan Andrew? Sementara Revan tidak habis-habisnya memuji kecantikan kakaknya.

Seremoni pernikahan dimulai pukul 10.00 am

Maya berjalan menuju altar diantar oleh Suharyo. Sementara Andrew berdiri menunggu di depan mimbar. Di sisi kanan mimbar berbaris sahabat-sahabat Andrew. Mike, Hasan, dan Tom. Sementara di sisi kiri mimbar, berbaris pasangan dari sahabat-sahabat Andrew. Yohana, Diana, dan Vanya yang digenggam erat oleh Diana.

Wajah Andrew bersinar dalam kebahagiaan ketika memandang Maya yang berjalan melalui altar menuju ke tempatnya. Ia menerima tangan Maya dari Suharyo dan bersama-sama menghadap petugas yang menikahkan mereka, sahabat Stuart yang khusus datang dari New York untuk menikahkan Andrew dan Maya

Pendeta Benedict Antonius memimpin pemberkatan nikah dan saatnya Andrew dan Maya untuk mengucap janji suci mereka

"Maya Suharyo, kamu adalah orang yang selama ini aku tunggu. Dan aku sangat bangga berdiri di sini, di depan keluarga dan teman-teman kita, untuk memastikan mereka tahu betapa beruntungnya aku telah menemukanmu, dan betapa besar cintaku padamu. Aku akan mencintaimu, memelukmu selamanya dalam hidup dan hatiku,” janji Andrew Wijaya Collins.

"Andrew Wijaya Collins, kamu memang unik, tapi kamu adalah keunikan milikku. Aku menerima kamu, setiap bagian yang membuatmu menjadi dirimu, dari sekarang hingga akhir waktu. Aku berjanji akan tetap bersamamu dalam keadaan sehat maupun sakit. Aku mencintaimu sekarang dan selamanya.," janji Maya

“Now, I pronounce you husband and wife. You may kiss the bride.” Suara Pendeta Benedick Antonius menggelegar penuh semangat dari muka mimbar. Hadirin bertepuk tangan dan Andrew mendekati Maya, satu tangan meraih pinggangnya dan tangan yang lain memegang belakang kepala Maya. Mencium dalam dan pelan, Maya Suharyo Collins, istrinya.

Maya, mengalungkan tangan ke leher suaminya dan membalas ciumannya penuh kasih sayang dan pemujaan.

Teriakan bahagia, tawa ceria, diiringi suara-suara godaan menggema ke seluruh ruangan selama Andrew mencium Maya sampai kemudian melepasnya.

Andrew menggandeng wanita yang sekarang disebut istrinya, berjalan keluar dari gedung untuk menuju tempat resepsi. Wajah bahagia terlukis jelas di wajah Rosalind yang sekarang penuh air mata dan memeluk erat suaminya. Sementara Evita dan Revan sibuk mengikuti pasangan pengantin dan melempar-lemparkan kelopak bunga ke arah mereka. Daniel dan Fiona, para sahabat dan pasangannya beserta tamu undangan mengikuti menuju tempat resepsi

*****

Taman di belakang SweetBells hotel sudah dihias seindah mungkin dengan ratusan rangkaian bunga-bunga hidup asli pilihan Rosalind dan Evita. Bunga berbagai warna didominasi merah muda dan putih.

Meja panjang di depan disediakan untuk pengantin dan keluarga. Tak kalah indah dihias puluhan rangkaian bunga hidup dengan warna yang serasi. Sementara meja dan kursi lain menyebar di seluruh area taman, disediakan untuk para sahabat dan tamu.

Andrew dan Maya duduk di tengah meja panjang ditemani keluarga di kanan dan kirinya. Para tamu duduk di depan mereka. Acara makan disertai pidato ramah tamah berlangsung lancar.

Yang pertama berpidato dan mengucapkan selamat adalah Stuart Alexander Collins. Pria itu tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya atas pernikahan putra keduanya. Hampir putus asa berharap putra keduanya akan memiliki istri, Evita langsung berteriak “We tought he was a gay “ yang membuat tamu yang hadir tertawa terbahak-bahak sementara Andrew menggeleng-geleng kepala tak percaya dengan kelakuan adiknya, Maya menutup mulut menahan tawa di sebelahnya yang kemudian ditarik tangannya oleh Andrew agar dia bisa mencium istrinya lagi. Baru berhenti ketika Evita berteriak lagi, “Okay! We trust you now, you are straight man!” membuat kehebohan lagi.

Pidato kedua, dilakukan oleh Mike. Dari tempat duduknya karena Yohana tak mau jauh-jauh darinya, terus memeluk Mike disisi. Mike bersyukur kehidupan sepi Andrew sekarang sudah hilang. Selama ini Mike terbebani ketika Andrew selalu sendiri sementara Mike sudah memiliki Yohana. Sekarang Andrew memiliki pendamping, Mike berterimakasih pada Maya karena tidak menyerah pada Andrew.

“Semoga kamupun takkan bosan pada Andrew dengan dinamika moodnya yang berubah-ubah seperti memiliki banyak kepribadian,” canda Mike sedikit ironi. Hanya beberapa orang yang mengerti yang tergelak.

Pidato berikutnya dari Hasan dan Diana. Sebenarnya hanya Hasan yang tertulis di daftar acara, tapi Diana tidak mau tinggal diam dan ingin ikut bicara. Mengingat level kecerewetan Diana sudah di level tertinggi sementara Hasan kurang cerewet, akhirnya MC mengijinkan sepasang suami istri ini untuk maju bersama. Hasan berterimakasih karena Maya mengikuti nasehatnya ketika pertama bertemu, menerima dan menjaga Andrew sampai dengan saat ini. Hasan juga menyelipkan nama-nama dokter umum dan dokter kandungan wanita untuk Andrew supaya Andrew tidak terus-terusan menyuruhnya menjadi satu-satunya dokter yang bertanggung jawab untuk kesehatan Maya. Diana berpesan, kalau Andrew macem-macem, Diana akan jadi orang pertama yang menghajarnya. Macem-macem sama siapa? Sama Hasan lah... Kalo macem-macem sama Maya biar Revan yang jadi orang pertama yang menghajar Andrew, begitu kata Diana disambut “Yess!” keras dari Revan dan tawa hadirin.

Pesta resepsi berlangsung meriah sampai senja. Ketika acara sudah bubar, pengantin dan keluarga beristirahat di kamar masing-masing.

Maya sedang duduk di depan meja rias, membongkar hiasan rambut dan ikatan rambutnya. Kulit kepalanya juga yang terasa cukup menyengat karena rambutnya terlalu lama diikat. Sekarang Maya menggerai rambutnya yang sudah melampaui punggungnya. Lalu melepas anting-anting dan menyimpan di tempatnya. Andrew yang telah melepas tuxedo dan membuka dua kancing kemeja atasnya datang ke belakang Maya, berlutut dan memeluk istrinya.

“Apakah Nyonya Collins masih lama?” tanyanya di telinga Maya.

Maya tersenyum menghadap bayangan Andrew dan segera membalik badannya. Andrew melepas pelukannya.

“Apakah Tuan Collins sudah tidak sabar untuk membuka hadiahnya?” Maya ganti bertanya.

“Sangat!” kata Andrew sambil berdiri dan merenggut tubuh Maya kedalam pelukannya dan menggendongnya menuju ke tempat tidur.

Maya menjerit tertawa dan menyambar leher suaminya sebagai pegangan, berbisik di telinganya.

“Jangan rusak pakaianku, please,” bisik Maya mesra