Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Malam Pertama (Hot 21+)

Andrew mendengus tertawa. Diturunkannya Maya di tepi tempat tidur, lalu diputarnya tubuh sang istri membelakanginya. Perlahan ditariknya resleting gaun pengantin Maya, semakin kebawah, lalu diloloskannya melalui bahu istrinya sampai lepas dari kaki. Digulungnya gaun pengantin panjang dan berat itu lalu dilemparkan sembarangan ke ruangan. Maya tertawa dan membalik badan kembali menghadap Andrew.

Sekarang Maya hanya mengenakan dua potong korset berwarna putih. Atasnya sebatas dada sampai pinggul. Mengetat seksi sehingga payudaranya menyembul indah. Sementara bagian bawah adalah celana korset ketat sebatas paha yang membungkus erat. Tepat di bawah celana korset, di tengah pahanya, Maya mengenakan lace garter yang indah.

“Nyonya, kau kelihatan sangat menggoda,” kata Andrew dengan mata membara menatap Maya.

Maya berusaha berdiri seseksi mungkin dan bergaya seperti model internasional.

“Mohon maaf, Tuan. Jangan goda saya, saya sudah dimiliki orang lain,” katanya dengan nada suara angkuh.

Andrew tertawa, mendekati Maya yang otomatis mundur. Andrew tidak membiarkannya, disambarnya pinggang Maya dan ditarik mendekat, menempel ketubuhnya. Maya menabrak tubuh pria itu dan tangan kiri Andrew langsung menangkap tengkuk untuk mendaratkan ciuman di bibir Maya.

Maya bersandar ke tubuh suaminya dan menikmati ciumannya. Bibir Andrew mengecup bibir bawahnya lalu lidahnya memaksa masuk dan mencari lidah pasangannya. Wanita itu memberikan yang Andrew mau. Andrew menggeram dan mendesah di dalam mulut Maya, menemukan hasratnya, menularkan gairahnya melalui mulut Maya. Maya memperdalam ciumannya, pria itu balas mendorongnya mundur ke arah tempat tidur.

Maya terduduk di tepi tempat tidur sementara Andrew masih berdiri dan memegang kepalanya. Maya mendongak menatap wajah sang suami.

Andrew bisa melihat gairah berkobar di mata istrinya. Ia mundur untuk melepas jam tangan. Dia tidak ingin melukai Maya. Diletakkan jam tangan itu di atas nakas. Masih menjaga pandangannya ke arah Maya, Andrew mulai melepas kemejanya. Memperlihatkan dada bidang, bekas luka tusuk di dekat tulang selangka dan perut ratanya untuk dinikmati Maya. Lalu dia berlutut di depan istrinya. Mulai menciumi lutut, naik ke pahanya. Mengigit lace garter lepas dari kaki Maya, mebuat wanita itu tertawa.

Andrew menarik istrinya berdiri kembali, membalik tubuhnya dan mulai melepas kancing korset dari belakang punggung sang wanita. Satu persatu seolah dia sedang membuka kado terindah. Korset atas Maya terlepas. Andrew mencium bahunya, meremas kedua payudara yang sekarang bebas terbuka. Maya mendesah.

Tangan Andrew turun ke pinggang, mengait pinggiran celana korset Maya. Menariknya turun sementara bibirnya juga ikut turun dari ciuman di bahu, sekarang bibir itu menuruni punggung Maya. Ketika sampai di pantat, Andrew mengigit dan menghisapnya sementara tangannya meloloskan celana korset Maya keluar dari kakinya. Wanitanya memekik manja.

Kini Maya berdiri telanjang bulat di depan Andrew. Pria itu mendorong tubuh Maya maju mendekati tempat tidur, memintanya untuk berpegangan pada tiang penyangga tempat tidur.

“Tetaplah seperti ini, Sayang.. Aku ingin menikmati tubuhmu sambil berdiri,” bisik Andrew di telinga Maya. Hanya mendengar seperti itu saja napas Maya sudah tersengal karena gairah.

Maya berdiri diam pada posisi yang sudah diatur Andrew. Kedua kaki agak terbuka, sedikit membungkuk karena kedua tangannya berpegangan pada tiang tempat tidur di bagian yang rendah. Maya menunggu.

Maya tidak dapat menemukan Andrew dari sudut matanya. Untuk menoleh, Maya tidak berani. Bukan. Bukan tidak berani. Maya tidak ingin menoleh. Maya menikmati sensasi rahasia Andrew. Dia ingin dikejutkan oleh prianya.

Tanpa suara Andrew mengelus punggung telanjang istrinya. Maya terkesiap. Kaki Andrew mendorong kaki Maya untuk membuka lebih lebar. Maya terengah, penasaran apa yang akan dilakukan Andrew selanjutnya.

Lengan kiri Andrew memeluk Maya, tepat di atas dadanya. Lengan kanan Andrew memeluk pinggang Maya, dan tentu saja tangannya ada di tempat favoritnya. Pusat semesta Maya. Jari-jarinya membelai lembut dan memainkan mawar indah wanita itu. Bibir Andrew ada di telinga Maya.

“Tahan, Baby... jangan lemas, jangan jatuh,” bisiknya, mesra tapi ada jejak memerintah.

Andrew mulai mencium dan mengulum telinga Maya. Maya mendesah antara geli dan gairah. Lalu tanpa peringatan, panjang pria itu menyelusup masuk ke celahnya. Maya mengerang, terkejut tapi nikmat.

Andrew mulai bergerak. Kuat dan keras. Maya tersentak. Bukan cuma badannya, tapi juga hatinya. Dia tidak menyangka akan menerima desakan sekuat dan sekeras ini dari Andrew. Maya mengerang keras, berusaha menyuarakan keterkejutannya.

“Ya, Baby.... Berteriaklah... Aku ingin kau bersuara,” desah Andrew kasar di telinganya, tidak mengurangi kekuatan dan kekerasan dorongannya. Lengannya memeluk Maya makin erat seiring dengan gerakan pinggulnya yang makin keras dan kuat.

“Aaaah... Andreeew...” Refleks Maya berteriak, bukan karena menuruti perintah Andrew, tapi karena mulai merasakan orgasme di bagian bawah tubuhnya. Dan yang paling membuat Maya khawatir, kakinya mulai goyah. Lututnya mulai bergetar.

Maya tahu Andrew juga merasakan hal yang sama karena Andrew mulai menggeram di telinganya.

“Tahan, Maya,” desisnya diantara geramannya. Untuk sesaat Maya berpikir pria di belakangnya adalah Reynard. Tetapi instingnya mengatakan, dia adalah Andrew.

Maya memejamkan matanya kuat-kuat, sekuat tangannya yang mencengkeram tiang tempat tidur. Dalam gempuran menuju puncak, Maya berusaha fokus untuk menguatkan kakinya. Maya mengerang keras, mendesah, ketika usahanya bercampur aduk dengan ledakan-ledakan yang ia rasakan di bagian bawah tubuhnya.

‘Tidaak... tidaak... aku akan jatuh,’ pikir Maya panik, usahanya terasa sia-sia karena gerakan Andrew tidak berkurang malah semakin intens.

Detik ketika Maya merasa akan roboh, Andrew mendesis keras dan melepas panjangnya dari milik Maya, mempererat pelukannya dan menarik Maya ketubuhnya. Pegangan Maya di tiang tempat tidur otomatis terlepas. Jika Andrew tidak memeluknya erat pun, Maya yakin pegangannya akan terlepas karena dia sudah tidak kuat menggenggamnya.

Andrew membawa Maya ke atas tempat tidur, membalikkan tubuhnya dan mulai menindihnya. Mulut Andrew menciumi bibir Maya dengan penuh nafsu. Tangannya memegang kepala Maya sementara lengannya melingkupi tubuh Maya. Posesif, memaksa. Lutut Andrew mendorong, otomatis pahanya juga mendorong paha bawah Maya. Wanita itu terkunci dibawah tubuh Andrew. Kakinya terbuka lebar di sisi tubuh pria itu. Siku Andrew mengunci lutut sang wanita di sisi tubuhnya, dan kembali Andrew menghujam dalam.

Maya berteriak, menggelinjang ketika Andrew kembali mendorong dengan kuat dan keras.

“Oh Tuhan... aaah... Andrew,” keluhnya. Bukan karena menderita tapi karena nikmat yang melampauinya.

Napas Andrew menderu dan terasa panas di wajahnya. Dia tidak berhenti menciumi seluruh wajah Maya sekuat gerakan bawah tubuhnya. Maya tersengal, terengah, tak tahu arah, kewalahan dengan semua rangsangan Andrew ketika meledak untuk kali kedua dan Maya berteriak kembali memanggil nama Andrew.

Kali ini Andrew berhenti. Tetap menindih dan memeluk tubuh Maya yang bergetar hebat, sementara Maya berusaha menghirup udara untuk paru-parunya.

“Kau terasa sangat manis ketika ribut begitu, Maya,” bisik Andrew dengan napas memburu di telinganya.

“Nikmati aku, teriaklah, Sayang,” bisiknya lagi sambil mulai bergerak.

“Aaah... Andreew... ooh... ya jangan berhenti, Sayang.” Maya yang masih bergairah tinggi mulai menceracau.

“Aku tahu kau akan menikmatinya Maya, nikmati aku, aku milikmu,” desis Andrew.

Andrew memutar pinggulnya. Maya menggila. Andrew melepas tangannya dari kepala Maya, Sekarang posisi Andrew sedikit tegak, sementara inti tubuhnya masih menempel di inti tubuh Maya. Satu lengan Andrew menahan berat badannya sendiri, sementara lengan yang lain menahan paha Maya tetap terkunci di sisi tubuhnya. Andrew mendesak, mendorong, menekan Maya di bawah tubuhnya sementara wanita itu menggelinjang tapi menikmati siksaan Andrew. Tangan Maya memegang lengan suaminya yang lurus dan mengelusnya, bibirnya mencari pelampiasan. Direkatkan bibirnya di lengan Andrew, mencium, menjilat, apapun Maya lakukan agar bibirnya tidak menceracau karena kewalahan dengan nikmat yang diberi Andrew.

Andrew menggeram, dia tahu Maya berusaha mengunci mulutnya padahal Andrew ingin Maya bersuara.

Andrew berganti posisi. Menjaga inti tubuhnya tetap di dalam Maya, Andrew duduk. Kedua tangannya sekarang memegang lutut Maya, menahannya tetap tertekuk. Maya kehilangan pegangan, bibir Maya kehilangan tujuan. Andrew tersenyum dan dia mulai bergerak lagi.

“Aahh... ooohhh... Andreew... aahhh....” Maya bersuara bingung, mendesah dan mendesis tidak karuan. Tangannya menggapai-gapai ke arah Andrew, entah apa yang diinginkan. Andrew menatap wajah Maya sementara gerakan dan kecepatannya tidak berkurang.

Andrew melihatnya. Wajah wanitanya diliputi gairah luar biasa, mulutnya terbuka dengan seksi dan menggoda. Matanya separuh terpejam berusaha menyembunyikan baranya. Andrew menahan diri dari keinginan mencium Maya, dia ingin melihat wajah erotis istrinya.

Dipercepatnya gerakan pinggulnya. Makin kuat. Makin cepat. Maya terbakar dan berteriak ketika orgasme ketiga menghajarnya. Tubuhnya menggeliat tak tentu arah. Andrew menghentikan gerakannya dan menikmati Maya yang menggelinjang di bawah tubuhnya.

Andrew menunggu sampai Maya kembali.

“Enak, Sayang?” tanyanya mesra penuh senyum. Maya yang masih terengah-engah berusaha tersenyum. Maya merasakan tekanan tubuh Andrew berkurang. Maya memberanikan diri. Meski lemas dia berusaha untuk bangun, dia ingin memeluk sang suami.

Andrew memahami keinginan Maya, diterimanya uluran tangan Maya dan ditariknya tubuh istrinya yang mulai lemas. Posisi sekarang berubah. Andrew ada dibawah Maya. Sekarang wanita itu yang menciumi wajah Andrew yang penuh senyum kepuasan.

Tangan kanan Andrew mengelus punggung telanjang Maya sementara tangan kirinya meremas pantatnya. Maya mengerang dalam mulutnya yang sibuk menciumi Andrew. Mengambil kesempatan itu, Andrew mencengkeram bagian belakang Maya dengan kedua tangannya, mengangkatnya sedikit dan memasukkan panjangnya kembali.

Maya meleguh ketika dirinya kembali dimasuki Andrew. Dia melepas ciumannya dan memandang wajah Andrew, merengek, memohon. Pria itu menangkup wajah Maya, tersenyum,

“Bicara, Sayang.. Apa maumu,” rayunya manis.

“Kau akan terus mempermainkanku?” tanya Maya dalam sengalnya.

“Oh, ya... wajahmu yang penuh gairah sangat mempesonaku, Maya,” jawab Andrew sambil tersenyum nakal.

Maya mengerang dan memagut bibir Andrew. Pria itupun menerima ciuman Maya dengan sukacita dan mulai menggerakkan tubuh bagian bawahnya tanpa ampun. Tubuh Maya tersentak-sentak di atas tubuh Andrew. Ia memegang tengkuk istrinya untuk meredam sentakannya tapi dia tidak mengurangi kekuatan dan kekerasannya di bawah tubuhnya.

Maya pasrah, Maya tak kuasa. Dia hanya mengerang dan mendesah pada semua godaan suaminya. Kepalanya tertahan di bahu Andrew, dia tidak bisa mencium Andrew sementara getar tubuhnya tak terkendali. Maya meremas bantal yang dipakai Andrew. Berteriak untuk kesekian kali ketika orgasme keempat melingkupinya dan kali ini Andrew melepas orgasmenya bersama Maya. Andrew mengerang keras, kedua tangannya memeluk tubuh bergetar Maya dengan erat seolah ingin menyatukan tubuhnya. Napasnya tersengal-sengal berkejaran dengan napas Maya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel