Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 7

HAPPY READING

***

Moira berusaha tidak terbatuk-batuk atas penjelasan Arya, ia yakin kedua orang tua Arya mendapat perhatian penuh kedua orang tuanya. Orang tua Arya terdiam beberapa detik sebelum,

“Akhirnya ….” Ucap mama sambil memeluk Moira dan Arya.

“Mama bersyukur kalau kamu sudah menemukan pasangan hidup sendiri.”

“Mama dengan sepenuh hati mendukung keputusan kamu untuk menikah dengan wanita yang kamu pilih. Mama sebenarnya khawatir kalau kamu belum menemukan pasangan.”

Mama Arya tersenyum kepada Moira, beliau mengulurkan tangan, “Saya mamanya Arya,” ucap beliau ramah.

“Saya Moira tante. Senang kenalan dengan tante.”

“Sama-sama Moira.

Arya bersyukur ternyata sang mama memberi reaksi seperti ini kepada Moira. Mereka lalu duduk berhadapan. Beberapa waitress datang menyuguhi menu yang sudah di pesan sebelumnya. Moira melihat menu Indonesia tersaji di meja. Selama makan malam, mereka makan dengan tenang, tidak ada percakapan selama makan. Sesekali Moira memandang mama Arya, dia makan dengan anggun dan berkelas.

Setelah makan makanan utama sudah selesai, kini mereka makan kudapan. Moira meminum teh hangat, ia menatap Arya menyesap teh itu secara perlahan. Arya memandang kedua orang tuanya, ia tahu bahwa ini tindakan lancang dirinya untuk menikah dengan Moira dalam waktu singkat, bahkan tidak ada upacara pernikahan yang seperti dilaksanakan di keraton.

Tidak adannya adat panggih atau lamaran, di mana calon pengantin pria datang ke rumah keluarga calon pengantin wanita untuk melamar secara resmi. Upacara lamaran juga disajikan dengan siraman, sesajen dan bunga sebagai symbol kebersihan dan keharuman hati. Apalagi adanya siraman air bunga dan rempah-rempah oleh para sesepuh atau keluarga yang lebih tua. Ucapan nasihat-nasihan kehidupan dan pernikahan dari keluarga yang lebih tua. Midodareni malam sebelum pernikahan di mana semua keluarga berkumpul mempersiapkan pernikahan. Lanjut lagi dengan jamasan, setelah pernikahan adanya menjalani ritual membersihkan tubuh dan jiwa pasangan baru dengan bantuan sesepuh. Ada satu lagi ritual mappesona tradisi memberikan sesajen kepada leluhur untuk memohon restu dan keberkahan pernikahan. Ia tahu, ritual di tradisi di keluarga mereka sangat banyak.

Secara umum ia menikahi Moira merupakan tindakan memberontak, beberapa hari lagi pernikahan mereka akan di gelar dan itu yang harus di ketahui kedua orang tuanya. Terlebih tidak adanya tata cara tradisi yang biasa dilakukan di keluarganya yang sudah dilaksanakan dari generasi ke generasi.

“Ma, pa, ada yang ingin Arya sampaikan.”

“Apa itu Arya.”

Arya menarik napas ia menatap iris mata kedua orang tuanya, “Mungkin ini kedengarannya mendadak. Namun mama dan papa harus tau kalau Minggu ini Arya secara resmi menikahi Moira.”

Mama mengerutkan dahi, mencerna kata-kata Arya, “Maksudnya?”

“Arya akan menikah dengan Moira Minggu ini di hotel Mulia.”

“Kalian menikah?” Tanya beliau terperangah tidak percaya.

Arya mengangguk, “Iya ma. Maaf kalau memberitahu mama secara mendadak. Arya harap mama dan papa harus menerima keputusan Arya. Maafin Arya telah lancang karena sudah melanggar tradisi keluarga kita.”

“Percayalah, Arya melakukan ini karena Arya sangat mencintai Moira lebih dari apapun.”

“Maaf, kalau Arya membuat mama dan papa kecewa. Yakinlah, Arya melakukan ini ada alasan, karena Arya sangat mencintai Moira.”

“Sekali lagi maaf, ma, pa. Arya hanya ingin minta restu menikah dengan Moira dengan cara Arya.”

***

Dalam perjalanan pulang Arya dan Moira saling diam, mama dan papa Arya tidak berkomentar banyak tentang pernikahan mereka, tidak menolak dan tidak menyetujui juga atas tindakan Arya. Moira menatap Arya yang hanya diam, dia memanuver mobilnya penuh hati-hati.

Moira tahu kalau Arya sudah melanggar apa yang tidak perbolehkkan, ia sangat tahu kalau di keluarga Arya dengan kuat memegang teguh adat dan tradisi jawa, namun apa yang Arya lakukan bertolak belakang. Itu sama saja Arya tidak menghargai tradisi dikeluarganya sendiri. Walau ketika makan tadi kedua orang tua Arya tidak sedikit pun menyinggung tentang dirinya, namun ia yakin kalau orang tua Arya pasti menyalahkannya karena Arya sudah bertindak nekat seperti ini.

“Jadi ini bagaimana?” Tanya Moira membuka topic pembicaraan.

Arya mengedikan bahu, “Yah, jalanin saja. Sudah ngomong juga kan kita akan menikah.”

“I know. Tapi, apa orang tua kamu merestui hubungan kita?”

“Sudah direstui kan. Yang penting saya sudah ngomong jujur kalau saya akan menikah dengan kamu Minggu ini di hotel Mulia. Mau datang apa tidak nanti di acara kita, itu terserah beliau. Karena itu di luar kendali saya.”

Arya melirik Moira, raut wajah itu terlihat khawatir, “Kamu tenang saja, tidak hanya saya yang memberontak, tapi adik saya juga. Bedanya adik saya Jelita hanya kabur ke London, tapi dia tetap menikah dengan aturan keluarga. Kalau saya tidak, sama sekali tidak mengikuti aturan apapun. Apalagi kamu menggelar penikahan itu dengan secara modern dan sama sekali tidak ada unsur tradisional.”

“Namun kembali lagi ini pilihan saya. Saya tetap menikahi kamu. Kapan lagi kan menikah di hotel berbintang tidak mengeluarkan uang sepeserpun, apalagi dengan wanita secantik kamu. Why not, nikmatin saja,” ucap Arya.

Moira menatap Arya tertawa, ia masih memikirkan saat di makan malam tadi “Tapi melihat orang tua kamu diam gitu, serem loh sebenernya,” ucap Moira, ia memikirkan apa yang ia pikirkan.

“Udah jangan dipikirin, yang penting orang tua saya tahu kalau saya akan menikah dengan kamu.”

“Beneran nggak apa-apa?” Tanya Moira.

“Percaya saya, tidak apa-apa.”

Arya menarik napas, ia percaya bahwa keluarganya akan menerima Moira dengan tangan terbuka, namun ada sedikit kelihatan khawatir makanya memilih diam. Ia juga yakin bahwa mama dan mama hadir atas pernikahannya Minggu nanti. Ia juga sudah memberitahu Jelita bahwa ia akan menikah minggu ini dan dia bersiap untuk pulang ke Jakarta besok.

Moira meremas tangannya, walau Arya meyakinkan dirinya berkali-kali, tetap saja ada perasaan takut menyelumuti hatinya. Ia jadi ingat tentang anggota keluarga kerajaan yang memberontak demi menikahi wanita pilihannya. Mungkin terdengar romantic yang sering muncul dalam karya sastra dan film. Namun tetap saja itu masuk dalam kontroversi dalam sejarah, pada umumnya pernikahan dalam keluarga ningrat memiliki dinasti yang kuat.

Moira pernah membaca buku sejarah tentang Raja Edward VIII dari Britania Raya yang niatnya menikahi Wallis Simpson seorang wanita Amerika yang telah dua kali bercerai. Namun pada saat itu gereja Inggris dan sejumlah tokoh masyarakat tidak mendukung pernikahan itu. Lalu Edward memilih untuk turun tahta agar bisa menikahi Wallis Simpson. Keputusan itu menciptakan kehebohan dalam sejarah. Namun percayalah jarang sekali ada keluarga kerajaan yang bertindak seperti itu kalaupun ada hanya bisa dihitung dengan jari yang ada di dunia ini.

Moira menatap Arya, ia akan berterima kasih kepada pria itu karena dia memiliki bakat tersembunyi, sehingga meyakinkan semua orang bahwa head over heels in love.

“Tapi acting kamu bagus tadi” ucap Moira menahan tawa memecahkan kesunyian.

“Saya juga tidak menyangka kalau saya bisa melakukannya,” Arya seketika tertawa.

Moira terkikik, “You cough that huh!”

Arya ikut tertawa, “I know.”

“Kamu memberitahu teman-teman kamu kalau kamu akan menikah?”

“Belum, mungkin besok. Tapi adik saya Jelita sudah tau, besok dia akan flight ke Jakarta.”

“I see. Dari mana?”

“London. Dia tinggal di sana bersama suaminya. Suaminya seorang pilot.”

“Nice.”

“Sepertinya kita harus merayakan ini dengan minum bersama,” ucap Arya memberi ide.

“Minum? Ke klub?” Tanya Moira.

Arya mengangguk, “Kalau kamu mau.”

Moira menghela napas “Di mana-mana orang menikah harusnya di rumah agar lebih save dan tenang saat pernikahan nanti, ini kita ke club. Tapi tidak apa-apa, untuk merayakan pre-nup kita.”

Arya tersenyum penuh arti, ia lalu mengarahkan mobilnya ke Fable, ia perlu alcohol untuk menenangkan pikirannya, karena sejak tadi ia terlalu banyak berpikir.

“Kamu sering minum?” Tanya Moira.

“Kadang-kadang.”

“Saya tidak menyangka seorang dokter seperti kamu senang minum alcohol. Saya pikir dokter hidup sehat.”

Arya tertawa, “Saya juga manusia Moira. Sesekali tidak apa-apa untuk merayakan pernikahan fake kita.”

Moira tertawa, “Oke.”

***

Beberapa menit kemudian akhirnya mereka tiba di club, Moira dan Arya melangkahkan kakinya masuk ke dalam club. Suara dentuman music terdengar dari segala sisi, Arya melirik Moira yang berada di sampingnya.

“Ingat kamu jangan sampai mabuk, saya tidak mau repot mengurusi orang mabuk.”

Moira mengangguk, “I know, noted.”

Mereka duduk di kursi bar, karena di table sudah terisi penuh. Arya memesan dua botol beer dingin untuk mereka berdua, tidak lupa calamary dan french fries sebagai hidangan pendamping minum beer. Arya mengambil gelas itu dan meneguknya.

“Kalau jadi istri kamu boleh nggak sih minum ini?”

“Boleh saja, kalau masih batas wajar. Tapi jangan samapi di depan orang tua saya!”

“Kamu suka film horror?” Tanya Arya membuka topic pembicaraan berbeda.

“Saya sama sekali tidak suka horror,” ucap Moira meneguk beer nya.

“Why?”

“Saya ini sebenarnya tipe yang penakut. Tiap nonton horror, saya nggak pernah yang bener-bener liat hantunya apalagi barengan sama jumpscare, saya bingung sih antara takut hantunya atau jumscare nya.”

“Kalau kamu bagaimana?”

“Saya suka horror,” ucap Arya tertawa.

“Kenapa?”

“Setiap kali nonton horror, vibes nya kerasa, suasana langsung berubah, detak jantung nggak karuan. Saya juga tidak suka kalau horror disatuin dengan komedi. Horor itu nyambungnya dengan misteri dan thriller yang buat penasaran.”

“Hal yang paling kamu takuti apa?” Tanya Arya.

“Ular mulai ular yang masih bayi, ukuran sekelingking saya sampai yang besar, semuanya takut.”

Arya terdiam lama sehingga Moira berpikir kalau dia tidak mendengarnya.

“Kamu akan mengejek saya, karena saya takut ular?” Tanya Moira mulai penasaran dengan tindakan Arya.

“Tidak, banyak orang di luar sana yang takut ular, itu normal.”

Kata-kata Arya membuat Moira kebingungan untuk membalas apa, ia memilin rambutnya, “Oh, well that nice.”

Arya tersenyum, dan ia kembali meneguk beernya. Ia memandang area bar yang sudah terisi penuh oleh tamu yang mulai berdatangan. Arya dan Moira saling diam, mereka tenggelam dipikiran masing-masing, hanya dentuman music terdengar namun mereka menikmati kesunyian.

“Ngomong-ngong, how did I do?” Tanya Arya memecahkan kesunyian.

“How did you do what?” Tanya Moira tidak mengerti.

“Apa yang buat saya berhasil meyakinkan saudara kamu sebagai suami kamu?”

“Definitely. Kamu saja bisa meyakinkan orang tua kamu kalau kamu cinta mati kepada saya, apalagi hanya saudara saya.”

“Setelah ini, apalagi rencana kamu selanjutnya?” Tanya Moira selanjutnya, wajahnya berubah menjadi serius.

Arya mulai berpikir beberapa detik, “Saya bilang saja kalau saya dan kamu sudah kenal lama. Anggap saja kita pernah kenalan di London waktu saya liburan di sana. Lalu saya jatuh cinta sama kamu saat liburan di sana. Saya akan mengatakan siap menikahi kamu, menggantikan calon suami kamu yang kabur. Saya ngomong kepadanya kalau saya sangat mencintai kamu lebih dari apapun. Rela menikahi kamu, semua demi kamu.”

“Saya juga mengatakan kalau saya sudah siap secara fisik dan mental menikah dengan kamu. Walau sebenernya belum siap, it doesn’t matter to me,” jelas Arya.

Moira menyungging senyum, ide Arya mulai jalan dan ia suka pemikirannya yang spontan, “Oke.”

Arya melirik jam melingkar di tangannya menunjukkan pukul 22.30 menit, “Kita mau pulang jam berapa?” Tanya Arya, masalahnya besok ia ada jadwal operasi pagi.

“Kamu sudah mau pulang?”

Arya mengangguk, “Besok pagi saya ada jadwal operasi, jadi saya harus fit.”

“Kita langsung pulang saja kalau begitu,” ucap Moira.

Moira turun dari kursinya, “Besok kamu pulang kerja jam berapa?”

“Kemungkinan jam lima sore.”

“Jadi jam berapa kamu akan bertemu dengan saudara saya?”

“Makan malam saja jam tujuh seperti tadi, kamu atur saja pertemuannya di mana. Nanti saya akan jemput kamu di apartemen.”

Arya dan Moira melangkah keluar dari bar, mereka menuju parkiran. Waktu mereka memang mepet, mereka harus sama-sama bisa berkomunikasi dengan baik prihal pernikahan mereka. Walaupun fake, Moira merasa kalau Arya bisa diajak kerja sama dengan baik, dan itu sesuai dengan rencananya.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel