HMT 4 - PESTA DANSA
Leo dan Arnold sedang berdiri di ruang tamu. Keduanya sudah berpakaian rapi dengan tuxedo hitamnya. Ya, Leo mengajak Arnold untuk ikut serta bersamanya dan Tessa pada undangan koleganya malam ini. Awalnya Tessa melarang Leo untuk mengajak Arnold ikut dengannya.
Tessa mengatakan, jika ia hanya ingin pergi berdua'an saja dengan Leo. Namun Leo mengatakan, kalau Arnold akan kesepian di rumah sendirian. Dia pun membujuk Tessa agar Arnold bisa ikut bersama mereka. Malas berdebat dengan Leo yang keras kepala itu, akhirnya Tessa pun mengizinkannya.
Sebnarnya Tessa tak ingin melihat Arnold lagi di hadapannya. Pikirannya menjadi kacau pasca ciuman itu. Tessa ingin melupakan hal itu dan merahasiakannya dari Leo. Karena akan percuma saja kalau dia mengatakan perbuatan bejat ayah tirinya itu pada Leo. Suaminya itu mungkin takkan percaya.
Di samping itu, Tessa juga tak ingin membuat Leo kecewa pada pria yang selalu ia banggakan itu. Pria bejat! Tessa mengumpat sembari berjalan menuruni anak tangga. Dia segera memalingkan pandangan dari tatapan buas Arnold padanya.
Bibir kemerahan Arnold tersenyum smirk melihat Tessa yang sedang berjalan anggun menuruni anak tangga. Gaun pres body dengan warna hitam begitu pas membalut tubuh proporsional-nya. Cantik dan seksi. Arnold sampai menegup salivanya. Terlebih wangi parfum Tessa yang membuatnya hampir mimisan. Dia tak tahan melihatnya.
"Darling, kamu cantik sekali!" Leo segera menyambut Tessa yang baru saja tiba di hadapannya.
"Terima kasih, Sayang." Tessa tersenyum sangat manis pada Leo. Persetan dengan Arnold yang tak berkedip melihatnya. "Dasimu," ucap Tessa seraya merapikan dasi kupu-kupu yang melingkar pada kerah kemeja Leo. "Terima kasih, Darling." Leo tersenyum gemas padanya.
Ekor mata Tessa melirik pada Arnold yang berdiri di samping Leo. Dengan perasaan acuh, Tessa segera berjingke mengecup kilas bibir Leo. Arnold segera memalingkan wajahnya. Crazy! Tessa berciuman dengan Leo di depan matanya.
Awas saja, Arnold mengepalkan buku-buku tangannya. Tessa pasti sengaja berciuman dengan Leo di depannya. Apa maksud gadis itu? Apakah dia ingin menegaskan, bahwa dirinya hanya milik Leo? Omong kosong! Lihat saja nanti. Tessa pasti akan bertekuk lutut di hadapannya, Arnold bersumpah dalam hati.
"Baiklah, Sayang. Ayo kita berangkat!" Leo segera menggandeng Tessa menuju pintu keluar.
Arnold segera menyusul mereka dengan perasaan geram dalam hati. Namun tiba-tiba Arnold melihat seorang wanita berseragam pelayan sedang berdiri di tepi teras.
Lusi?
Arnold membulatkan matanya melihat ke arah wanita paruh baya di sana. Namun wanita itu segera pergi. Dia tampak ketakutan melihat Arnold menatapnya. Mau kemana dia? Arnold segera mengejar wanita bernama Lusi itu.
"Tunggu. Sedang apa kamu ada di sini? Jangan bilang kalau kamu bekerja di rumah ini." Arnold segera bertanya saat dirinya berhasil menghadang Lusi.
"Maaf, Tuan. Sejak Nyonya Scot tiada, Tuan Muda mengajak saya untuk tinggal dan bekerja di mansion ini," jawab Lusi gemetaran. Jemarinya meremas apron putih yang melekat pada seragamnya.
"Baiklah, tapi kamu ingat. Jangan sampai Leo mengetahui rahasiaku. Kalau kamu berani mengatakan pada Leo, aku akan menculik anak gadismu itu. Mengerti?" Arnold mencondongkan wajahnya sembari menunjuk pada Lusi.
"Tidak, Tuan. Saya tidak akan mengatakannya. Tolong jangan apa-akan puteri saya." Lusi tampak menangis ketakutan.
"Sstttt ... diam dan cepat pergi dari hadapanku. Pergi!" Arnold mendorong bahu Lusi kasar.
Lusi pun segera pergi menuju dapur sembari mengusap kedua pipinya yang basah.
"Dad!"
Arnold segera menoleh pada Leo yang memanggilnya. Dia menyisir rambutnya ke belakang dengan jemari kanannya, lantas menyapu pandangan diam-diam. Sepertinya Leo tidak melihatnya bicara dengan Lusi tadi. Arnold segera mempercepat langkahnya menuju Leo.
"Waw! Ini untukku?" pekik Tessa kaget sekaligus senang saat Leo menunjukkan satu unit mobil sport di pelataran mansion.
"Tentu saja, Darling. Mobil ini hanya untukmu. Untuk istriku yang paling cantik!" Leo tak kalah bahagianya melihat Tessa begitu senang akan hadiah yang ia berikan. Satu unit mobil sport jenis Lamborghini dengan warna orange. Sangat cocok untuk Tessa yang menyukai dunia glamour.
"Terima kasih, tampan!" Tessa segera memeluk gemas pada Leo.
Arnold yang baru tiba di sana hanya memalingkan wajahnya melihat kemesraan Tessa dan Leo itu. Menyebalkan! Hanya satu unit mobil saja. Apa hebatnya? Fuck! Arnold sangat kesal dibuatnya.
"Ah, Dad. Bagaimana menurutmu mobil baru Tessa ini? Aku memesannya khusus dari Jerman." Leo melepaskan pelukannya, lantas bertanya pada Arnold yang kini berdiri di sampingnya.
"Bagus. Mobil yang sangat bagus. Sesuai kesukaan Tessa," jawab Arnold. Bibirnya tersenyum smirk pada Tessa. Namun Tessa segera membuang wajahnya jauh-jauh dari tatapan mesum ayah tiri Leo itu.
"Kamu benar, Dad. Tessa memang sangat menyukai sesuatu yang istinewa dan berbeda. Iya kan, Darling?" Leo menoleh pada Tessa setelah bicara pada Arnold.
"Ya, itu benar." Tessa tersenyum gemas pada Leo.
"Baiklah, ayo kita jajal mobilnya menuju pesta Tuan Willbowrn. Bagaimana, apa kamu tidak keberatan kalau kita memakai mobil ini sekarang?" Leo menatap Tessa dengan lembut.
Sebenarnya Tessa tak ingin mobil barunya itu ditumpangi juga oleh Arnold. Namun dia tak ingin Leo kecewa nantinya. Lagi pula, Leo sangat keras kepala. Daripada terjadi perdebatan antara dirinya dan Leo, akhirnya Tessa pun setuju. Sungguh menyebalkan harus satu mobil dengan pria bejat itu. Tessa segera memalingkan wajahnya dari Arnold seraya memasuki mobil.
Sepanjang perjalanan Tessa tampak tidak ceria. Dia hanya memalingkan wajahnya pada jendela mobil. Sedangkan Leo dan Arnold yang duduk di bagian depan terus mengobrol. Leo mengemudikan mobilnya dengan santai sembari mendengarkan cerita Arnold. Sedangkan Arnold diam-diam terus memperhatikan Tessa dari kaca spion di atasnya.
Tessa sangat cantik malam ini. Arnold tersenyum smirk melihatnya.
Tak lama kemudian mereka pun tiba di Hotel Viktoria, dimana kolega Leo yang bernama Tuan Willbowrn tengah mengadakan pesta. Leo segera membukakan pintu mobil untuk Tessa. Dia menyambut istrinya itu dengan uluran tangannya. Tessa menyambutnya dengan tersenyum manis, lantas segera menggapit lengan kiri Leo. Keduanya berjalan menuju lobi hotel.
Arnold yang berjalan di belakang mereka tampak seperti orang bodoh saja. Arnold mengepalkan buku-buku tangannya. Dia sudah tak sabar ingin membalas Tessa dan Leo. Dia takkan melepaskan Tessa malam ini! Arnold segera membaur dengan para tamu. Tuan Willbowrn sebagai tuan rumah segera menyambut Leo dan Tessa.
"Bagaimana kalau kita berdansa saja?" ajak Tessa pada Leo.
"Ide bagus, Sayang. Ayo!" Leo segera menggandeng Tessa menuju lantai dansa.
Arnold hanya berdiri sembari berbincang dengan Tuan Willbowrn. Mereka membicarakan bisnis. Tuan Willbowrn tertarik untuk menanam saham pada perusahaan Leo yang sedang dikelola oleh Arnold di Austria.
Sial! Leo dan Tessa berdansa begitu mesranya. Arnold mencengkeram gelas wine yang sedang dipegangnya. Ingin rasanya dia maju dan langsung menarik Tessa dari Leo, lantas menggumuli tubuh gadis itu di atas ranjangnya.