3
Zella berdiri di belakang pintu sambil mengontrol kembali napasnya yang sedikit memburu karena terkejut dengan perlakuan Marcell. Jangan sampai dirinya terjebak oelh lelaki macam Marcell. Perceraian adalah keputusan akhir yang akan di ambil Zella tepat di hari anniversarynya.
"Zella!! Buka Zella!!" teriak Marcell dari arah luar sambil mengetuk keras pintu kamar Zella.
Zella terduduk di belakang pintu kamaranya dan menangis sejadi -jadinya. Ia teringat kata -kata Kakeknya saat itu.
"Queen ... Kamu harus menikah dengan Marcell. Sebab, kalau tidak, maka sia -sialah semua investasi kakek disana." Begitulah pesan Kakek pada Zella yang selalu memanggil namanya dengan sebutan Queen.
"Tenang Kek. Zella ambil semua apa yang nejadi hak Kakek. Biarkan Zella lepas dari lelaki yang tak pernah bersyukur dan tamak ini," ucap Zella lirih sekali.
Suara Marcell masih terus mengetuk keras pintu itu dan sesekali menendang pintu kamar Zella dengan kasar. Tak lama, Marcell pun berhenti berteriak dan menggedor pintu kamarnya. Ternyata, Luna datang dan mulai menggoda Marcell. Pemandangan yang sudah tak asing lagi bagi Zella menatap Marcell setaip malam bercinta denagn Luna.
Muak rasanya melihat hal itu. Bisa -bisanya Marcell melakukan hal hina itu di rumahnya sendiri dan terjadi di kamar pribadinya. Sungguh tak ada otak!!
Keesokkan harinya, Zella keluar dari kamar menunggu Marcell sudah berangkat dan memastikan bahwa suaminya memang benar sudah pergi dari rumah bersama Luna ke kantor. Luna kini bekerja satu kantor dengan Marcell menjadi sekertarisnya. Marcell sengaja mengangkat Luna sebagai asisten pribadinya agar mereka selalu bersama.
Setelah suaminya dan Luna pergi, Zella pun ikut pergi tanpa menyentuh amkanan di rumah. Zella menjadi sangat over protektf pada dirinya sendiri dan tak mau mati konyol seperti yang sering terjadi di film -film yang sering muncul di media sosialnya.
Zella mengurus semua acara anniversarynya sendiri sesuai keinginannya. Mulai dari pemesanan tempat, katering, hingga dekorasi dan tidak lupa Zella menyewa pemain musik dan memasng layar proyektor untuk mengulang kembali kisah manis mereka selama satu tahun ini.
"Nyonya Zella?" panggil seseorang yang memanggil Zella dengan sebutan Nyonya.
Zella yang sedang menatap riasan dekorasi yang mulai terpasang di sekitar panggung pun menoleh ke arah asal suara.
"Betul. Anda siapa?" tanya Zella sopan.
"Saya owner dari Akustik Production. Saya kesini untuk melihat panggungnya biar di sesuaikan dengan jumlah team dan alat musiknya," ucap lelaki tampan itu tersenyum manis.
"Ohhh ... Silahkan," ucap Zella ramah.
"Nama saya Arka," ucap lelaki itu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
"Zella ...," ucap Zella membalas uluran tangan itu.
Zella menemani ARka untuk melihat seluruh hallroom ini. Zella menunjukkan tempat ini dan itu yang akan di guankan sebagai tempat apa.
"Kalau saran saya, musik bagus di pojok sana. Selain dari pintu masuk terlihat, paling tidak bisa menmani layar polos untuk proyektor," ucap Arka menyarankan.
"Ide bagus juga. Boleh, nanti biar aku minta di ganti lay outnya untuk musik akustik," ucap Zella tersenyum puas emnerima saran Arka.
"Papah ...," panggil seorang anak kecil yang langsung memeluk kaki Papahnya.
"Gea ... Nanny mana?" tanya Arka mencari baby sitter Gea yang tak terlihat.
Nanny pun berlari tergopoh -gopoh mencari Gea yang lepas dari genggaman tangannya karena mencari Papahnya.
"Ma -maaf Tuan. Non Gea lari mencari Tuan," ucap Nanny itu sedikit takut.
"Ya sudah. Kamu tunggu di mobil denagan supir. Gea biar disini dengan saya," ucap Arka pelan sambil menggendong putri kecilnya yang baru berusia tiga tahun.
Nanny itu pun pergi sesuai perintah Tuan Arka. Zella menatap putri kecil Arka dan emncubit gemas pipi gembil itu karena sejak tadi menatap Zella tanpa berkedip.
"Siapa tadi namanya?" tanya Zella pada Gea.
"Gea tante," jawab Arka sambil tersenyum.
"Ohhh ... Gea. Namanya bagus banget. Gea mau makan? Tante pesenin ya? Mau apa?" tanya Zella pelan.
"Mau Mama ...," ucap Gea denagn suara yang lucu dan imut.
"Ma -mama? Memang Mamanya kemana?" tanya Zella pelan.
Arka diam saja tak menjawab malah bertanya pada putrinya mau makan atau tidak. Zella paham, itu atndanya Arka tidak mau urusan pribadinya di bahas.
"Gea ... Makan es krim yuk? Deket sini ada tempat es krim yang enak? Mau?" tanya Zella pada Gea yang langsung mengangguk dan meminta gendong pada Zella.
"Mauu Ma," jawab Gea yang terus memanggil Zella dengan panggilan Mama.
Arka hanya menunduk malu dan meminta maaf.
"Maafkan Gea," ucap Arka tulus.
"Gak apa -apa. Dia hanya anak -anak yang butuh kasih sayang," ucap Zella lirih.
Zella menggendong Gea dengan penuh kasih sayang. Satu tahun pernikahan bersama Marcell terasa sia -sia karena memang Zella tak mau di sentuh setelah tahu Marcell sering bergonta ganti pasangan.
"Aku mau bawa Gea makan es krim di restoran bawah. Gak apa-apa?" tanya Zella meminta ijin.
"Gak apa -apa. Nanti aku susul ya. Aku mau tunggu teamku datang. Mereka katanay mau cek lokasi," ucap Arka santai.
Zella pun membawa Gea turun menuju restoran untuk membeli es krim dan cemilan lain. Urusannya di hallroom ini juga sudah selesai dan besok Zella akan cek kembali. Setelah ini Zella mau ke perusahaan barunya yang sedang di rintis.
***
"Enak es krimnya?" tanya Zella pada Gea yang terus meminta di suapi es krim dengan tiga rasa itu.
Zella memang hanay memesan satu mangkuk es krim dan jus alpukat untuk dirinya serta kentang goreng.
"Yummy Mama," ucap Gea yang terus membuat Zella gemas.
"Kalau enak, makan kentang gorengnya juga. Biar kenyang," ucap Zella pada Gea.
Gea mengangguk dan mulai menikmati kentang goreng dan es krim secara bergantian.
Cukup lama, Zella dan Gea saling bercanda dan tertawa hingga Gea pun tertidur di pelukan Zella. Zella merasa begitu sangat dekat dan sayang pada Gea. Mungkin naluri kewanitaan dan keibuannya mulai keluar.
"Maaf menunggu lama. Ehh .. Gea tertidur? Sini biar aku gendong. Kamu pasti lelah," ucap ARka measa tidak enak.
"Sudah tidak apa -apa. Takutnya kalau di pindah malah etrbangun dan nangis," ucap Zella lembut.
"Tapi ini terlalu lama. Memangnya kamu tidak ada acara lain? Atau bertemu suamimu?" tanya Arka sedikit ragu.
"Gak Arka. Suamiku terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Urusan pesta begini saja, ia serahkan padaku," ucap Zella berbohong.
"Wanita hebat. Kamu begitu mandiri sekali," puji Arka pada Zella.
"Bukankah para lelaki yang mengajarkannya untuk mandiri dan kuat?" ucap Zella pelan.
"Maksudnya?" tanya Arka penasaran.
"Ya, Kalau seperti aku, mau tidak mau di tuntut menjadi mandiri, kuat dan serba bisa, bukan?" ucap Zella menahan getir di dadanya.