Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab.4. Truth or Dare

Pukul 22.00 WIB genk 'Bukan Vanila' yang terdiri dari Cindy, Vanya, Ellen, Rachel, Chacha, dan Lusy sampai juga di Dark City nightclub. Mereka berenam tampil supersexy dan cantik seperti biasanya. Vanya yang cewek abal-abal pun tak ada bedanya dengan kelima sobatnya yang cewek tulen.

Malahan bila dilihat dengan lebih teliti, penampilan dan parasnya sedikit lebih cantik dibanding kelima sobatnya yang cewek tulen. Mungkin itu hal yang wajar karena dia berkecimpung di dunia perawatan kecantikan. Bodinya pun full vermak, bemper depan dan belakang produksi Korea Selatan.

Malam ini Vanya mengenakan mini dress dari bahan kulit warna hitam yang sangat pendek dengan atasan tube top silver atau biasa disebut kemben berwarna perak yang melekat erat di bagian dadanya yang membulat penuh nyaris tumpah. Rambut panjang bergelombangnya yang berwarna pirang kecoklatan terang itu tergerai hingga nyaris menyentuh bokongnya.

Pria-pria di dalam nightclub itu seperti cacing kepanasan memperhatikan penampilan Vanya yang paling mencolok di antara kelima temannya yang sama-sama berbaju minimalis itu.

Siulan nakal mengiringi langkah wanita-wanita metropolitan itu ke meja sofa yang sudah mereka reserved sebelumnya. Ada tulisan di meja itu 'Genk Bukan Vanila'.

"Idih beraninya cuma siul-siul doang! Emang kita burung yee kok disiulin!" tukas Rachel dengan suara imutnya bernada judes manja.

"Cowok model begituan pantesnya di hempas manjah aja ke laut!" sahut Lusy mengempaskan rambut panjang bergelombangnya yang dicat warna merah terang begitu mencolok di tengah ruangan clubbing yang remang-remang itu.

Lampu disko berputar dan berpendar di atas ruangan gelap itu memeriahkan suasana dugem malam itu. DJ memainkan lagu remix Ariana Grande 'No Tears Left to Cry' yang menghentak.

'Picking it up ... picking it up ... I'm loving ... I'm livin' it up ... I'm picking it up ...'

"Ayo main truth or dare!" ajak Cindy berseru mengalahkan suara bising nightclub itu.

"Ayo ... siapa takut!" seru Vanya.

Sebotol whiskey dituang hingga habis ke 6 gelas kaca di hadapan keenam wanita seksi itu. Botol kosongnya dipakai untuk bermain putaran truth or dare.

"Oke, siapa yang mau putar pertama?" tanya Cindy.

"Gue aja," jawab Chacha dengan bersemangat lalu memegang botol di atas meja lalu memutarnya dengan kencang.

Botol itu berputar cepat hingga mulai memelan dan mulut botol itu mengarah ke salah satu wanita itu. Ellen.

"Apes lo, Len! Ahahaha," teriak Vanya sembari tertawa berderai.

"Ayo mau truth or dare?" tanya Cindy cepat.

"Truth ajalah, cemen gue mah," jawab Ellen kalem. Dia memang yang paling 'alus' pembawaan dan penampilannya di antara girl genk cadas itu. Ellen berprofesi sebagai seorang SPG yang bisa di open bo untuk duit sampingan.

"Baiklah. Gue yang nanya ya?!" ujar Cindy sembari menatap teman-temannya untuk minta persetujuan.

"Boleh ... boleh ...," jawab Lusy mewakili teman-temannya.

"Lo ilang perawan umur berapa dulu, Len? Terus ilangnya gimana?" tanya Cindy tentang sesuatu yang pribadi dan sedikit memalukan.

Ketika mendengar pertanyaan Cindy, diapun menepuk jidatnya sendiri. Ellen berkata, "Hadehh ... nanyanya si Cindy gini amat! Nyesel gue milih truth ..."

"Udah jawab aja, kita 'kan rumpi no secret!" tukas Rachel seraya bergaya genit seperti host Rumpi No Secret si Feny Rose yang mengunci bibirnya dengan jari.

Ellen pun mendesah lalu menjawab, " Oke deh. Gue ilang perawan di toilet sekolah pas SMA. Ehmm ... sama guru Fisika gue." Wajah Ellen merona malu usai membongkar aibnya sendiri.

"WHAT!" teriak Vanya terkejut. Pasalnya mereka berdua sekelas saat SMA, dia tidak menyangka Pak Lukas Sudirman yang bertampang tanpa dosa itu akan memperawani sobatnya di toilet sekolah.

"Pengin nangis gue dengernya, Len. Pak Lukas 'kan guru idola gue pas SMA ... nggak tahunya predator gadis remaja polos. Hoeekkk banget gelo!" rutuk Vanya dengan rasa kesal bercampur kekecewaan yang dalam pada guru Fisikanya semasa SMA dulu.

Ellen terkikik dengan wajah setengah bersalah melirik Vanya. "Sorry to say, Van. Kami ngelakuinnya bolak-balik abis itu. Dianya udah pengalaman kali, Van. Kayaknya si Rani sama si Widi juga pernah jadi korbannya juga," ujar Ellen.

"Please, Len jangan diterusin, mendadak bad mood gue," sahut Vanya dengan wajah tertekuk.

"Yoo cheer up, Ladies! Puter lagi botolnya, Len," ucap Cindy dengan ceria lalu meminum whiskey dengan es batu di gelasnya.

Botol kosong bekas whiskey itu berputar cepat hingga mulut botol itu berhenti di depan Vanya. Kelima sobatnya bersorak lega bercampur senang karena mereka lolos dari giliran truth or dare.

"Ohh Damn, kok gue sih?!" rutuk Vanya menutup wajahnya dengan telapak tangannya.

"Ayo, truth or dare, Van?!" seru Chacha girang.

"Dare. Gue malas bongkar aib gue sendiri. Apaan tantangannya buruan sebelum gue kabur?!" balas Vanya dengan hati berdebar, teman-teman segenk-nya itu sinting semua, dia cemas tantangannya akan sangat memalukan.

Mereka berlima pun bergerombol lalu berunding sambil berbisik-bisik agar Vanya tidak mendengar diskusi mereka. Sementara Vanya menghabiskan whiskey dengan es batu miliknya hingga tandas sembari menunggu vonis kejam teman-temannya.

Setelah diskusi sengit itu, Cindy pun berkata, "Tantangannya adalah ... lo kudu naik panggung buat sexy dancing tuh di pole. Mau meliuk-liuk di tiang kayak ular Phyton apa merayap kayak tokek di sono boleh, Van. Hihihi."

Vanya mengerang keras, tantangannya kejam amat. Padahal dia tidak pernah berbuat hal yang sememalukan itu seumur hidupnya. Ya memang dia bukan cewek tulen, tapi 'kan nggak ada yang tahu selain merek berenam!

"Ogah ahh ... lebay dah lo pada!" tolak Vanya mentah-mentah.

"Ayolah,Van! Nggak adil dong, gue tadi udah jawab yang truth 'kan," desak Ellen.

"Gue takut dibooking Om-om ganjen, Len!" jawab Vanya panik. Dia belum pernah melakukan kegiatan 21+ bersama pria manapun semenjak dia memutuskan menjadi wanita.

"Jangan alasan deh, Van! Lo 'kan bisa nolak, kalau perlu ... kalau Omnya maksa lo bisa tendang 'titit'nya juga 'kan!" desak Rachel dengan saran yang sadis.

Vanya panik karena mereka berlima sepertinya sudah bertekad bulat untuk menyuruhnya menari seksi di panggung nightclub itu. 'Astogeh!' jerit Vanya dalam batinnya.

"Joget ... joget ... joget ... joget ...," sorak-sorai teman-temannya memberi Vanya semangat sambil bertepuk tangan.

Dengan berat hati diapun menuruti keinginan teman-teman segenk-nya yang sinting itu. Vanya pun bangkit dari sofa lalu berjalan dengan langkah begitu berat mendekati kru nightclub yang berjaga di bawah panggung. Dia menjelaskan bahwa dia ingin berjoget di atas panggung dan meminta lagu iringan khusus dari DJ.

'Vanya, anggap aja ini kayak biasa lo striptease di kamar mandi, oke?!' ujar Vanya dalam hatinya berusaha mencari kekuatan daripada malu karena pingsan di atas panggung.

"Oke, Mbak. Lo boleh naik sekarang kata DJ-nya. Jangan malu-maluin gue ya, joget yang bener. Ntar gue bisa kena pecat sama manager kalau lo jogetnya jelek!" pesan kru nightclub berkepala plontos dan berbadan kekar berotot mirip Dwayne Johnson itu pada Vanya sebelum naik ke atas panggung.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel