Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

HMT 4 - BERCIUMAN

"Selamat malam, Tuan."

Suara itu membuat Hardin tersentak dari lamunannya. Lehernya segera memutar ke arah sumber suara tersebut. Tampak seorang pria yang kini berdiri di hadapannya. Tubuhnya jangkung dengan warna kulitnya yang agak gelap, umurnya sekitar 40 tahun.

Sepasang alis tebal Hardin hampir menyatu membalas tatapan pria itu padannya dengan penuh tanya, namun enggan untuk bertanya.

"Maaf, Tuan Muda. Saya Andreas, tadi Nyonya yang meminta saya untuk memperbaiki keran di kamar mandi Anda," ucap pria itu dengan ramah.

Pandangan Hardin turun pada tangan pria di hadapannya. Andreas tampak menenteng sebuah tas perkakas. Jadi benar pria itu adalah tukang? Dia lantas mengembalikan pandangannya lagi pada wajah pria itu. Dengan wajah bosan ia mengibaskan tangannya pada Andreas agar segera mengerjakan tugasnya. Bibirnya tak mengatakan apa pun.

Andreas sedikit membungkukkan tubuhnya pada Hardin sebelum melenggang pergi menuju kamar mandi yang letaknya di sebelah barat dari tempat mereka berdiri saat ini. Hardin menggelengkan kepalannya. Tangan kanannya turut serta mengusap wajahnya. Sial! Dia baru saja berfantasi berciuman dengan Meghan. Bodoh! Rutuknya dalam hati.

***

Sementara itu di kamar yang letaknya tak jauh dari kamar Hardin, tampak Meghan yang sedang duduk santai pada sofa di sudut ruangn itu. Lingerie tipis transparan warna gray membalut tubuhnya yang indah. Terlihat sangat seksi dengan gaya duduknya yang bertumpang kaki, mengekfos kulit pahanya yang putih.

Tangan kanannya memegang gelas kecil berisikan minuman beralkohol ringan. Punggung wanita itu bersandar pada sandaran empuk sofa. Pikirannya sedang melayang entah kemana. Kejadian di kamar Hardin tiga jam yang lalu berhasil membuatnya gelisah saat ini.

'Kita pernah bertemu sebelumnya di Polandia,'

Bisikan Hardin kembali terdengar di telinganya. Mengalahkan lagu remix Mariah Carey yang selalu terngiang-ngiang di telinganya sejak dirinya pulang dari club malam tempo hari. Apa benar mereka pernah bertemu sebelumnya di Polandia? Oh, shit! Whay? Kenapa dia kepikiran hal itu terus?

Seingatnya sejak dirinya menikah dengan Edward satu tahun yang lalu, dirinya tak lagi kembali ke Polandia. Lagi pula di sana dia sudah tak punya siapa-siapa lagi. Polandiaa adalah tanah kelahirannya. Di sana ia dilahirkan, kemudian dibesarkan oleh pamannya yang bernama Martino.

Sang paman tak memiliki anak dan telah ditinggalkan oleh istrinya. Setelah orang tua Meghan tiada, Martino pun menjadi orang tua sambungnya.

Martino sangat menyangi Meghan layaknya puteri kandungannya. Dia sangat ingin menjadikan keponakannya itu seorang dokter. Namun harapan itu harus ia kubur sendiri, karena Meghan menolak dan tak ingin menjadi seorang dokter.

Setelah lulus dan mendapatkan gelar dokter umum, Meghan justru malah mengambil tawaran menjadi seorang model majalah pria dewasa yang ditawarkan sebuah agensi gelap.

Hal itu diketahui oleh Martino. Pria 40 tahun yang berprofesi sebagai pekerja tambang itu pun sangat marah pada Meghan. Keduanya terlibat perselisihan malam itu dimana Meghan pulang dalam keadaan mabuk.

Rasa kecewa Martino tak sampai di situ saja, dia bahkan mengusir Meghan setelah melihat foto tanpa busana milik Meghan yang menjamur di berbagai majalah dan situs online dewasa,

Meghan hanya bisa mengutuk pamannya itu. Setelah diusir dari rumah Martino, dia pun tinggal di sebuah apartemen mewah yang dihadiahkan oleh manager agensinya. Meghan hidup sendiri dan tetap menggeluti dunia hitam sampai akhirnya ia bertemu dengan Edward.

Pria itu mengaku adalah penggemarnya dan mengoleksi semua majalah dewasa dimana ia bekerja. Jika dilihat dari usianya, Edward memang lebih pantas menjadi ayahnya, namun pria itu terlihat lebih muda dari usianya.

Selain tampan dan berkharisma, Edward juga terlihat gagah dengan penampilannya yang selalu perlente. Terlebih pria asal New York itu adalah seorang miliarder. Bahkan namanya masuk ke daftar pria terkaya di Amerika Serikat pada urutan kedua.

Hm, wanita mana yang akan menolak saat Edward meminangnya? Itulah yang dilakukan Meghan, ia pun menerimanya saat si crazy rich itu menyatakan perasaannya dan ingin menikahinya. Namun Edward meminta pada Meghan agar berhenti menjadi model dan bahan fantasi pria dewasa. Wanita itu pun setuju. Baginya tak apa jika Edward bisa memenuhi segala kebutuhannya.

Benar, Edward mampu memenuhi segala kebutuhannya. Namun hanya kebutuhan dari segi materi saja. Secara financial Meghan memang sangat bahagia menjadi Nyonya Wilborwn. Namun dia sangat kecewa karena Edward tak mampu membuatnya puas di atas ranjang.

*

Satu kecupan mendarat pada bahu terbuka Meghan. Hal itu membuatnya sangat terkejut. Dia lantas memutar lehernya menoleh pada pria tinggi yang masih berdiri di sampingnya.

"Kenapa belum tidur?" Edward menyematkan senyum manis di wajah tampannya.

"Kamu sudah pulang rupanya, maaf aku sedang melamun tadi," balas Meghan seraya meraih tangan Edward untuk duduk pada sofa di sampingnya. Bibirnya tersenyum tipis.

Pria itu hanya tersenyum gemas seraya mengikuti keinginan Meghan duduk di sampingnya.

Meghan segera menaruh gelas kecil yang dipegangnya pada meja. Kedua tangannya segera melingkar pada tengkuk leher Edward. Bibirnya tersenyum nakal saat pria itu menatapnya.

"Sudah lama kamu membiarkan ladangmu kering, Tuan Wilbowrn," bisik Meghan. Bibir merah itu pun menyeringai kemudian.

"Sayang, maafkan aku. Aku pulang hanya untuk mengambil beberapa pakaian. Aku akan pergi ke Manhattan malam ini juga." Ucapan Edward jelas membuat Meghan sangat kecewa. Sial! Padahal dia sedang sangat ingin dicumbui malam ini. Dan tidak mungkin pula ia menelepon Madam Barbara malam-malam begini untuk memesan seorang gigolo.

Hh, dasar pria tak berguna! Meghan hanya bisa meradang dalam hati sembari menyaksikan Edward yang sedang memasukkan beberapa pakaiannya ke dalam sebuah koper.

"Tak perlu mengantarku sampai mobil, aku tak ingin Ernez dan beberapa pengawal melihatmu berpakaian seperti ini. Jaga dirimu, aku pergi." Edward mengecup pucuk kepala Meghan penuh cinta sebelum dirinya melenggang pergi meninggalkan kamar dengan tergesa-gesa.

Meghan hanya mendengkus kesal seraya memandangi punggung kekar sang suami yang kian menjauh darinya. Dasar sial! Si tua bangka itu bahkan menolak dirinya. Benar-benar tak berguna! Rutuknya dengan bibirnya yang bergetar-getar disertai emosi dan birahi yang belum sempat dituntaskan.

Dengan pikiran yang kacau balau akhirnya Meghan putuskan untuk keluar kamarnya mencari udara segar. Dia berjalan-jalan kecil di sekitar lorong. Kemudian ia melihat pintu kamar Hardin yang tampak sedikit terbuka. Sesaat sepasang matanya menoleh pada jam besar yang berdiri tak jauh darinya. Sudah pukul sepuluh malam, kenapa pintu kamar Hardin masih terbuka, pikirnya heran.

Rasa penasarannya menuntun ia menghampiri pintu mahoni tersebut. Bibirnya mengulas senyum mendapati Hardin yang sedang duduk sendiri pada sofa di kamarnya. Seperti yang dilihatnya tiga jam yang lalu, pria itu hanya mengenakan celana bokernya saja. Dia tampak asik dengan sebotol red wine yang bertengger di atas meja. Bibir merah itu menyeringai melihatnya. Sementara Hardin belum menyadari kedatangan Meghan di kamarnya.

"Kenapa minum sendiri?"

Suara itu membuat Hardin hampir saja tersedak akan red wine yang sedang ditenggaknya. Dia segera menoleh pada sumber suara tersebut. Sepasang pupil matanya hampir saja keluar melihat Meghan yang sedang berdiri di hadapannya.

Seksi. Lingerie tipis itu mengalihkan pandangannya. Membuat sekujur tubuhnya panas-dingin tiba-tiba. Untuk apa wanita itu memasuki kamarnya setelah sedari tadi terus bermain di kepalanya, pikirnya segera memalingkan wajah dari pemandangan erotis itu.

"Mom, ada apa kamu menemuiku?" Hardin berusaha biasa saja di hadapan ibu tirinya itu. Namun Meghan yang sudah hapal dengan gelagak para pria tampaknya mengetahui apa yang sedang Hardin rasakan saat ini. Gemetaran dan sedikit canggung.

"Aku hanya mencemaskan dirimu saja. Oleh karena itu aku datang," jawab Meghan dengan segera mendaratkan bokongnya di samping Hardin. Bibirnya mengulas senyum mematikan untuk pria itu.

Hardin menelan ludah kasar saat tiba-tiba Meghan meraih jemarinya. Mengusap punggung tangannya dengan tatapan dan senyuman binalnya. Sebagai pria normal dia tak bisa menahan saat miliknya mengacung di bawah sana. Sejujurnya dia pun sangat menginginkan Meghan. Dan kejadian di kamar mandi tadi sudah membuatnya sangat gelisah.

"Katamu tadi kita pernah bertemu sebelumnya di Polandia. Kapan itu terjadi? Aku tak bisa mengingatnya." Meghan berkata setengah berbisik pada Hardin. Ujung jarinya mulai nakal menelusuri kulit putih pria itu. Menghitung dan mengagumi tulisan suci yang terpampang jelas pada dada kiri Hardin. Dia memekik gemas melihat otot-ototnya. Benar-benar sempurna tubuh pria ini, pikirnya mulai dikuasai hawa nafsu.

Hardin masih terdiam menahan konak yang ada. Jantungnya hampir meledak saat jemari Meghan menelusuri dada polosnya, bahkan membelainya. Tidak, dia tak bisa menahan lagi. Dengan gerakan cepat ia segera mencekal lengan Meghan, menatapnya dalam, lantas menarik wanita itu sampai ke pangkuannya. Sepasang mata Meghan membulat penuh saat Hardin menyatukan bibir mereka dengan tiba-tiba.

"Aku adalah pria yang merenggut milikmu malam itu di hotel Polandia," bisik Hardin setelah melepaskan pangutan bibir mereka.

"Apa? Umhhh!" Meghan tak diberi kesempatan untuk terkejut dan berkata lagi. Karena Hardin kembali menyatukan bibir mereka. Tanpa mengendahkan Meghan adalah istri ayahnya, ia terus melumat bibir ranum itu dengan rakus. Kedua tangannya menyelinap ke bawah punggung Megan, lantas menekannya hingga tak ada jarak lagi di antara mereka.

Meghan menyambut ciuman itu dengan bersemangat. Kedua tangannya mencengkeram rambut Hardin yang tebal dan gelap. Keduanya semakin agresif berciuman. Sampai ciuman Hardin turun menelusuri leher Meghan. Tangannya merangkum payudara wanita itu. Ia meremasnya dengan agresif, lalu lebih lembut, dan dengan ringan membelainya.

"Ah, Hardin ..."

Hanya desahan itu yang diserukan Meghan saat tubuh kekar itu hampir menutupinya.  Buas dan liar. Hardin membuatnya sangat kewalahan. Tubuhnya menggelinjang saat bibir itu menyentuh setiap jengkal kulitnya dengan posesif. Sentuhan itu membuatnya sangat bergetar. Tubuhnya merespon dengan baik, liar dan menginginkan lebih.

"Mom, aku ingin bercinta denganmu," bisik Hardin ke wajah Meghan.

Wanita itu membulatkan sepasang matanya dengan mulutnya yang sedikit terbuka. Hardin mengambil kesempatan itu untuk kembali mengajaknya berciuman.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel