HMT 3 - PENGGODA BIRAHI
Langkah panjang Hardin tiba di depan pintu kamarnya. Pria itu segera meraih knop pintu mahoni di hadapannya itu dengan tangan kirinya. Karena tangan kanannya tetap menggenggam pergelangan tangan Meghan.
Wanita itu menanggah pada pria tinggi di hadapannya. Apa, apa yang akan Hardin lakukan padanya? Dia sangat berdebar-debar dan tak bisa berpikir jernih saat ini. Apakah anak tirinya ini akan mengajaknya untuk bercinta? Oh, shit! Kenapa pikiran konyol itu yang melintas di kepalanya.
Hardin mendorong pintu mahoni di hadapannya. Dia menoleh sesaat pada wanita dengan dress selutut warna merah itu. Bibirnya menyeringai pada Meghan sebelum menyeret wanita itu memasuki kamar.
Meghan tak habis pikir. Apa yang diinginkan oleh Hardin. Setibanya di dalam kamar pria itu terus saja menyeretnya menuju kamar mandi. Melewati ranjang king size di sana. Dia benar-benar tak mengerti. Tapi dia takkan menolak jika si tampan ini akan mengajaknya mandi bersama. Fuck! Kenapa hanya pikiran mesum yang ada di otaknya.
"Kamu lihat itu? Keran kamar mandinya rusak. Ayo perbaiki, aku mau mandi air hangat malam ini."
Sepasang mata Meghan membulat penuh dengan mulutnya yang sedikit mengangah mendengar ucapan Hardin padanya. Dia lantas menoleh pada keran air yang bocor.
"A-apa? Memperbaiki keran air? A-ku tak bisa." Dengan perasaan tak karuan dan gugup, Meghan menjawab seraya menggelengkan kepalanya.
Hardin menyeringai melihatnya. Pria itu kembali mencekal lengan Meghan, lantas menarik wanita itu sampai ke dadanya. Meghan sangat tersentak dibuatnya. Sementara Hardin sedang menatapnya sangat dalam.
"Kenapa tidak bisa? Bukankah kamu sangat mahir?" bisik Hardin hampir menyentuh daun telinga Meghan. Bahkan wanita itu bisa mendengar deru napasnya yang memburu. Wangi maskulin dari tubuh Hardin membuatnya menginginkan hal lebih.
"Mahir? Apa maksudmu? Lepaskan, aku akan memanggil Andreas untuk memperbaikinya," ucap Meghan seraya berusaha melepaskan genggaman tangan Hardin darinya. Ada apa dengan pria ini? Dari tatapan matanya ia bisa melihat ada gairah besar di sana. Apakah Hardin menginginkan dirinya? Pertanyaan demi pertanyaan konyol terus membaur di kepalanya. Meghan segera menunduk saat Hardin mendekatkan wajahnya padanya.
"Aku ingin kamu yang perbaikinya," bisik Hardin lagi. Kali ini wajahnya hanya berjarak beberapa senti saja dari wajah Meghan. Gila! Wanita ini sudah membuatnya sangat kepanasan.
"Baiklah, akan kucoba. Lepaskan aku," ucap Meghan masih dengan perasaan canggung tak karuan. Dia berusaha tenang. Tangan kekar itu pun melepaskan dirinya.
Hardin mengangguk sembari tersenyum tipis. Dia membuka satu tangannya mempersilakan Meghan untuk segera memperbaiki keran air yang terus mengucur itu.
Dengan perasaan ragu disertai debaran jantungnya yang sulit dinetralkan, Meghan menghampiri keran air di sana. Jari-jemari dengan nail warna merah itu mulai menjangkau keran air itu. Konyol! Dia mantan seorang model, bukan mantan seorang tukang. Astaga, ada-ada saja, pikirnya pusing sendiri.
Baru saja tangannya menjangkau keran air itu, tiba-tiba saja semburan air menyerangnya begitu deras. Meghan memekik kaget. Tubuhnya menjadi basah kuyup sekarang. Hardin tersenyum tipis melihatnya. Dress tipis itu menjadi basah hingga melekat pada tubuh indah Meghan. Mencetak setiap titik penting tubuhnya yang menantang. Jakun pria itu naik turun menahan hawa nafsunya.
"Sini, biar aku saja." Hardin segera berdiri di belakang Meghan. Kali ini dia yang berusaha menutup keran yang bocor itu. Namun usahanya gagal. Akhirnya keduanya menjadi basah kuyup.
"Biarkan saja, biar Andreas saja yang mengurusnya." Meghan hendak memutar tubuhnya guna meraih handuk yang berada pada rak di kamar mandi. Namun dia terpeleset tiba-tiba. Tangannya spontan meraih lengan pria di sampingnya, menariknya hingga keduanya jatuh ke dalam bathtub.
"Hardin," desah Meghan kala pria itu menimpa tubuhnya di dalam bathtub. Basah kuyup keduanya dengan tatapan saling menginginkan.
"Maaf." Hardin hendak segera bangkit dengan berusaha menolak hasratnya. Namun Meghan menahannya. Sepasang mata pria itu kembali menatap wajah wanita di bawahnya. Keduanya saling berbagi pandangan sampai beberapa detik hingga akhirnya saling memalingkan wajah salah tingkah. Sial! Meghan mau pun Hardin sedang dilanda dilema saat ini.
"Keringkan tubuhmu, aku akan memanggil Andreas." Meghan menyodorkan sehelai handuk putih pada Hardin. Dia menggigit bibir bawahnya melihat pria itu sudah melepaskan kemejanya. Tubuh yang kekar dengan otot-ototnya yang menyembul padat. Putih dan licin dengan tulisan suci di dada kirinya. Pria seperti inilah yang ia inginkan. Sejenak Meghan tak ingin berpaling dari pemandangan erotis di hadapannya itu.
"Mom, jangan pergi." Hardin mencekal lengan Meghan saat wanita itu hendak meninggalkan kamar mandi.
Meghan hanya tertegum melihatnya. Apa lagi yang pria ini inginkan? Pikirnya sudah benar-benar tak tahan dengan godaan si anak tirinya itu. Dia bisa gila jika tetap berada di sini, pikirnya seraya memalingkan wajahnya dari tatapan intens Hardin padanya.
Meghan sangat tersentak kala pria itu menariknya sampai ke dada bidangnya yang polos. Wangi cologne pria itu membuatnya dimaabuk kepayang. Pikirannya tak lagi perduli apa pun. Dia hanya menginginkan Hardin saat ini. Sangat.
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" bisik Hardin ke wajah Meghan. Sepasang manik kebiruannya liar menjelajahi setiap inci wajah sempurna di hadapannya. Wajah tirus bak boneka barbie itu benar-benar membuatnya gemas. Apa lagi bibirnya yang sensual bak bunga mawar yang baru saja mekar. Ingin rasanya ia meneguk kenikmatan surgawi dari sana.
"Tidak. Kita baru bertemu hari ini setelah aku menikahi Ayahmu," jawab Meghan dengan wajah polosnya. Sepasang mata hazel itu terangkat ke wajah Hardin. Mencari jawaban dari semua pertanyaan di hatinya. Alis tebal itu sedikit menyatu setelah mendengar ucapannya.
"Tidak, kita pernah bertemu sebelumnya di Polandia," bisik Hardin dengan napas mint yang segar. Bibirnya mengulas senyum melihat Meghan menatapnya dengan sepasang pupilnya yang membulat penuh. Kedua tangannya melepaskan rengkuhan itu dari tubuhnya. Dia lantas melenggang pergi melewati Meghan yang masih terdiam mematung di sana.
"Polandia?" Meghan berkata sendiri sembari mengingat-ingat. Namun sepertinya dia memang tak pernah bertemu dengan Hardin sebelumnya. Konyol! Ini sangat konyol! Anak nakal itu pasti sedang menggodanya saja, pikirnya. Kepalanya menggeleng dan segera meninggalkan kamar mandi. Dia harus segera bertukar pakaian sebelum tubuhnya menggigil.
Baru saja Meghan meninggalkan ambang pintu kamar mandi, dia kembali dikejutkan dengan sosok Hardin yang sedang berdiri di kamarnya. Pria itu hanya mengenakan celana boxernya saja. Dia berdiri di hadapan standing miror setinggi dirinya. Meghan menelan ludah kasar melihatnya.
Sial! Kenapa pria itu sangat menggoda birahinya. Bodoh! Rutuknya dalam hati seraya melanjutkan langkahnya untuk meninggalkan kamar Hardin.
Pandangan Hardin menangkap sosok Meghan yang sedang berjalan menuju pintu keluar. Tidak, dia tak bisa menahannya lagi. Wanita itu sudah memantik api gairah yang dulu pernah ia nyalakan. Dia menginginkannya lagi. Langkah panjangnya segera menyusul Meghan.
Tangan putih Meghan ingin menggapai knop pintu di hadapannya, namun tiba-tiba saja ada tangan kekar yang mencekal lengannya. Meghan memekik kaget. Namun kesempatan itu sangat kecil. Hardin segera menariknya menuju ranjang. Tubuh Meghan yang masih berbalut dress basah itu terlentang pasrah di bawah kendali Hardin. Sepasang matanya menatap penuh pada pria itu dengan napasnya yang terengah-engah.
"Apa aku harus membantumu untuk mengingatku lagi?" bisik Hardin ke wajah Meghan. Tubuh kekarnya sudah memenjarakan wanita itu di tengah ranjangnya.
"Apa?" Meghan menelan salivanya mendengar ucapan Hardin. Apa maksudnya? Sebenarnya siapa pria ini, pikirnya.
Hardin tersenyum seringai membalas tatapan Meghan. Dia lantas mendekatkan wajahnya pada wanita itu. Meghan segera memejamkan sepasang matanya dengan perasaan campur aduk tak karuan.